Apa Itu Walisongo ?
Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Arti lain walisongo dalam Bahasa Jawasongo berasal dari kata sanga yang artinya sembilan, jadi bisa diartikan walisongo adalah jumlah wali yang ada sembilan, sedangkan dalam Bahasa Arabsongo atau sanga berasal dari kata tsana yang artinya mulia dan bisa diartikan sebagai wali yang mulia.
Era walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara dan digantikan dengan kebudayaan Islam di Indonesia. Walisongomerupakan simbol penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di daerah Jawa. Banya tokoh-tokoh selain para walisongo yang membantu dalam membangun Islam di tanah Jawa ini, namun para walisongo yang paling berperan besar dalam membangun kerajaan Islam ditanah Jawa ini.
Era walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara dan digantikan dengan kebudayaan Islam di Indonesia. Walisongomerupakan simbol penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di daerah Jawa. Banya tokoh-tokoh selain para walisongo yang membantu dalam membangun Islam di tanah Jawa ini, namun para walisongo yang paling berperan besar dalam membangun kerajaan Islam ditanah Jawa ini.
Siapa Saja Nama Para Walisongo ?
Ketahuilah bahwa walisongo ini berjumlah sembilan orang, dan para wali
ini telah menyebarluaskan Agama Islam dan Dakwah Islam diseluruh tanah
air Indonesia, siapa sajakah nama para wali yang telah menyebarkan Agama
Islam dan Dakwah Islam di Indonesia ? Berikut adalah nama para wali
yang berjumlah sembilan orang :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
sumber: jamaluddinab.blogspot.com |
Sunan Gresik merupakan salah satu tokoh walisongo yang pertama kali
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali paling senior
diantara para wali lainnya. Sunan Gresik merupakan keturunan ke-22 dari
Nabi Muhammad Saw. Sunan Gresik lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada
paruh awal abad 14, dan wafat pada tahun 1419. Makamnya berada di desa
Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
sumber: kolom-biografi.blogspot.com |
Sunan Ampel merupakan salah satu tokoh walisongo yang paling besar
jasanya dalam perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Ampel adalah
bapak dari para wali, dari dakwah yang disampaikan oleh Sunan Ampel
menghasilkan para pendakwah baru di tanah Jawa. Sunan Ampel merupakan
keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad Saw. Sunan Ampel lahir di Champa,
pada tahun 1401, dan wafat pada tahun 1481 di Demak. Dimakamkan di
sebelah barat Mesjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)
sumber: kisahislamiah.blogspot.com |
Sunan Bonang adalah anak dari Sunan Ampel yang berarti cucu dari Sunan
Gresik. Sunan Bonang belajar agama di pesantren ayahnya Ampel Denta, dan
beliau berdakwah di Kediri yang mayoritas penduduknya beragama Hindu,
disanan Sunan Bonang mendirikan sebuah Masjid Sangkal Daha. Sunan Bonang
merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad Saw. Sunan Bonang lahir di
Tuban, pada tahun 1465 M, dan wafat pada tahun 1525 dimakamkan di
daerah Tuban, Jawa Timur.
4. Sunan Drajat (Raden Qasim)
sumber: id.wikipedia.org |
Sunan Drajat adalah anak dari Sunan Ampel yang berarti cucu dari Sunan
Gresik. Sunan Drajat dikenal dengan kegiatan sosialnya, Sunan Drajat
mempelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Sunan Drajat
berdakwah kepada masyarakat kebanyakan dan beliau menekankan
kedermawanan, kerja keras, dan kemakmuran masyarakat. Selain itu, Sunan
Drajat juga dikenal sangat cerdas, beliau lebih mengusahakan
kesejahteraan rakyatnya lalu setelah itu memberikan pemahaman mengenai
ajaran Islam. Sunan Drajat merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad
Saw. Sunan Drajat lahir di Ampel, pada tahun 1470 M, dan wafat di Sedayu
Gresik pada tahun 1522.
5. Sunan Kudus (Ja'far Shadiq)
sumber: id.wikipedia.org |
Sunan Kudus adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung dengan Syarifah
Dewi Rahil binti Sunan Bonang. Sunan Kudu merupakan keturunan ke-24 dari
Nabi Muhammad Saw. Sunan Kudus lahir di Al-Quds, Palestina, pada tahun 9
September 1400 M, dan wafat pada tahun 5 Mei 1550 M. Sunan Kudus
dimakamkan di Masjid Menara Kudus, Kauman, Kudus, Jawa Tengah.
6. Sunan Giri (Raden Paku atau Ainul Yaqin)
sumber: id.wikipedia.org |
Sunan Giri merupakan salah satu tokoh walisongo yang mendirikan kerajaan
Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Sunan
Giri membangun sebuah Pesantren Giri disebuah perbukitan di Desa
Sidomukti, Kebomas. Dalam Bahasa Jawa Giri berarti Gunung, sejak itulah
beliau dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Sunan Giri lahir di
Blambangan, pada tahun 1442, dan wafat pada tahun 1506 M dimakamkan
diatas bukit didaerah Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
7. Sunan Kalijaga (Raden Said)
sumber: danyalmim.wordpress.com |
Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh walisongo yang sangat lekat
dengan Muslim di tanah Jawa, dan beliau terkenal dengan kemampuannya
memasukkan pengaruh Islam ke tradisi Jawa. Sunan Kalijaga menggunakan
kesenian dan kebudayaan sebagai salah satu sarana berdakwah, seperti
wayang kulit dan tembang suluk. Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450,
dan wafat pada tahun 1513 dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak. Makam
Sunan Kalijaga masih sering diziarahi banyak orang.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
sumber: www.parapsikologi.com |
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang
bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Nama Sunan Meria berasal dari
salah satu nama gunung yaitu Gunung Muria yang terletak di daerah kota
Kudus, Jawa Tengah. Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam
konflik internal di Kesultanan Demak. Beliau dikenal sebagai pribadi
yang mampu memecahkan berbagai masalah. Sunan Muria lahir pada abad
ke-15 M, dan wafat pada tahun 1551 makamnya menyatu dengan Masjid Suna
Muria disalah satu puncak Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
sumber: www.belfend.web.id |
Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh walisongo yang banyak
berjasa menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, beliau masih
keturunan dari Raja Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Sunan Gunung Jati
berdakwah di Kota Cirebon dan menjadi pemerintahaan kota Cirebon yang
sesudahnya menjadi Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati lahir di Kairo,
Mesir pada tahun 1448, dan wafat pada tahun 19 September 1568
dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
Lalu Bagaimana Dakwah Walisongo Yang Sukses Ajarkan Islam di Indonesia ?
Dari kesembilan tokoh walisongo diatas, mereka memiliki cara tersendiri
untuk menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat Indonesia khususnya tanah
Jawa hingga sukses mengajak masyarakat Indonesia memeluk agama Islam
hingga saat ini. Masing-masing tokoh walisongo memiliki cara yang unik
dalam penyabaran Islam pada setiap dakwah yang dilakukannya. Dakwah
Islam menyebar sampai ke luar Nusantara di China yaitu Katon, Sumatra,
dan Kalingga sejak abad I Hijriyah (644-656 M). Dibawah ini merupakan
cara dakwah yang disampaikan oleh tiap-tiap tokoh walisongo dalam
penyebaran Islam di tanah Jawa :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Dalam berdakwah Sunan Gresik ini menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang tepat berdasarkan ajaran Al-Qur'an :
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik." (QS. An Nahl:125)
Di tanah Jawa, Sunan Gresik ini tidak hanya berhadapan dengan masyarakat
Hindu saja, tetapi Sunan Gresik juga harus bersabar terhadap mereka
yang tidak beragama maupun mereka yang terlanjur mengikuti aliran sesat.
Sunan Gresik juga meluruskan Iman dari orang-orang Islam yang bercampur
dengan sifat yang musyrik. Selain itu Sunan Gresik juga penolong
seorang fakir miskin dan dihormati oleh para pangeran dan para sulatan,
hal ini menunjukan betapa hebatnya perjuanagn beliau ketika menyebarkan
Islam dan menolong masyarakat yang ada didekatnya, bukan hanya kalangan
atas yang memiliki banyak harta melainkan juga kepada golongan bawah
yaitu kaum fakir miskin. Sunan Gresik ini membantu siapa saja yang ada
didekatnya dan berdakwah kepada mereka yang tujuannya menyebarkan Islam
di tanah Jawa ini.
Selain itu Sunan Gresik menggunakan wayang sebagai salah satu media
penyampaian dakwahnya kepada masyarakat Indonesia, wayang yang digunakan
oleh Sunan Gresik merupakan wayang kulit dalam memainkan wayang Sunan
Gresik ini memasukan beberapa nilai-nilai moral dan akidah kepada
masyarakat setempat. Nila moral dan akidah yang disampaikan melalui
pagelaran wayang kulit tersebut tentunya diambil dari nilai-nilai ke
Islaman.
Sunan Gresik juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran, keadilan, tanggung
jawab, dan etika yang baik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya
dan disampaikan kepada masyarakat melalui dakwahnya. Sehingga dakwah
yang dilakukan oleh Sunan Gresik ini mudah sekali di terima, dipahami,
dan dilakukan dalam kehipudan bermasyarakat.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada saat itu Sunan Ampel dijodohkan dengan salah satu putri Majapahit
yang bernama Dewi Condrowati, dari pernikahannya beliau dikaruniai
beberapa putra dan putri dianataranya yang menjadi penerus dari Sunan
Ampel yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Pada hari yang sudah
ditentukan mereka pergi ke sebuah daerah di Surabaya yang disebut
sebagai Ampeldenta.
Dalam perjalanan menuju Surabaya, Sunan Ampel berdakwah kepada penduduk
setempat yang dilaluinya, dakwah yang pertama dilakukan oleh Sunan Ampel
ini sangat unik, beliau hanya membuat sebuah kerajinan yang dibentuk
menjadi sebuah kipas yang berasal dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan
dari anyaman rotan. Kipas yang telah dibuat oleh Sunan Ampel ini
dibagikan secara gratis kepada penduduk setempat, para penduduk hanya
menukarnya dengan kalimat syahadat.
Penduduk yang sudah menerima kipas itu tentu sangat senang, apalagi
setelah mereka mengetahui kipas tersbut bukan semabarang kipas, akar
yang dianyam bersama rotan itu ternyata memiliki daya penyembuh bagi
mereka yang terkena penyakit seperti demam dan batuk. Dengan cara ini,
banyak sekali orang yang berdatangan kepada Sunan Ampel untuk
mendapatkan kipas tersebut. Pada saat inilah Sunan Ampel memperkenalkan
keindahan agama Islam kepada masyarakat setempat sesuai dengan kemampuan
pemahaman mereka.
3. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)
Dalam berdakwah Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk
menarik simpati mereka, alat kesenian itu seperti gamelan yang disebut
dengan Bonang. Bonang tersebut merupakan sejenis kuningan yang
ditunjolkan pada bagian tengahnya, jika tonjolan tersebut di pukul
dengan kayu lunak maka akan timbul suara merdu yang terdengan di telinga
penduduk setempat.
Saat itu Sunan Bonang membunyikan alat kesenian tersebut dan diiringi
dengan tembang-tembang yang berisikan ajaran Islam. Penduduk setempat
yang mendengarkan tembang tersebut penasaran dengan suara ini, setelah
itu penduduk setempat masuk kedalam sebuah masjid yang dimana didalamnya
ada Sunan Bonang yang sedang membunyikan alat kesenian Bonang tersebut.
Dengan cara ini sedikit-sedikit merebut rasa simpati penduduk, dan saat
itulah Sunan Bonang menajarkan dan menyebarkan Islam kepada penduduk
setempat.
4. Sunan Drajat (Raden Qasim)
Dalam berdakwah menyebarkan agama Islam Sunan Drajat ini mengabil sebuah
jalan lurus yang tidak berliku-liku. Agama harus diamalkan dengan lurus
dan benar sesuai dengan ajaran Nabi dan tidak ada sedikitpun perubahan
atau dicampur dengan adat dan kepercayaan lama. Sunan Drajat juga
menggunakan kesenian rakyat sebagai alat dakwahnya.
Dakwah yang disampaikan oleh Sunan Drajat ini bersumber dari, Al Qur’an,
Sunnah, Ijma’, Qiyas, Ajaran Guru dan pendidik seperti Sunan Ampel atau
orang tuanya, Ajaran dan pemikiran atau paham yang telah tersebar luas
di masyarakat, Tradisi di masyarakat setempat yang telah ada yang sesuai
ajaran Islam, dan Fatwa Sunan Drajad sendiri.
5. Sunan Kudus (Ja'far Shadiq)
Sunan Kudus adalah seorang tokoh yang kuat serta gagah berani, dengan
keberaniannya itu menjadikan Sunan Kudus sebagai panglima perang. Dalam
menyampaikan dakwahnya sunan kudus ini memberikan sebuah ceramah atau
bercerita kepada penduduk setempat mengenai sapi seekor sapi.
Pada saat itu Sunan Kudus membeli seekor sapi, sapi tersebut berasal
dari India, kemudian sapi itu di ikat didepan rumahnya. Rakyat kudus
yang saat itu sebagian besar beragama Hindu penasaran dengan apa yang
akan dilakukan oleh Sunan Kudus dengan sapi yang dibelinya itu. Dalam
pandangan Hindu sapi ini merupakan hewan suci yang katanya merupakan
kendaraan yang dipakai oleh para dewa, menyembelih sapi adalah perbuatan
dosa yang dikutuk para dewa. Lalu apa yang akan dilakukan Sunan Kudus ?
Setelah penduduk setempat berdatangan semakin banyak dan berkumpul
didepan rumah Sunan Kudus, beliaupun langsung keluar dari dalam rumahnya
dan berkata "Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak kadang
yang saya cintai, saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi
menyembelih sapi. Sebab di waktu saya masih kecil, saya pernah mengalami
saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang
menyusui saya."
Mendengat cerita tersebut masyarakat Hindu terkagum-kagum, dan menyangka
bahwa Sunan Kudus adalah titisan Dewa Wisnu yang akhirnya penduduk
Hindu ini bersedia mendengarkan ceramah dari Sunan Kudus. Pada saat itu
Sunan Kudu menceritakan bahwa dalam Al-Qur'an terdapat surat Al-Baqarah
yang artinya Sapi. Penduduk Hindu ini menjadi semakin ingin tahu lebih
banyak mengenai ajaran Islam, maka dari itu penduduk Hindu terus
berdatangan setiap harinya untuk mendengarkan dakwah dari Sunan Kudus.
6. Sunan Giri (Raden Paku atau Ainul Yaqin)
Sunan Giri menyampaikan dakwahnya sambil berlayar, beliau menyiarkan
agama Islam kepada penduduk setempat sehingga namanya cukup terkenal di
tanah air Nusantara ini. Penyampaian dakwah Sunan Giri ini menggunakan
wayang kulit pada saat peresmian Masjid Demak, dalam peresmian ini Sunan
Kalijaga mengusulkan peresmian Masjid Demak diiringi dengan pertunjukan
wayang kulit, namun wayang kulit yang digunakan Sunan Kalijaga ini
ditolak dan tidak disetujui oleh Sunan Giri, karena wayang kulit yang
digunakan oleh Sunan Kalijaga ini berbentuk manusia dan dalam ajaran
Islam yang bergambar manusia itu haram hukumnya.
Pada saat itu Sunan Giri mengusulkan agar peresmian Masjid Demak ini
diresmikan pada hari jum'at sekaligus melaksanakan shalat jum'at
berjamaah. Setelah itu Sunan Kalijaga mengubah wayang kulitnya menjadi
berbeda lagi dan tidak bisa dikatakan sebagai gambar manusia lagi, dan
akhirnya Sunan Giri ini menjadikan wayang kulit ini sebagai media
menyampaikan dakwah.
7. Sunan Kalijaga (Raden Said)
Sunan Kalijaga dalam menyampaikan dakwahnya kepada penduduk setempat
tidak jauh beda seperti yang dilakukan oleh sahabat sekaligus gurunya.
Beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
memudahkan dalam penyampaian dakwah kepada penduduk setempat. Sunan
Kalijaga merupakan wali paling kreatif dalam menerapkan ajaran Islam
kepada masyarakat. Seni pewayangan yang semula kental dengan warna
Hindu-India, oleh Sunan Kalijaga diubah menjadi sendi yang penuh dengan
nuasa Islami.
Sunan Kalijaga juga mahir dalam mengolah kesenian lokal, sehingga
menjadi sebuah hiburan yang sangat menarik untuk ditonton oleh penduduk
setempat. Pada saat itulah Sunan Kalijaga ini menyampaikan dakwah yang
bernuasa Islami ini kepada penduduk setempat melalui media kesenian.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Dalam penyampaian dakwahnya Sunan Muria ini menggunakan cara yang halus,
dakwah yang Sunan Muria ini disampaikan lebih utamanya kepada
Masyarakat Pedesaan, Pedagang, Nelayan, dan Rakyat Jelata. Beliaulah
satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
sebagai alat dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat.
Pada saat itu Sunan Muria membangun dilereng gunung Muria, dan karena
itulah gelar Sunan Muria diberikan oleh penduduk setempat.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Dalam menyapaikan dakwahnya Sunan Gunung Jati ini menganut kecenderungan
Timur Tengah yang lugas. Beliau mencoba mendekati masyarakat dengan
membangun jalan yang menghubungkan antara wilayah satu dengan yang
lainnya. Dalam dakwahnya beliau tidak bekerja sendirian, beliau ikut
bermusyawarah di Masjid Demak dengan tokoh wali lainnya, bahkan beliau
juga membantu dalam pembangunan Masjid Demak tersebut.
Pada tahun 1479 beliau berkunjung ke China, di China Sunan Gunung Jati
ini membuka praktek pengobatan, dan banyak masyarakat China yang datang
untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, pada kesempatan inilah
Sunan Gunung Jati menyampaikan dakwahnya kepada penduduk China.
Bagaimana Bentuk Penyebaran Islam Oleh Walisongo ?
Bentuk penyebaran Islam yang dilakukan oleh walisongo dibagi menjadi
bebrapa bagian, seperti Perdagangan, Pendidikan, Pernikahan, Dakwah,
Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan. Untuk pembahasannya silahkan simak
dibawah ini :
1. Perdagangan
Dalam hal penyebaran agama Islam, perdagangan merupakan salah satu
bentuk dari penyebaran Islam di wilayah Nusantara ini yang dilakukan
oleh para walisongo. Dalam penyebarannya, pedagang Islam menjual
produknya kepada pedagang lainnya atau menjualnya kepada penduduk
didaerah itu sendiri. Pada saat berdagan, orang-orang yang berasal dari
Arab, Persia, dan Gujarat saling berhubungan atau saling berinteraksi
dengan penduduk Indonesia. Saat itulah mereka berhasil menarik penduduk
setempat untuk menganut agama Islam.
2. Pendidikan
Penyebaran agama Islam yang melalui pendidikan yaitu dengan melalui
lembaga pesantren atau pondok pesantren, pesantren ini merupakan
perguruan khusus agama Islam. Penyebaran agam Islam melalui pondok
pesantren ini merupakan penyebaran melalui perguruan Islam. Perguruan
pesantren ini mendidik para santri dari berbagai macam daerah, setelah
tamat mereka mendirikan pesantren baru di masing-masing daerahnya dengan
begitu agama Islam berkembang dan menyebar ke seluruh Indonesia dengan
cepat.
3. Pernikahan
Jika seseorang yang beragama Islam menikah dengan seseorang dari agama
lain, maka diharuskan agama lain masuk menjadi agama Islam. Contohnya,
seorang pria dari bangsa Arab dan merupakan raja, menikah dengan seorang
wanita Indonesia yang beragama Islam, maka si pria tersebut diajak
masuk Islam. Jika seorang raja masuk Islam maka prajuritnya akan
mengikuti rajanya. Dengan ini perkembangan Islam sangat cepat.
4. Dakwah
Dakwah merupakan salah satu penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh
para walisongo di daerah Jawa, menyebarkan agama Islam melalui dakwah
juga sering dilakukan oleh para juru dakwah (mubaligh), dengan dakwah
dapat mengajak penduduk untuk masuk ke agama Islam dengan cepat.
5. Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan
Akulturasi merupakan gabungan dari dua kebudayaan yang ada didalam suatu
lingkungan masyarakat, dalam penyebaran agama Islam akulturasi ini
terjadi didaerah yang memiliki adat tertentu. Biasanya akulturasi antara
ajaran Islam dan kebudayaan masyarakat ini terjadi pada setiap doa-doa
upacara adat, kelahiran, perkawinan dan lain sebagainya tergantung dari
adat masing-masing daerah.
Dari kelima bentuk penyebaran agama Islam yang diatas, hingga saat ini masih kental dilakukan oleh masyarakat di wilayah Indonesia, dan tentunya kelima bentuk penyebaran agama Islam tersebut bertahan hingga samapai saat ini dan tidak pernah ada perubahan sama sekali, sunggguh besar perjuangan walisongo untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Indonesia khususnya di pulau Jawa. Hingga menjadikan negara Indonesia menjadi negara paling banyak yang penduduknya beragama Islam.
Sekian artikel mengenai Dakwah Walisongo Sukses Ajarkan Islam di Indonesia. Kurang lebihnya mohon maaf.
Semoga Bermanfaat...
Dari kelima bentuk penyebaran agama Islam yang diatas, hingga saat ini masih kental dilakukan oleh masyarakat di wilayah Indonesia, dan tentunya kelima bentuk penyebaran agama Islam tersebut bertahan hingga samapai saat ini dan tidak pernah ada perubahan sama sekali, sunggguh besar perjuangan walisongo untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Indonesia khususnya di pulau Jawa. Hingga menjadikan negara Indonesia menjadi negara paling banyak yang penduduknya beragama Islam.
Sekian artikel mengenai Dakwah Walisongo Sukses Ajarkan Islam di Indonesia. Kurang lebihnya mohon maaf.
Semoga Bermanfaat...