Dipublikasikan pada 16 September 2011
Hits: 1268
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا
النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ
إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا
الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Kita
memahami, bahwa Allah Subhananhu wa Ta’ala menciptakan fitrah dalam
diri manusia, yaitu dapat mengetahui dan mengenal kebenaran, serta
menjauhi dan menghindari kebathilan. Namun bukan berarti bahwa
mengamalkan al haq atau menghindari kebathilan adalah sesuatu yang
mudah.
Ada beberapa rintangan dan hambatan yang
menjadi ujian. Ada musuh yang selalu menghalangi dari jalan al haq.
Dan sebaliknya ada musuh yang selalu berusaha membimbing ke arah yang
bathil.
Musuh-musuh ini memberikan gambaran
tentang kebenaran dan kebathilan al haq, yang semestinya indah,
menjanjikan kebaikan dan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat,
digambarkan oleh musuh manusia sebagai sesuatu yang menakutkan dan
menyusahkan.
Sebaliknya yang bathil, yang mestinya
menjijikkan dan berujung pada penderitaan, digambarkan oleh musuh
manusia sebagai keindahan nan menyenangkan. Akhirnya banyak orang yang
terpedaya, meninggalkan jalan yang benar dan mengikuti jalan yang
bathil, iyadzan billah.
Karenanya, wahai saudara-saudaraku, rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
kita perlu mengetahui musuh-musuh itu, agar dapat bersikap. Musuh
tetaplah musuh, bukan sebagai teman, apalagi sebagai pembimbing.
Siapakah musuh-musuh yang selalu berusaha mengajak manusia kepada
perbuatan batil dan keliru?
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Musuh yang pertama adalah setan.
Berbagai macam cara ditempuh oleh setan untuk menjerumuskan manusia ke
dalam kebathilan dan menghalangi manusia dari al haq (kebenaran). Dan
setan ini sering berhasil menjadikan manusia sebagai pengikutnya. Hanya
orang-orang ikhlas dalam ibadahnya yang selamat dari makar dan tipu
daya setan. Hanya orang-orang yang beriman yang bisa menjadikan kita
termasuk orang-orang beriman yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah
subhanahu wa ta’ala.
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Di awal kitab Madarijus Salikin dan Al
Bada-I, pada akhir pembahasan tafsir surat al Mu’awwidzatain (surat an
Nas dan al Falaq), Ibnul Qayyim Rahimahullahu menyebutkan cara-cara dan
tahapan setan dalam menghembuskan kejahatan dan tipuan kepada manusia.
Tahapan Pertama, setan mengajak
manusia melakukan perbuatan kufur dan syirik, menentang Allah dan
RasulNya. Inilah yang paling diinginkan oleh setan. Dengan cara ini,
setan telah berhasil menyesatkan banyak orang. Dengan cara ini, manusia
dijadikan sebagai tentara dan para abdinya. Jika setan putus asa dan
tidak mampu menyeret manusia ke dalam perbuatan kufur, maka setan akan
mencoba menggodanya dengan tahapan berikutnya.
Tahapan Kedua, yaitu setan
mengajak manusia untuk mengamalkan perbuatan bid’ah dalam agama, baik
bid’ah dalam masalah aqidah maupun amal perbuatan.
Bid’ah merupakan perbuatan dosa,
yang pelakunya sulit diharapkan bertaubat. Setan memberi gambaran yang
indah dalam benak manusia, bahwa apa yang dilakukan itu merupakan
kebenaran, dan ahli bid’ah mempercayai bisikan setan ini. Karena
anggapan yang baik atas perbuatan bid’ah, membuat pelakunya susah
melepaskan diri dan bertaubat dari perbuatan yang dianggap baik ini,
padahal sebenarnya menyesatkan.
Ketika berhasil menyeret seseorang ke
dalam tahapan ini, maka setan akan merasa lega. Karena perbuatan bid’ah
merupakan gerbang menuju kekufuran. Dan para pembuat bid’ah menjadi
salah satu corong di antara propaganda iblis.
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Jika setan tidak mampu menyeretnya ke dalam perbuatan bid’ah, maka dia akan menjebak dan menggiring manusia kepada tahapan ketiga, yaitu perbuatan dosa besar dengan berbagai macam variasinya.
Dosa-dosa besar ini juga merupakan
gerbang menuju kekufuran. Setan berhasil menjerumuskan banyak orang ke
dalam dosa besar. Manusia tenggelam dalam perbuatan maksiat, sehingga
hatinya menjadi membatu, terhalang dari kebenaran. Kemudian setan
menyebarkan berita tentang mereka ini di tengah masyarakat. Setan
memanfaatkan tentara dan para abdinya untuk menyebarkan perbuatan dosa
ini, terutama jika perbuatan dosa ini dilakukan oleh penguasa atau
orang yang diidolakan. Tujuannya supaya perbuatan-perbuatan mereka
dijadikan argumen.
Sebagai misal, yaitu makan riba,
mendengarkan musik, menikmati alat-alat musik dan permainan, menyetujui
perbuatan bersolek, membuka wajah dan ikhtilath (campur baur)
laki-laki dan perempuan, loyal dan suka kepada orang-orang kafir,
homoseks, meminum khamr, dan lain sebagainya.
Dalam tahapan ini, setan berhasil
menyesatkan banyak orang. Banyak manusia terkubang dalam
kemungkaran-kemungkaran. Setan menghiasi amal-amal para idola ini,
sehingga mereka menjadi pioner yang mengajak ke perbuatan maksiat
secara nyata, atau mungkin dengan ucapan.
Sedangkan orang yang tidak mampu digoda
setan dan dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa-dosa besar, maka setan
berusaha menyeretnya ke tahap keempat, yaitu melakukan dosa-dosa
kecil, sebagai gerbang memasuki dosa-dosa besar. Dosa-dosa kecil ini
terkadang dianggap remeh oleh manusia dan tidak peduli dengan pelakunya.
Padahal dosa-dosa kecil itu menyeret untuk melakukan dosa berikutnya.
Diceritakan dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d, dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika dosa-dosa itu berkumpul pada diri seseorang akhirnya akan membuatnya binasa (celaka).
Maka tidak diragukan lagi, meremehkan
perbuatan dosa kecil, bisa merubah dosa kecil menjadi besar.
Sebagaimana perkataan ulama salaf, tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfar.
Sebagian yang lain mengatakan, janganlah kalian memandang kecil sebuah dosa, akan tetapi pandanglah keagungan Dzat yang kalian durhakai.
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Jika setan merasa lemah and tidak mampu
menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan-perbuatan dosa ini, maka setan
menggoda manusia dengan tahapan kelima. Yaitu menyibukkan manusia
dengan perkara-perkara mubah yang tidak mendatangkan pahala, dan juga
tidak mengakibatkan dosa. Menyibukkan perkara-perkara mubah, berarti
menyia-nyiakan waktu dan usia, tidak memanfaatkannya dengan kebaikan dan
perbuatan shalih.
Betapa banyak manusia tertipu dengan
perkara-perkara mubah, berlebih-lebihan dalam makanan, minum, rumah,
pakaian. Demi keperluan ini, manusia telah menyia-nyiakan sejumlah
harta, usia dan waktu, lalai dengan kebaikan, tidak berlomba-lomba dalam
kebaikan. Sehingga, perbuatan mubah ini bisa menjadi penyebab
seseorang lupa kepada akhirat, dan lupa melakukan persiapan untuk
menyongsongnya.
Sedangkan manusia yang tidak bisa dijerumuskan dengan tahapan ini, maka setan akan mengganggunya dengan tahapan keenam,
yaitu mengalihkan perhatian perhatian manusia dari amalan-amalan yang
lebih baik kepada amalan yang dibawahnya. Sebagai misal, seseorang akan
menggunakan harta untuk hal-hal yang bernilai baik tetapi kurang.
Disibukkan dengan amalan-amalan marjuh (bernilai baik tetapi kurang),
sehingga (salah satu wujudnya) mempelajari ilmu-ilmu yang tidak memiliki
urgensitas dan kehilangan ilmu yang banyak.
