Dipublikasikan pada 24 May 2012
Hits: 608
إِنَّالْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ
خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي
النَّارِ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Setiap
muslim pasti bersaksi, mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasulullah, tapi tidak semua muslim memahami hakikat yang benar dari
makna syahadat Muhammad Rasulullah, dan juga tidak semua muslim memahami
tuntutan dan konsekuensi dari syahadat tersebut. Fenomena inilah yang
mendorong khatib untuk menjelaskan makna yang benar dari syahadat Muhammad Rasulullah dan konsekuensinya.
Makna dari syahadat Muhammad Rasulullah adalah pengakuan lahir batin dari seorang muslim bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, Abdullah wa Rasuluhu yang diutus untuk semua manusia sebagai penutup rasul-rasul sebelumnya.
Kaum muslimin rahimakumullah
Dari
makna di atas bisa dipetik bahwa yang terpenting dari syahadat Muhammad
Rasulullah adalah dua hal yaitu: Bahwa Muhammad itu adalah abdullah (hamba Allah) dan Muhammad itu rasulullah. Dua hal ini merupakan rukun syahadat Muhammad Rasulullah.
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” (Al Kahfi; 110).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: Dalam ayat di atas
Allah memerintahkan NabiNya untuk mengumumkan kepada manusia bahwa saya
hanyalah seorang hamba sama dengan kalian, bukan Rabb (Tuhan).
إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
“Saya hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Syaikh Al-Utsaimin berkata: Saya hanyalah hamba yakni saya tidak punya
hak dalam rububiyah dan juga dalam hal-hal yang menjadi keistimewaan
Allah.
Kaum muslimin rahimakumullah
Keyakinan
bahwa Muhammad adalah hamba Allah menuntut kepada kita untuk
mendudukkan beliau di tempat yang semestinya, tidak melebih-lebihkan
beliau dari derajat yang seharusnya sebab beliau hanyalah seorang hamba
yang tidak mungkin naik derajatnya menjadi Rabb.
Dari sini termasuk kesesatan jika ada yang ber-isti’anah, ber-istighatsah, memohon kepada Nabi untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudharat sebab hal itu adalah hak mutlak Allah sebagai Rabb.
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan". (Al-Jin; 21).
Kemudian
syahadat “Muhammad Rasulullah” menuntut kita untuk mengimani risalah
yang beliau sampaikan, beribadah dengan syariat yang beliau bawa, tidak
mendustakan, tidak menolak apa yang beliau ucapkan maupun yang beliau
lakukan.
Jama'ah Jum'at rahimakumullah
Seorang
Muslim yang beriman bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah,
dituntut untuk mewujudkan beberapa hal sebagai bukti kebenaran
keimanannya.
Hal hal yang wajib diwujudkan sebagai konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah adalah:
1. Membenarkan semua berita yang shahih dari Rasul Allah 'azzawajalla.
Muhammad
adalah Rasulullah yang diistimewakan dari manusia lainnya dengan wahyu,
maka jika Beliau memberitakan berita masa lalu maupun berita masa depan
maka berita itu sumbernya adalah wahyu yang kebenarannya tidak boleh
ragukan lagi.
Di
antara berita-berita dari Rasulullah yang wajib kita terima adalah:
Berita tentang tanda-tanda hari kiamat, seperti munculnya dajjal,
turunnya Nabi Isa, terbitnya matahari dari barat, berita tentang
pertanyaan di alam kubur; Adzab dan nikmat kubur, begitu juga berita
tentang datangnya malaikat maut dalam bentuk manusia kepada Nabi Musa
untuk mencabut nyawanya lalu Nabi Musa menamparnya hingga rusak salah
satu matanya.
Semua
berita di atas dan juga berita-berita lain yang berasal dari
hadits-hadits shahih, wajib kita percayai, jangan sekali-kali kita
dustakan dengan alasan berita itu bertentangan dengan akal sehat atau
bertentangan dengan zaman.
2. Mentaati Rasulullah
Kaum muslimin rahimakumullah
Seorang muslim wajib taat kepada Rasulullah sebagai perwujudan sikap pengakuan terhadap kerasulan Beliau.
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (Al-Nisaa’; 80)
Syaikh
Abdur Rahman Nasir As Sa'dy berkata: setiap orang yang mentaati
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dalam perintah-perintah dan
larangan-larangannya dia telah mentaati Allah, sebab Rasulullah tidak
memerintahkan dan melarang kecuali dengan perintah, syariat dan wahyu
yang Allah turunkan.
Taat kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam mempunyai dua sisi:
1.
Taat dalam perintah dengan menjalankan semua perintahnya, di antara
perintah Beliau yang wajib kita taati adalah: Perintah mencelupkan lalat
yang jatuh dalam minuman atau makanan, mencuci tangan tiga kali sehabis
bangun dari tidur, mengucapkan Basmallah ketika makan, makan dan minum
dengan tangan kanan, shalat berjamaah dan lain-lain.
Sebagian
orang menolak perintah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dengan
berbagai alasan, misalnya dia menolak perintah menenggelamkan lalat
dengan alasan hal itu menyalahi ilmu kesehatan, dan perintah itu
bersumber dari Rasul sebagai manusia biasa. Sikap ini adalah godaan
syaitan yang bermuara kepada penolakan terhadap sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam .
Kaum muslimin rahimakumullah
2.
Sisi kedua dari mentaati Rasul adalah menjauhi larangan Rasulullah,
sebab yang dilarang Rasulullah juga otomatis dilarang oleh Allah, di
antara larangan tersebut: Larangan memakan binatang buas yang bertaring,
larangan makan atau minum dengan bejana emas atau perak, larangan
menikahi seorang wanita bersama saudara atau bibinya, larangan
memanjangkan kain (sarung atau celana) di bawah mata kaki, larangan
melamar di atas lamaran orang lain, larangan menjual atau membeli di
atas penjualan atau pembelian orang lain, dan larangan-larangan yang
lain, semua wajib dijauhi.
Termasuk beberapa hal yang sudah diletakkan oleh Rasulullah sebagai rukun, syarat dan batasan.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka jauhilah”. (Al-Hasyr: 7).
Jamaah Jum'at rahimakumullah.
Konsekuensi yang ketiga: Berhukum kepada sunnah Rasul Allah.
Syahadat
Muhammad Rasulullah yang benar akan membawa seorang Muslim kepada
kesiapan dan keikhlasan untuk menjadikan sunnah Rasulullah sebagai
rujukan, dia pasti menolak jika diajak untuk merujuk kepada akal,
pendapat si A/si B, hawa nafsu, maupun warisan nenek moyang dalam
menetapkan suatu hukum, lebih-lebih jika terjadi ikhtilaf
(perbedaan), seorang Muslim yang konsekwen dengan syahadatnya dengan
lapang dada akan menjadikan sunnah Rasulullah sebagai imamnya.
“Maka
demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu sebagai
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa'; 65).
Syaikh
As-Sa'dy berkata: Allah bersumpah dengan diriNya yang mulia bahwa
mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan RasulNya sebagai hakim
dalam masalah-masalah yang mereka perselisihkan. Lanjut beliau; Dan
berhukum ini belum dianggap cukup sehingga mereka menerima hukumnya
dengan lapang dada, ketenangan jiwa dan kepatuhan lahir batin.
Jamaah Jum'at rahimakumullah
Haruslah
diketahui bahwa sikap penolakan terhadap hukum Rasulullah dalam
masalah-masalah ikhtilaf adalah termasuk sifat kaum munafikin.
“Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangimu dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu”. (An Nisaa'; 61)
Ibnu
Abbas berkata: Hampir saja Allah menghujani kalian dengan batu dari
langit. Saya berkata: “Rasulullah telah bersabda begini, sedangkan
kalian berkata (tapi) Abu Bakar dan Umar berkata begitu”.
As-Syaikh
Al-Utsaimin berkata: “Jika seseorang mengguna-kan ucapan Abu Bakar dan
Umar untuk menentang sabda Rasul bisa menyebabkan turunnya siksa; hujan
batu, maka apa dugaanmu dengan orang yang menentang sabda Rasul dengan
ucapan orang yang jauh di bawah derajat keduanya, tentu saja dia lebih
berhak mendapat siksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar