Republika – Kam, 9 Feb 2012
REPUBLIKA.CO.ID, Bukit Uhud, 7 Syawal 3 H/ 22 Maret 625
M. Sekitar 700 pasukan tentara Muslim yang dipimpin Rasulullah SAW
bertempur melawan 3.000 tentara kafir di bawah komando Abu Sufyan.
Kemenangan yang hampir diraih umat Islam, berubah menjadi kekalahan,
setelah pasukan Muslim mengabaikan perintah Rasulullah SAW.
Pasukan
kafir pun memukul balik serangan tentara Muslim. Mereka berniat untuk
membunuh Rasulullah SAW. Melihat pasukan Muslim yang terjepit, seorang
prajurit Muslimah bernama Ummu Umarah atau Nasibah binti Ka'ab
al-Anshariyah justru tampil mengangkat pedang. Dengan penuh keberanian,
Ummu Umarah menghadang laju tentara kafir yang berniat membunuh Nabi
Muhammad SAW.
''Siang itu, sambil membawa sekendi air, saya keluar
menuju Uhud untuk menyaksikan pertempuran kaum Muslimin. Awalnya,
tentara Muslim memenangkan pertempuran. Namun, ketika pasukan Islam
mulai kalah, saya langsung terjun ke medan laga. Saya halau segala
serangan yang datang ke arah Rasulullah dengan pedang saya,'' kisah Ummu
Umarah seperti dituturkan Ibnu Sa'ad dalam
Thabaqat.
Ummu
Umarah adalah sosok Muslimah yang ikut berjihad dan pemberani, dan
tidak takut mati di jalan Allah. Keberanian wanita dari Bani Mazim
An-Najar itu membuat Rasulullah SAW bangga. ''Siapakah yang sanggup
melakukan seperti yang engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?” ujar
Rasulullah memuji.
Ia salah satu dari wanita Madinah yang
bersegera masuk Islam. Mujahidah yang satu ini juga tercatat sebagai
satu dari dua Muslimah yang pergi bersama generasi Anshar ke Makkah
untuk berbai’at kepada Rasulullah. Keluarga Ummu Umarah dikenal sangat
pemberani.
Ketika Rasulullah SAW memimpin pasukannya menuju bukit
Uhud, ia bersama suaminya, Ghaziyah bin Amr serta dua buah hatinya,
Abdullah dan Hubaib tutur bergabung. Awalnya, Ummu Umarah bertugas
sebagai perawat tentara yang terluka serta menyediakan minuman.
Ummu
Umarah tak gentar saat menghadapi Ibnu Qumai'ah yang penuh amarah
hendak membunuh Rasulullah. Serangan demi serangan, ia halau dengan
pedangnya. Hingga, ia mengalami luka pada bagian pundaknya. Ummu Umarah
mengisahkan peristiwa heroik yang dialaminya pada Perang Uhud dengan
penuh semangat.
“Aku melihat banyak di antara kaum Muslimin yang
lari kocar-kacir dan menginggalkan Rasulullah. Hingga tinggal tersissa
beberapa orang yang melindungi beliau termasuk aku, kedua anakku,
sedangkan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya. Dan
Rasulullah melihat aku tidak bersenjata,'' ungkap Ummu Umarah.
Saat
melihat seorang tentara Muslim yang mundur, Rasulullah pun
berkata,''Berikan senjatamu kepada orang yang sedang berperang.” Ummu
Umarah pun lalu mengambil pedang yang dilembaprkan tentara yang lari
tersebut dan segera melindungi Nabi SAW dari gempuran musuh.
Ummu
Umarah adalah teladan bagi para Muslimah. Ia telah mengorbankan dirinya
di jalan jihad membela agama Islam. Ia telah menunaikan kewajibannya
sesuai dengan kemampuannya, baik di waktu perperang maupun di waktu
aman. Ia telah turut serta bersama Rasulullah SAW dalam Bai’atur Ridwan
di Hudaibiyah, yaitu bai’at perjanjian untuk membela agama Allah.
Tak
hanya berjuang di Perang Uhud, Ummu Umarah pun tampil mengangkat
panji-panji pasukan Muslim Perang Hunain. Tak lama setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, sebagian kabilah yang dipimpin Usailamah al-Kadzab
murtad. Bahkan, Usailamah mengaku sebagai nabi. Khalifah pertama Abu
Bakar ash-Shidiq pun memutuskan untuk memerangi nabi palsu itu.
Mendengar
kabar itu, Ummu Umarah pun segera mendatangi Abu Bakar Ash-Shidiq. Ia
mohon izin untuk turut berjuang ke medan perang bersama pasukan Muslim
yang akan memerangi orang-orang murtad dari Islam. Mendenfar permohonan
itu, Abu Bakar pun berkata, ''Sungguh kami telah menyaksikan
pengorbananmu di medan jihad, maka keluarlah (untuk berperang) dengan
menyebut nama Allah.”
Secara khusus, Rasulullah SAW pun mendoakan
Ummu Umarah. Ketika sang mujahidah terluka, Rasulullah SAW berkata
kepada putra Ummu Umarah, ''Ibumu! Ibumu! Balutlah lukanya. Ya Allah,
jadikanlah mereka teman-temanku di surga.''
Ummu Umarah adalah
seorang sahabat Rasul yang senantiasa mengaplikasikan keislamannya dalam
amal nyata. Keberaniannya dalam setiap situasi menjadikannya sosok
pahlawan sejati. Obsesi hidupnya begitu mulia, yakni mencari kemuliaan
dunia dan kebahagiaan akhirat.