Inilah tipu daya setan. Saat setan
merasa lemah dan tidak mampu menjerat sebagian manusia dalam
perangkap-perangkap ini, maka setan memberikan kuasa kepada
wali-walinya dan para abdinya dari kalangan jin dan manusia, serta
orang yang tertipu dengan bisikannya. Lalu mereka menghina orang-orang
baik ini dengan tujuan menyakiti wali dan para kekasih Allah subhanahu
wa ta’ala. Mereka menyiksanya dengan siksa yang buruk, seperti
pembunuhan, pengusiran, penahanan, penyiksaan, penghinaan, pelecehan
terhadap amalan-amalan orang-orang baik ini, sebagaimana kejadian yang
dialami oleh para nabi Allah dan pengikutnya pada setiap waktu dan di
semua tempat.
Semoga Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya setan.
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Musuh manusia yang kedua, adalah nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan.
Hawa nafsu ini cenderung kepada
kebathilan, menghalangi manusia agar tidak menerima kebenaran dan tidak
mengamalkannya. Jika jiwa ini muthmainnah (tenang dalam kebenaran),
lebih mengutamakan yang hak, maka dia akan membimbing manusia ke arah
yang benar dan berjalan di atas jalan keselamatan.
Musuh manusia yang ketiga, adalah
menjadikan hawa nafsu ini sebagai ilah, yaitu menjadikan hawa nafsu
sebagai sesembahan selain Allah. Disebutkan dalam firman Allah:
“Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya (sesembahannya). Maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Qs. Al Furqan : 43).
Seseorang yang selalu memperturutkan
segala keinginannya, ia tidak akan peduli dengan akibat buruknya. Dalam
sebuah atsar diriwayatkan, di bawah kolong langit ini, tidak ada yang
lebih jelek dibandingkan hawa nafsu yang diperturutkan.
Adapun musuh manusia yang keempat
adalah gemerlap dunia, kenikmatan dan hiasannya. Keindahan dunia dan
berbagai kenikmatan semunya, telah menipu banyak orang, membuat manusia
lupa kepada tujuan hidupnya yang hakiki. Padahal kehidupan akhirat dan
segala isinya jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupan dunia yang
fana. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan apa saja yang diberikan kepada
kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya;
sedangkan apa yang disisi Allah, adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS al Qashash : 60)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
“Tetapi kamu (orang-orang) kafir lebih
memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik
dan lebih kekal”. (QS. Al A’la : 16-17).
Ikhwani arsyadanillahu wa iyyakum ajmai’in
Demikian beberapa musuh yang sering
menghalangi manusia dari berbuat amal shalih. Semoga Allah melindungi
kita semua dari semua makar dan tipu daya yang menyesatkan.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَسَلّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jika musuh-musuh bisa menguasai diri
seorang manusia, maka dampak yang terlihat adalah tidak semangat dalam
melakukan ketaatan. Dan sebaliknya, ia justru semangat dan tidak takut
melakukan perbuatan maksiat.
Meski begitu, Allah subhanahu wa ta’ala
yang maha Rahim tidak membiarkan para hambaNya untuk menghadapi
musuhnya seorang diri. Allah subhanahu wa ta’ala berjanji akan menolong
manusia dalam menghadapi musuh-musuhnya ini. Allah memerintahkan
kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan
yang terkutuk, serta memerintahkan manusia agar memohon pertolongan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam melakukan amalan yang susah atau
berat baginya.
Allah subhanahu wa ta’ala juga
memerintahkan kepada para hambaNya agar ikhlas dalam melakukan
ketaatan. Dengan demikian, dia akan termasuk hamba-hamba pilihan.
Hamba-hamba yang ikhlas akan dibentengi Allah subhanahu wa ta’ala dari
kekuasaan musuh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya hamba-hambaku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga”. (QS. Al Isra’ : 65).
Semoga Allah senantiasa menolong kita
dalam menghadapi godaan musuh-musuh, yang senantiasa menghalangi
manusia dari jalan ketaatan. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk
hamba-hambaNya yang ikhlas, dan senantiasa mengikuti petunjuk
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar