Rabu, 17 April 2013

Jangan Membela Orang Fasik Dan Menghujat Orang Sholeh



Orang bilang bahwa media modern sekuler memiliki motto “bad news is good news”. Artinya setiap kejadian buruk malah menjadi sumber penghasilan.
Oleh karenanya media bermotto seperti itu sangat rajin mengumpulkan dan menyebarluaskan berbagai kejadian yang mengandung kemaksiatan, perbuatan keji, permusuhan, intrik, konflik dan kriminalitas.

Semakin heboh suatu kejadian semakin bersemangat para kuli tinta sekuler memburunya. Itulah realitas berbagai media yang sejatinya berkarakter “modern sekuler”. Dia tidak peduli jika berita yang disebarluaskan melanggar akhlak ajaran Allah سبحانه و تعالى Al-Islam.

Ia hanya mengutamakan bagaimana caranya agar tiras atau ratingnya tinggi di mata para pembaca, pendengar atau pemirsanya. Semakin tinggi tiras, maka semakin besar income yang dihasilkan. Inilah realita dunia media-massa pada umumnya di zaman penuh fitnah dewasa ini.
Sampai di sini sesungguhnya masalah yang timbul sudah cukup parah. Sebab keadaan ini menjadikan masyarakat setiap hari harus mendengar, menyaksikan dan mengunyah-ngunyah berbagai berita buruk yang sudah barang tentu mempengaruhi otak dan hatinya. Dan akibat selanjutnya masyarakat cenderung mengalami de-sensitisasi (penurunan kehalusan perasaan/penginderaan) terhadap berbagai perilaku kemaksiatan, perbuatan keji, permusuhan, intrik, konflik dan kriminalitas yang diberitakan media-massa.

Artinya masyarakat kian hari menjadi kian terbiasa dengan berbagai keburukan tersebut sehingga menjadi toleran terhadap semua hal keji itu. Akibat puncaknya hilanglah ghirah (kecemburuan) di dalam diri dan akhirnya spirit amar ma’ruf nahi munkar (menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) menjadi pupus kalau tidak bisa dibilang mati sama sekali.

Sulit menemukan media dewasa ini yang berfungsi sebagai pelita di tengah kegelapan zaman penuh fitnah. Media yang menyebabkan manusia menjadi ingat dan tunduk-merendah kepada sang Pencipta Alam Raya, Allah سبحانه و تعالى . Yang menyebarluaskan optimisme akan masa depan cerah kebangkitan kembali dienullah Al-Islam. Yang meyakinkan masyarakat bahwa hanya dengan kembali kepada Al-Islam sajalah dunia akan menemukan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan hakiki. Yang tidak ikut terkotak ke dalam fanatisme kelompok, golongan maupun partai alias media partisan. Yang senantiasa mengingatkan masyarakat bahwa kehidupan dunia bersifat fana dan bakal sirna, sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati dan abadi. Yang meyakinkan ummat bahwa sepahit apapun penderitaan dunia, sesungguhnya ia tidak setara dan tidak patut disejajarkan dengan kesengsaraan hakiki Murka dan Neraka Allah di akhirat kelak nanti. Yang terus-menerus menyadarkan masyarakat bahwa senikmat apapun kesenangan dunia, namun ia tidak pantas diburu dan dikejar sebagaimana seharusnya berkompetisi memburu kebahagiaan hakiki dan lestari Ridho dan Jannah Allah di akhirat kelak. Yang menyemangati setiap orang beriman agar selalu memperjuangkan ihdal-husnayain (satu dari dua kebaikan), yakni isy kariiman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) atau mut syahiidan (mati syahid).

Sampai di sini sesungguhnya masalah yang timbul sudah cukup parah. Tetapi masalahnya tidak cuma itu. Sudahlah media yang beredar umumnya sekuler lalu ditambah lagi dengan realitas pahit bahwa masyarakat yang menikmati media seperti itu umumnya merupakan masyarakat yang mudah terprovokasi.

Masyarakat penikmat media sekuler tadi sangat mudah dipancing emosinya untuk berreaksi yang sungguh jauh dari dewasa dan bertanggung-jawab, apalagi bersikap Islami…! Dalam merespon media penyebar kerusakan kebanyakan masyarakat terbelah menjadi dua. Sebagian menjadi corong yang turut menyebarkan lebih lanjut apapun berita atau info media tadi. Padahal boleh jadi sebenarnya berita yang disebarkan tidak benar alias palsu.

Sehingga kadangkala orang yang menyebarkan berita tadi tanpa sadar telah terlibat dalam menghujat orang yang sholeh semata-mata karena ia tidak suka kepada orang tersebut atau kelompok dimana orang tersebut merupakan anggota di dalamnya. Tetapi bisa juga terjadi bahwa tanpa sadar kita secara membabi-buta alias taqlid membela orang yang memang benar-benar terlibat suatu kemaksiatan semata-mata karena yang diberitakan itu adalah kawan dekat atau teman sekelompok, golongan atau partai.

Sungguh kita sedang menjalani era penuh fitnah. Masyarakat begitu mudahnya terpancing untuk harus berfihak ketika mengikuti suatu isyu yang ditebar media. Seolah hanya ada dua pilihan sikap. Menyetujui isi pemberitaan atau mengingkarinya. Padahal menyetujui seringkali berarti turut menebar fitnah, gosip dan dusta. Sebaliknya, mengingkari terkadang menyebabkan hilangnya sikap obyektif dan menyuburkan fanatisme kelompok yang bersifat irrasional. Right or wrong is my group, my organization and my party. Oleh karenanya Allah سبحانه و تعالى sangat mengharuskan seorang muslim bersikap adil dan obyektif.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ
شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ
أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. (QS An-Nisa 135)
Janganlah karena fihak yang memperoleh pemberitaan negatif di media adalah “orang dekat” kita maka dengan membabi-buta kita bela dia. Seolah orang dekat kita itu tidak pernah terlibat kesalahan dan dosa.

Waspadalah saudaraku, jangan sampai tanpa sadar kita malah membela dengan kacamata kuda seseorang yang sebenarnya dikategorikan Allah سبحانه و تعالى sebagai orang fasiq (jahat). Janganlah spirit keorganisasian dibiarkan berkembang menjadi virus ta’ashshub (fanatisme golongan) yang dibenci Allah سبحانه و تعالى dan Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم .
Ingat, semua kita pasti akan mempertanggung-jawabkan apapun yang telah kita sikapi, ucapkan dan perbuat.

Jangan asal membeo kepada fihak yang kita merasa sudah dekat dengannya. Padahal siapapun di dunia ini –selain Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم – bisa tergelincir ke dalam kesalahan dan dosa. Selain Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم tidak ada fihak yang dapat meng-claim dirinya atau kelompoknya sebagai pemilik kebenaran sejati.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS Al-Israa 36)

Seperti misalnya kasus seorang pejabat aktifis Islam yang mengutip ayat dari Kitab Suci selain Al-Qur’an. Maka timbul kehebohan di masyarakat. Banyak aktifis Islam lainnya yang mengecam perbuatan tersebut. Mereka memandang apa perlunya tindakan seperti itu dilakukan, tidakkah cukup mengutip dari Al-Qur’an saja sebagai daftar firman Allah سبحانه و تعالى yang telah sempurna dan lengkap? Kemudian secara otomatis muncullah pembelaan dari aktifis seorganisasi dengan pejabat tersebut. Ia melakukan pembelaan yang sedemikian ilmiah dalam sebuah tulisan panjang.

Maksudnya adalah memberikan alasan argumentatif dalam rangka justifikasi perbuatan sang pejabat. Tulisan tersebut cukup bermutu. Tetapi sayang ketika sang pejabat itu sendiri di-tabayyun (dimintai penjelasannya) kemudian diwawancarai langsung oleh media untuk ditanyakan apa sebenarnya latar belakang ia mengutip Kitab Suci selain Al-Qur’an, maka ia mengaku dirinya merupakan sosok inklusif yang menghadirkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamien.

Lalu ia mengatakan bahwa penyebutan terhadap ayat di Kitab Suci selain Al-Qur’an itu menunjukkan partainya tidak memiliki pandangan sempit. Artinya, apa yang begitu panjang lebar dan ilmiah dijadikan pembelaan oleh kawan separtainya justeru dibantah oleh pejabat itu sendiri. Ini sudah cukup bagi kita untuk memperoleh gambaran akan situasi yang sebenarnya. Wallahu a’lam.
Tetapi demikian pula sebaliknya, janganlah kebencian kita kepada orang atau kelompok tertentu menyebabkan kita ikut-ikutan menjadi usil sebagaimana usilnya para insan media sekuler. Semata-mata karena kita senang melihat fihak lawan politik kita tersingkap aib dan kelemahannya di depan publik.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواكُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Al-Maidah 8)

Betapapun tidak setujunya kita terhadap kiprah seseorang atau suatu kelompok tertentu hal itu tidak boleh menjadi pembenaran atas penyebarluasan aib dan kesalahan mereka.
Kita harus senantiasa ingat dan yakin bahwa para malaikat tidak pernah lalai mencatat setiap perbuatan manusia, baik dikerjakan di tempat terbuka maupun tertutup. Dan Allah سبحانه و تعالى merupakan Dzat Yang Maha Adil. Allah سبحانه و تعالى pasti akan memberikan ganjaran yang setimpal atas setiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun. Setiap amal kebaikan akan memperoleh reward yang setimpal dan setiap amal keburukan memperoleh hukuman yang juga setimpal.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.(QS Az-Zalzalah 7-8)

NABI MUHAMMAD SAW DALAM PERSPEKTIF ALQUR’AN

BAB I  PENDAHULULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.     Definisi Nabi
-          Secara Bahasa bersumber dari Kamus
-          Secara istilah    bersumber dari Kitab Tauhid
B.    Karakteristik Nabi
-          Sebagai manusia biasa
-          Sebagai manusia pilihan
-          Mendapatkan wahyu dari Allah SWT
-          Bersifat Ma’shum
C.    Mengapa perlu adanya Nabi
D.    Nabi Muhammad SAW dalam perspektif Alqur’an
-          Kata Muhammad dalam Alqur’an
-          Dhomir Muhammad dalam alqur’an
        E.  Tugas Nabi Muhammad SAW
-          Pembawa kabar gembira
-          Pemberi Peringatan
-          Membacakan Ayat –ayat Alqur’an
-          Menjelaskan Ayat-ayat Alqur’an
-          Mengajarkan hikmah
F.     Kewajiban kita terhadap Nabi
a.      Mentaati
b.      Mencintai Nabi
c.      Melanjutkan Risalah Nabi
     III    KESIMPULAN

I. Pendahuluan
Agama samawi dapat diterima oleh umat manusia sebagai pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, tidak terlepas dari peranan para nabi dan rasul. Agama Islam dapat berkembang ke seantero dunia sampai saat sekarang ini tidak terlepas dari peranan nabi Muhammad SAW. Dia sebagai muballigh, sekaligus  uswatun hasanah, yang menjadi teladan bagi para sahabatnya, para tabi’in, tabi’it tabi’in yang senantiasa mengamalkan sunah-sunahnya sehingga sampai kepada kita yang hidup di zaman sekarang ini.
            Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, sebagai khatamul anbiya wal mursalin yang syari’atnya bersifat universal berlaku untuk seluruh ummat manusia dan berlaku sepanjang zaman.
            Pada makalah Nabi dalam perspektif Alqur’an ini sesuai dengan silabus akan dibahas masalah yang berkaitan dengan nabi, meliputi: Siapakah nabi dan rasul itu? Apa fungsi Nabi dan rasul? serta Nabi Muhammad dalam perspektif Alqur’an.
            Penulis menyadari  walaupun sudah  berusaha maksimal. Namun  makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik  dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini .

II. Pembahasan
A. Pengertian Nabi dan Rasul
Secara Bahasa kata Nabi berasal dari bahasa arab nabaa yang artinya pembawa berita. Sedangkan menurut Istilah Nabi ialah seseorang yang menerima wahyu syariat dari Allah untuk dilakukan sendiri,sedangkan rasul adalah seseorang yang menerima wahyu syariat dari Allah untuk dilakukan sendiri dan agar disampaikan kepada ummatnya.[1]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Nabi dan rasul adalah manusia biasa yang mendapat wahyu dari Allah
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
 Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
 kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Esa”. Q.S Al Kahfi 110
2. Nabi dan rasul adalah manusia biasa yang makan makanan dan  
    berjalan di pasar-pasar
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguhmemakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Q.S. Al Furqan :20
3. Nabi dan rasul adalah seorang laki-laki
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Q.S. Al Anbia:7
4. Sebagaimana manusia nabi dan rasul pun kawin dan berketurunan
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
     Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu
dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.
Q.S. Ar Ra’d:38
5. Nabi dan  rasul adalah seorang manusia pilihan dari golongan umatnya
itu sendiri yang sudah dipersiapkan oleh Allah dengan diberi karunia
    berupa kecerdasan fikiran serta kesucian rohani.[2]
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (75
Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari  manusia;  sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Q.S. Al An’am 124

B. Berapa jumlah Nabi dan rasul
            Jumlah Nabi 124.000 orang dan kesemuanya laki-laki. Sedangkan jumlah rasul  25 rasul sebagaimana disebutkan dalam alqur’an[3].
Diantara para rasul itu ada yang diceritakan oleh Allah SWT. Kepada kita, dan ada juga yang tidak diceritakan.
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ  (164
Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Q.S. An Nisa 164

 C. Tujuan Allah mengutus para Rasul
            Adapun tujuan Allah mengutus para rasul antara lain:
1.      Untuk mengajak umat manusia untuk bertauhid dan beribadah kepada Allah semata
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ(25
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan
      Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
      melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
      Q.S Al  anbia:25

2. Menyuruh manusia menyembah Allah dan menjauhi thaghut
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,( berhala atau syaitan ) Q.S. An Nahl :36
3.      Menegakkan agama dan jangan berpecah -belah
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Q.S. As Syuura :13
    4.   Membacakan dan mengajarkan ayat-ayat Allah serta hikmah
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Q.S. al Jumu’ah :3

D. Nabi Muhammad dalam perspektif Alqur’an
            Dalam perspektif alqur ’an nabi Muhammad adalah:
1.      Sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ(119
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. Q.S. Al Baqarah 119

2.      Menjadi saksi atas perbuatan manusia

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Q.S. Albaqarah: 143

3.      Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang bisa mati

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ(144
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Q.S. Ali Imran: 144

4.      Nabi Muhammad adalah pembawa kebenaran:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(170
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Q.S. An Nisa :170

5.      Nabi Muhammad pembawa kebenaran mukjizat berupa alqur’an

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا(174
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).Q.S. An Nisa: 74
6.      Nabi Muhammad adalah pemberi peringatan dan penjelasan

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ(184

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.Q.S. Al A’raf:184

7.       Nabi Muhammad adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ(2
agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya, Q.S. Huud:2
8.      Nabi Muhammad adalah penyampai amanah Allah

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ(82
Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.Q.S.An Nahl:82

9.      Nabi Muhammad adalah pengikut agama nabi Ibrahim yang hanif

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ(123

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Q.S.An Nahl: 123

10. Nabi Muhammad adalah Rasulullah dan penutup para Nabi

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا(40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.          Q.S. Al Ahzab: 40

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Q.S. Al Fath :29

11.  Nabi Muhammad adalah Pembawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul sebelumnya
بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ(37
Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).Q.S. As shaffat :37

12. Nabi Muhammad adalah seorang pemberi peringatan
قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ(65

Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.Q.S. Shaad : 65
هَذَا نَذِيرٌ مِنَ النُّذُرِ الْأُولَى(56
Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu.Q.S. An Najm: 56

13.  Nabi Muhammad adalah Da’i yang tidak minta upah dari dakwahnya

            قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ(86
Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas da`wahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Q.S. Shaad : 83
14.       Nabi Muhammad adalah Nabi yang pernah melihat Jibril dalam
     mukanya yang asli

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى(13
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, Q.S. An Najm:13

15. Nabi Muhammad adalah penyampai wahyu Allah yang tidak mungkin
      bohong Q.S Al Haqqah: 44-47

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ(44)لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ(45)ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ(46)فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ(47)
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, (44) Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya.(45) Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.(46) Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.(47)
16. Nabi Muhammad adalah Nabi yang menerima Alqur’an secara
      berangsur-angsur
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ تَنْزِيلًا(23
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Q.S. Al Insan :23

17. Nabi Muhammad adalah kepala Negara yang adil


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى
 أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(8
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. . Q.S. Al Maidah :18

19. Sangat memperhatikan dan toleransi kepada pemeluk agama lain
      Hadits Nabi ” man adza dimiyyan faqad adzani ”

 20. Guru yang yang yang visioner
       hadits Nabi ” ’allimu auladakum fainnahum mahluqun min ghairi
       zamanikum”

21. Kepala keluarga yang ideal
      Hadts nabi ” khirukum  khairukum li ahlihi wa ana khairukum li ahli”

III Kesimpulan
1.      Nabi adalah Nabi ialah seseorang yang menerima wahyu syariat dari Allah untuk dilakukan sendiri
2.      Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu syariat dari Allah untuk dilakukan sendiri dan agar disampaikan kepada ummatnya
3.      Fungsi Rasul yaitu untuk mengajak umat manusia untuk bertauhid dan beribadah kepada Allah semata serta menjauhi thaghut.
4.      Nabi Muhammad dalam perspektif Alqur’an sebagai rasul , penyampai kabar gembira serta pemberi peringatan, sbagai kepala negara yang adil, demokratis, sebagai guru yang visioner, kepala keluarga yang sangat memperhatikan keluarganya, sebagai kakek yang sangat mencintai cucunya.

Referensi

Sabiq,Sayid 1996, Aqidah Islam,  Terjemahan Diponegoro Bandung.
Mujieb, M. Abdul1994, Kamus Istilah Fiqih, Pustaka Firdaus Jakarta
The Holy Qur’an CD
Katsir, ibnu, 2006 Kisah-kisah Alqur’an, Kalam Mulia Jakarta


I. PENDAHULUAN
            Masalah KKN akhir-akhir ini sedang menjadi issu sentral di negeri kita tercinta ini.   Banyak kepala daerah masuk penjara karena masalah korupsi, begitu juga beberapa mantan mentri dijebloskan ke penjara karena hal yang sama. Bahkan Indonesia termasuk Negara terkorup di asia Tenggara.
Nabi  Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir yang syari’atnya berlaku sepanjang zaman. Sedangkan Alqur’an merupakan mukjizat terbesarnya yang dapat kita saksikan sampai saat sekarang ini. Alqur’an adalah shalihun likulli zamanin wa makanin. Sebagai konsekuensinya  Alqur’an harus mampu menjawab segala persoalan yang timbul pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
            Benarkah alqur’an mampu menjawab segala persolan yang muncul di kalangan umat manusia ? Sedangkan persolan itu berkembang sangat pesat, semakin kompleks serta beragam ? Jika waktu itu Nabi menghadapi persoalan yang sulit, maka ayat alqur’an turun sebagai jawaban atas persoalan tersebut. Sekarang alqur’an sudah sempurna, bagaimana cara menjawab segala persolan yang timbul pada saat sekarang ini.
            Makalah ini akan membahas bagaimana hukum membela orang yang salah ? Bagaimana hukumnya KKN? ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) Bagaimana pula hukum harta yang dihasilkan dari korupsi?
            Pemakalah menyadari sepenuhnya, meskipun sudah berusaha untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi masih saja terdapat kekurangan. Hal itu disebabkan karena minimnya pengetahuan dan referensi pemakalah. Oleh sebab itu kritik dan saran selalu diharapkan demi kesemputrnaan makalah ini selanjutnya.

II. PEMBAHASAN

  1. Larangan khianat dan membela orang yang salah Annisa 105 dan
     Al Anfal 58

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا(105
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,Q.S An Nisa :105

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (58

Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.Q.S. Al Anfal :58

            Khianat atau curang merupakan sifat tercela. Seseorang akan merasa sakit hati dan kesal jika ia dikhianati. Karena khianat mengakibatkan hubungan sesama manusia menjadi tidak harmonis. Betapa tidak seseorang sudah menaruh kepercayaan penuh, tidak  tahunya  kepercayaan itu dia khianati atau dicurangi.
Dengan khianat kredibilitas seseorang akan hancur. Pepatah mengatakan sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya. Pantaslah kalau Allah sangat membenci terhadap orang yang suka berkhianat. Sifat khianat merupakan salah satu dari tanda orang munafiq sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ   روه البجارى

Artinya: Tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berkata dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya  curang (khianat) ( H.R. bukhari )
Bukan hanya itu saja Allah pun mengancam kepada orang munafik dengan siksaan yang pedih (Q.S An Nisa 138) yaitu di neraka yang paling bawah (Q.S An Nisa :145)

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا(138
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, Q.S An Nisa 138

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا(145
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Q.S An Nisa :145
Sebagaimana dalam QS. An Nisa : 105 kita dilarang membela orang salah. Orang yang salah bukan seharusnya dibela, tetapi justru harus diingatkan tentang kesalahannya sehingga tidak  lagi berbuat kesalahan, serta diberikan hukuman sesuai dengan bobot kesalahannya. Membela orang yang salah berarti bekerja sama dalam perbuatan dosa.
Allah SWT melarang hal itu sebagaimana firmannya:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Q.S. Al Maidah : 2
Jadi membela orang yang salah seperti yang sering dilakukan  advokat atau pengacara  hukumnya haram. Apalagi jika dengan jalan membela orang yang salah, kemuadian yang salah dimenangkan oleh hakim dan pengacara tersebut memperoleh imbalan.  Uang imbalan  yang diperoleh dari jalan yang haram , maka hukumnya haram juga.

B. Hukum Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN )
1. Korupsi ialah perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
    sosok dan lain sebagainya[4]. Korupsi merupakan perbuatan haram, karena penggelapan uang bias disamakan dengan mencuri. Sedangkan hukuman pencuri adalah dipotong tangannya jika sudah memenuhi syaratnya seperti uang yang dicuri  mencapai satu nisab
Allah SWT berfirman :

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ  (38

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S Al Maidah :38
Jika yang dilakukan dalam korupsinya menerima uang sogok, maka perbuatan itu pun terkutuk sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
Sedangkan Kolusi ialah kerja sama rahasia untuk maksud tidak terpuji[5]
Nepotisme ialah tindakan mementingkan , menguntungkan sanak saudara atau teman-teman sendiri terutama dalam pemerintahan.[6]
                                                                                                                   
b. hukum KKN
c. Hukuman bagi koruptor dan kedudukan harta hasil korupsi

                       



[1] Sayid Sabiq, 1996, Aqidah Islam, Diponegoro Bandung. Halaman 276
[2] Sayid Sabiq, 1996, Aqidah Islam, Diponegoro Bandung. Halaman 276
[3] M. Abdul Mujieb, 1994, Kamus Istilah Fiqih, Pustaka Firdaus Jakarta. Halaman 238
   Imam Al asy’ari berpendapat bahwa diantara para nabi ada yang wanita, yaitu: Hawwa, Sarah,
   Ibu  Nabi Musa, Hajar, ‘Aisyah dan Maryam

[4]Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 133
[5] Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 582
[6]Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, hal 269