Rabu, 23 Januari 2013

Cara Aman Makan Mi Instan



Oleh: Marmi Panti Hidayah

Mi instan merupakan makanan yang paling simpel dikonsumsi. Mudah dan praktis. Namun perlu diingat bahayanya. Misalnya, endapan zat pewarna yang sangat berbahaya bagi tubuh.

Ahli gizi Afrinia Ekasari menuturkan, mi instan terbuat dari bahan dasar tepung, terigu, telur, air dan mineral, serta dilengkapi bumbu dan minyak sayur. Memang ada kandungan vitamin, tapi pada faktanya, jauh dari standar untuk memenuhi angka kebutuhan gizi. Terutama bagi anak-anak.

Ada beberapa kandungan berbahaya pada mi instan, yakni bahan pengawet dan pewarna yang tidak dapat diurai di dalam tubuh, sehingga cenderung tidak dapat dikeluarkan. Jadi, apabila zat-zat tersebut terlalu sering dikonsumsi, dapat mengendap dalam tubuh dan bersifat karsinogenik atau merusak.

“Karena itu, untuk memenuhi zat gizi, sebaiknya mi instan ditambahkan sayuran dan protein hewani seperti telur, ayam, udang,” ujar wanita yang lama berkarir di perusahaan makanan tersebut. Afrinia menyarankan jangan terlalu sering mengonsumsi mi instan.

Sementara Andi Imam Arundhana, ahli gizi dari Universitas Hasanuddin menguraikan bahwa dalam prinsip-prinsip makanan seimbang, apa yang dikonsumsi harus beraneka ragam, memiliki kandungan gizi. “Tidak hanya mengandung karbohidrat, tapi juga lemak, protein dan vitamin. Tidak cukup dengan kenyang saja,” ujarnya.

Sebagai gambaran, lanjut Andi, saat sarapan, seseorang membutuhkan sekitar 15-25 persen dari kebutuhan zat gizinya. Sementara kandungan mi instan baru memenuhi sekitar 16 persen kebutuhan karbohidrat dan lemak seseorang (kebutuhan 2.000 kkal).

Terkait dengan bahan pengawet, Andi mengungkapkan, kendati bisa hilang, memang sangat sulit. “Melalui sistem sekresi manusia, setidaknya sekitar empat hari kemudian,” ujarnya.

Karena itulah, dia mengatakan, kalaupun terpaksa harus mengonsumsi mi instan, durasi paling banyak 4-5 hari sekali. “Misalkan hari ini kita sudah konsumsi mi instan, empat hari sampai lima hari kemudian baru bisa konsumsi lagi,” jelasnya.

Andi dan Afrinia sependapat bahwa cara memasaknya harus diperhatikan, selain menambah bahan makanan lain saat mengonsumsi mi instan, demi kesehatan.  Keduanya menyarankan agar ketika memasak mi instan, air rebusan pertamanya dibuang. Hal itu perlu dilakukan untuk membuang pengawetnya.

“Barulah mi instan dimasukkan ke dalam air mendidih yang baru, sehingga kadar pengawetnya keluar,” jelas Andi.

Cara lainnya yang bisa ditempuh adalah tidak menggunakan bumbu bawaan dari mi. “Kita bisa mengolah bumbunya sendiri seperti saat memasak,” kata Andi. Atau, minimal kurangi penggunaan bumbu mi instan. Ini untuk meminimalisasi masuknya pengawet ke dalam tubuh kita.

“Jika sudah terasa cukup, buang saja sisa bumbunya. Bila ingin lebih asin, ada baiknya ganti dengan menambahkan garam,” katanya. “Berbagai cara tadi bisa ditempuh, bila memang kita tidak bisa menghindari konsumsi mi instan.”

Bagian lain yang perlu diperhatikan, yaitu ketika membeli. Kata Afrinia Ekasari, selain melihat tanggal kedaluwarsa, komposisi, logo halal, pastikan juga kemasan tidak cacat atau robek. Sebab dalam kondisi cacat atau robek, berbagai macam serangga dapat mengontaminasi mi instan tersebut.

10 Makanan yang Ternyata Beracun



Ketika dikonsumsi sedikit, makanan berikut ini memang tidak mengganggu kesehatan Anda. Tetapi dalam jumlah besar, mereka bisa memberi dampak yang lebih merugikan dari yang Anda kira.


Jamur
Jamur yang tersedia di supermarket seharusnya aman untuk dikonsumsi, tetapi para penggemar jamur perlu berhati-hati karena banyak spesies dapat sangat berbahaya bahkan mematikan.

Sekitar 100 spesies jamur dikabarkan berbahaya bagi manusia, dengan gejala mulai dari sakit kepala hingga kejang bahkan kematian. Pada tahun 2010 sejumlah kecil jamur yang disebut Little White dianggap bertanggungjawab atas kematian sekitar 400 orang di Cina.

Cabai
Cabai terkenal karena pedasnya, yang membuatnya sangat terkenal. Kendati begitu, ternyata kepedasan tersebut dihasilkan dari senyawa kimia (capsaicin) yang dapat menyebabkan efek keracunan seperti sakit perut, gatal-gatal, dan dalam kasus paling parah, dapat berujung pada kematian.

Bagi kebanyakan orang, mengonsumsi cabai hanya sedikit berbahaya, namun capsaicin memang paling baik dibatasi dalam konsumsinya, jadi pastikan untuk tidak terlalu banyak memakannya dan hindari kompetisi makan makanan pedas!

Minyak rapeseed
Ada banyak kontroversi tentang minyak yang tampak alami dan tidak berbahaya ini, namun anggapan umum menyatakan bahwa minyak rapeseed memiliki banyak efek negatif pada kesehatan. Laporan menyatakan bahwa tumbuhan rape, yang merupakan sumber dari minyak tersebut, sangat beracun, dan efek samping mengonsumsi minyaknya antara lain adalah masalah pernapasan dan kebutaan.

Beras
Tidak diragukan lagi, beras memiliki banyak manfaat kesehatan. Kendati begitu, sebuah penelitian mengungkapkan, satu dari lima kemasan beras panjang Amerika mengandung zat beracun dengan tingkat berbahaya, sementara penelitian lainnya menemukan terdapat kadar arsenik dalam susu beras dan beras bayi.

Meskipun semangkuk nasi berisiko relatif kecil dalam menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, konsumsi arsenik dengan kadar tinggi erat kaitannya dengan kanker.

Biji pala
Meskipun biji pala memiliki manfaat kesehatan, namun juga dapat sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Biji pala mengandung zat beracun yang disebut myristicin, porsi sedang dari biji pala dapat menyebabkan halusinasi, sementara dalam jumlah besar biji pala dapat menyebabkan kejang, berdebar-debar, mual, dehidrasi, dan kematian.

Apel non-organik
Karena apel rawan menjadi tempat berkembang biak serangga, para petani sering melapisi buah dengan bahan kimia pestisida dan fungisida, beberapa di antaranya akan menyerap ke dalam dagingnya. Untuk meminimalkan risiko kesehatan, cobalah untuk membeli apel organik kapan pun Anda bisa, atau setidaknya kupas kulitnya sebelum makan.

Salmon ternak
Sebuah penelitian menemukan, 13 racun berbeda — antara lain PCB, yang diklasifikasikan sebagai sebuah kemungkinan karsinogen manusia oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) — berada pada tingkat yang lebih tinggi dalam salmon yang dibesarkan di peternakan daripada yang terdapat dalam salmon liar.

Karena kemungkinan bahaya kesehatan akibat mengonsumsi racun tersebut, dianjurkan untuk mengurangi porsi dari salmon ternak (petunjuknya adalah dengan mengurangi setengah porsi per bulan, bergantung dari mana salmon tersebut berasal) atau beralih mengonsumsi salmon liar.

Popcorn microwave
Meskipun makan popcorn microwave tidak diyakini berbahaya bagi kesehatan, namun ditemukan bahwa popcorn dengan bumbu mentega mengandung bahan kimia berbahaya (diacetyl) dalam bumbu tersebut yang melepaskan gas beracun ketika dimasukkan ke dalam microwave.

Meskipun sejauh ini hal tersebut sebagian besar hanya dialami oleh pekerja pabrik — dengan banyak timbulnya penyakit paru-paru yang disebut sebagai “paru-paru popcorn” — seorang konsumen kini diketahui juga mengidap gangguan paru-paru akibat racun tersebut.

Namun, ini jelas tidak dapat menjadi patokan, karena penderita tersebut mengaku bahwa ia mengonsumsi popcorn microwave setidaknya dua kali sehari selama 10 hingga 12 tahun. Jika Anda makan dalam jumlah sedikit, mungkin paling aman untuk mengonsumsinya di rumah, hanya berhati-hatilah untuk menghindari gas ketika membuka kemasan popcorn tersebut.

Kentang
Kentang mungkin terlihat cukup aman, tapi apakah Anda tahu bahwa kentang sebenarnya berasal dari keluarga yang sama dari tanaman beracun Solanaceae?

Kentang memiliki risiko tertentu untuk kesehatan kita karena mengandung senyawa beracun yang dikenal dengan glycoalkaloids, yang paling mengkhawatirkan adalah solanin yang memengaruhi saraf dan sistem pencernaan, menyebabkan sakit kepala, lemas, limbung, diare dan muntah dan lain-lain.

Keracunan kentang sangat jarang terjadi, tapi hindarilah kentang yang sudah berkecambah — yang cenderung memiliki konsentrasi glycoalkaloids yang lebih tinggi — dan kentang yang telah berubah hijau. Meski warna hijau dalam kentang sendiri tidak berbahaya, hal tersebut menunjukkan bahwa kentang telah terpapar cahaya matahari, yang dapat juga mendorong tingkat solanin untuk naik di atas kadar yang aman.

Kacang
Kacang tidak hanya menjadi salah satu penyebab alergi makanan yang paling umum, tetapi juga dapat berbahaya bagi orang-orang yang tidak menderita alergi. Kacang lebih baik dihindari oleh orang-orang yang mempunyai masalah dengan ginjal atau kantung empedu karena mengandung oxalates yang dapat mengkristal dan menyebabkan batu pada ginjal dan kantung empedu.

Namun, bahkan bagi kita semua, kacang dapat beracun oleh karena kerentanan kacang terhadap jamur dan aflatoksin (karsinogen yang sangat beracun) yang dihasilkan oleh jamur yang disebut Aspergillus flavus yang menyerang kacang.

Jika Anda tidak bisa menolak untuk mengemil kacang, cobalah untuk membeli kacang yang diproduksi di daerah-daerah kering, karena risiko aflatoxins lebih rendah. 
Read more on realbuzz.com...
Follow realbuzz on Twitter
The top 10 worst foods to eat
Top 5 banned foods

Mengurangi Konsumsi Nasi Putih itu Sehat



Ghiboo.com - Mulai untuk berpuasa makan nasi sepertinya baik untuk dicoba. Penelitian terbaru menunjukkan ada kemungkinan untuk mengembangkan risiko diabetes tipe 2 melalui makan nasi.

Penelitian dilakukan dengan melihat kembali empat penelitian sebelumnya yang melibatkan sekitar 350.000 orang. Hasilnya, semakin banyak makan nasi putih, maka semakin tinggi kesempatan seseorang untuk mengembangkan kondisi tersebut.

Temuan yang dimuat dalam British Medical Journal menganalisis seluruh partisipan melalui satu porsi nasi 18 gram dan faktor lain, seperti berat badan, tingkat olahraga dan diet. Selama masa penelitian (4-22 tahun), sekitar 13.200 orang mengembangkan diabetes.

Orang Asia dianggap berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan orang Asia cenderung memiliki asupan jauh lebih tinggi untuk mengonsumsi nasi dibandingkan orang Barat, rata-rata tiga hingga empat porsi dalam sehari.

Para peneliti menjelaskan bahwa terdapat efek negatif terhadap kadar gula darah karena nasi putih mengandung indeks glikemik yang tinggi dibanding nasi merah. Selain itu, nasi putih juga memiliki nutrisi yang lebih sedikit, termasuk serat dan magnesium, yang dapat mencegah diabetes tipe 2.

Indeks glikemik merupakan ukuran seberapa cepat glukosa dilepaskan kedalam aliran darah setelah makan. Makanan yang mengandung indeks glikemik rendah, seperti beras merah, membuat orang merasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula lebih stabil.

Jangan Lagi Remehkan Tempe!


Tempe adalah salah satu makanan tradisional masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah, tempe juga bisa Anda dapatkan dengan mudah.
Jangan-Lagi-Remehkan-Tempe!Mungkin sebagian dari Anda menganggap bahwa tempe adalah makanan kelas bawah yang kurang bergengsi jika dihidangkan sebagai menu utama, apalagi jika Anda sedang menjamu tamu istimewa.
Tapi tahukah Anda bahwa kandungan gizi tempe tidak kalah kelas dengan makanan mewah lainnya?

Kandungan Gizi Tempe

Tempe dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dengan jamur Rhizopus oligosporus. Menurut penelitian terbaru, kandungan gizi tempe disejajarkan dengan kandungan gizi yang ada pada yogurt. Tempe merupakan sumber protein nabati. Mengandung serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Kandungan antibiotika dan antioksidan di dalamnya dapat menyembuhkan infeksi serta mencegah penyakit degeneratif. Dalam 100 gram tempe mengandung protein 20,8 gram, lemak 8,8 gram, serat 1,4 gram, kalsium 155 miligram, fosfor 326 miligram, zat besi 4 miligram, vitamin B1 0,19 miligram, karoten 34 mikrogram.

Baik untuk Semua Usia

Tempe merupakan hasil olahan kedelai melalui proses fermentasi. Selama proses fermentasi berlangsung, kedelai akan mengalami perubahan nilai gizi dan tekstur. Enzim pencernaan pun akan dihasilkan oleh Rhizopus oligosporus (kapang tempe) selama proses fermentasi berlangsung, itulah yang membuat tempe lebih nyaman di lambung.
Pengolahan kedelai menjadi tempe juga turut menurunkan kadar stakiosa dan raffinosa, dua zat penyebab perut kembung. Tak hanya itu, tempe juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Dalam 100 gr tempe terkandung sekitar 20,8 gr protein, sehingga cocok dijadikan menu harian bagi Anda yang menerapkan diet tinggi protein.
Keutamaan tempe yang lain adalah, karbohidrat, protein, dan lemak sehat yang terkandung di dalamnya lebih mudah dicerna dan diserap tubuh. Baik dikonsumsi oleh anak-anak untuk mengoptimalkan pertumbuhan atau menjaga fungsi organ tubuh bagi orang dewasa.

Sehat untuk Jantung

Dalam beberapa tahun terakhir, protein kedelai telah menjadi ikon baru dalam menjaga kesehatan jantung. Penelitian juga telah membuktikan bahwa kandungan protein dalam tempe dapat menurunkan kolesterol jahat sebesar 30-45 persen.
Seperti kita ketahui bahwa kolesterol jahat (LDL) adalah faktor penyebab tersumbatnya pembuluh darah yang dapat memicu serangan jantung dan stroke. Penelitian juga menyebutkan bahwa tempe dapat meningkatkan kadar HDL atau kolesterol baik dalam darah, yang berguna untuk menekan jumlah kolesterol jahat dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.

Mengendalikan Gula Darah

Tempe juga aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Kandungan protein dan serat yang terdapat dalam tempe mampu mencegah naiknya kadar gula darah. Penderita diabetes biasanya lebih berisiko mengalami aterosklerosis atau radang pembuluh darah yang berhubungan dengan penyakit jantung, sehingga harus menjaga kadar kolesterol darah tetap rendah. Inilah mengapa mengonsumsi tempe baik bagi penderita diabetes.

Mencegah Kanker

Kandungan serat dalam tempe tak hanya efektif untuk memperbaiki kinerja saluran cerna, tapi juga ampuh dalam mengikat racun dan kolesterol penyebab kanker dan membuangnya dari dalam tubuh. Racun yang telah terikat tidak dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata juga dapat mencegah kanker prostat, payudara dan penuaan dini.
Begitu besar manfaat kesehatan yang ditawarkan makanan murah ini bagi Anda. Kalau begitu, kenapa musti malu mengonsumsinya? (dan)

Kuburan Keluarga

Assalamualaikum
Ana mau tanya, bagaimana hukumnya membuat makam keluarga. Mengingat saat ini kebanyakan bila menggunakan pekuburan umum harus mengeluarkan biaya perawatan dan sewa. Adapula yang ‘membeli’ diawal dengan harga tinggi untuk sebagiannya di deposito untuk biaya perawatan.
Saya pernah baca, Aisyah radhiyallahu anhuma ingin dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah shallalahualaihi wassalam (yang bersamanya telah dimakamkan Abu Bakar radhiyallahu anhu.) namun karena keadaan mendesak, akhirnya Umar radhiyallahu anhu lah yang dimakamkan bersama Rasulullah dan Abu Bakar. Apakah ini bisa menjadi hujjah dibolehkannya membuat makam keluarga? Mohon penjelasannya.
Jazakallahu khairon.
Aryan Wirawan
>>>>>>>>>>>>>>>
Disunnahkan mengubur mayat di pekuburan umum, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengubur para sahabatnya di pekuburan Baqi, adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikubur di kamarnya dikarenakan kekhususan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam
3. Disunnahkan untuk mengubur mayat di kuburan. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengubur para sahabatnya di kuburan baqi’. Dan tidak pernah dinukil dari seorang pun dari salaf bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengubur seseorang di selain kuburan, kecuali sesuatu yang telah mutawatir bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikubur di kamarnya. Karena hal ini merupakan kekhususan Beliau. Sebagaimana hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
لَمَّا قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْتَلَفُوا فِي دَفْنِهِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا مَا نَسِيتُهُ قَالَ مَا قَبَضَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا فِي الْمَوْضِعِ الَّذِي يَجِبُ أَنْ يُدْفَنَ فِيهِ فَدَفَنُوْهُ فِي مَوْضِعِ فِرَاشِهِ (رواه الترمذي)
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, para sahabat berselisih pendapat dalam masalah tempat untuk mengubur Beliau. Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berkata,”Saya mendengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuatu yang aku belum lupa. Beliau bersabda,’Tidaklah Allah mewafatkan seorang Nabi, kecuali di tempat tersebut wajib untuk dikubur’.” Kemudian mereka mengubur Beliau di tempat tidurnya. [HR At Tirmidzi].
Orang yang mati syahid dikubur di tempat dia meninggal dunia. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengembalikan syuhada’ Uhud supaya dikubur di tempat mereka terbunuh. Padahal sebagian syuhada’ sudah dibawa pulang ke Madinah.
Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/3071/slash/0

Lamanya Khotbah Jumat

Mohon diizinkan saya bertanya tentang Khotbah Jumat.
Apakah ada riwayat Nabi yang menentukan lamanya/panjangnya Khotbah
Jumat? Yang saya fahami dari kebiasaan Khotbah Jumat di kampung saya itu
berkisar 30 menitan.
Apakah lama khotbah Jumat tsb. sudah sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad?
Mohon pencerahan dan bimbingan.
Salam.
>>>>>>>>>
Kelima : Khutbah hendaklah sebentar, shalat lebih panjang, namun keduanya itu sedang.
قَالَ أَبُو وَائِلٍ خَطَبَنَا عَمَّارٌ فَأَوْجَزَ وَأَبْلَغَ فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا يَا أَبَا الْيَقْظَانِ لَقَدْ أَبْلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ فَلَوْ كُنْتَ تَنَفَّسْتَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا
“Abu Wa’il berkata: ’Ammar berkhutbah kepada kami dengan ringkas dan jelas. Ketika dia turun, kami berkata,”Hai, Abul Yaqzhan (panggilan Ammar). Engkau telah berkhutbah dengan ringkas dan jelas, seandainya engkau panjangkan sedikit!” Dia menjawab,”Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat dan pendekanlah khutbah! Dan sesungguhnya diantaranya penjelasan merupakan sihir’.” [HR Muslim, no. 869].
Dalam hadits lain disebutkan, dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا
“Aku biasa shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka shalat Beliau sedang, dan khutbah Beliau sedang”. [HR Muslim, no. 866].
Adapun ukuran panjang shalat Jum’at dapat dilihat dari kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau biasa membaca surat Al A’la dan Al Ghasyiyah, atau Al Jumu’ah dan Al Munafiqun. Sehingga khutbah Jum’at hendaklah tidak lebih lama dari itu. Dari An Nu’man, dia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum’at dengan: Sabbihisma Rabbikal a’la dan Hal ataaka haditsul ghasyiyah”. [HR Muslim, no. 878].
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ
“Abu Hurairah berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca keduanya (surat Al A’la dan Al Ghasyiyah) pada hari Jum’at”. [HR Muslim, no. 862].
Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Al ‘Ablaani berkata,”Memanjangkan khutbah merupakan cacat yang seharusnya ditinggalkan oleh para khathib. Mereka lebih mengerti daripada yang lain, bahwa pengunjung masjid pada shalat Jum’at ada pemuda, ada orang tua pikun yang tidak mampu menahan wudhu’ dan kesucian sampai waktu yang lama, ada orang yang memiliki kebutuhan lain, ada orang yang lemah, orang sakit, dan ada orang-orang yang memiliki halangan. Sehingga memanjangkan khutbah akan sangat menyusahkan mereka. Selain itu, memanjangkan khutbah akan membangkitkan kebosanan, bahkan kejengkelan terhadap khathib dan khutbahnya. Sebagaimana dikatakan (dalam pepatah): Sebaik-baik perkataan adalah yang ringkas dan jelas, dan tidak panjang lebar yang membosankan.” [Imamatul Masjid, hlm. 95-96].
Ketika membicarakan tentang sunnah memendekkan khutbah Jum’at, Syaikh Ahmad bin Muhammad Alu Abdul Lathif Al Kuwaiti berkata: “Wahai, khathib yang membuat orang menjauhi dzikrullah (khutbah), karena engkau memanjangkan perkataan! Tahukah engkau, bahwa diantara sunnah khutbah Jum’at adalah meringkaskannya dan tidak memanjangkannya. Dan sesungguhnya memanjangkan khutbah Jum’at menyebabkan para hadirin lari (tidak suka), menyibukkan fikiran, dan tidak puas dengan tuntunan Nabi Pilihan (Muhammad) n serta para pendahulu umat ini yang baik-baik”. [Al ‘Ujalah Fi Sunniyyati Taqshiril Khutbah, hlm. 6].
Kalau kita memperkirakan lama khutbah Jum’ah yang baik, mungkin sekitar 15 menit.
Wallahu a’lam.
Selengkapnya ada di http://almanhaj.or.id/content/2618/slash/0

MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA KEPADA NON MUSLIM

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsamîn
http://almanhaj.or.id/content/2406/slash/0
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsamîn ditanya tentang hukum mengucapkan selamat hari raya kepada non-muslim (seperti selamat Natal) : Jika mereka memberi ucapan selamat kepada kita, bagaimana cara menjawabnya? Bolehkah kita menghadiri tempat-tempat perayaan mereka berkait dengan hari raya ini? Jika ada yang mengikutinya, apakah dia berdosa? Padahal terkadang dia melakukannya karena pura-pura, atau malu, atau merasa bersalah (jika tidak menghadiri undangan, Red.) dan berbagai sebab lainnya? Dalam masalah ini, apakah kita boleh meniru mereka?
Jawab
Memberikan ucapan selamat kepada orang-orang kafir, seperti ucapan “Selamat Natal” dan perayaan keagamaan lainnya, hukumnya adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama’.
Ibnul-Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, Ahkâmu Ahli Dzimmah mengatakan: “Mengucapkan selamat dengan syiar-syiar orang kafir yang merupakan kekhususan mereka, hukumnya ialah haram menurut kesepakatan para ulama. Seperti memberikan ucapan selamat kepada mereka berkaitan dengan hari raya mereka, ibadah mereka, dengan mengucapkan “selamat berhari raya”, atau yang sejenisnya. Perbuatan seperti ini, kalaupun si pelaku selamat dari kekufuran, namun ia telah melakukan sesuatu yang diharamkan. Perbuatan seperti ini sama dengan mengucapkan “selamat” atas peribadatan mereka. Bahkan ucapan ini lebih besar dosanya di sisi Allah Azza wa Jalla dan lebih dimurkai daripada memberikan ucapan selamat kepada peminum khamr, pembunuh, pezina, dan lain sebagainya. Banyak orang yang tidak memiliki perhatian terhadap din (agama) terseret dalam perbuatan seperti ini. Dia tidak mengetahui kejelekan yang dilakukannya. Barang siapa memberikan ucapan selamat berkaitan dengan perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka ia terancam mendapat kemurkaan Allah Azza wa Jalla.” Selesai perkataan Ibnul-Qayyim rahimahullah.
Memberikan ucapan selamat kepada orang-orang kafir berkaitan dengan perayaan keagamaan mereka hukumnya haram. Seperti inilah yang disebutkan oleh Ibnul-Qayyim rahimahullah, karena dalam ucapan selamat tersebut tersirat pengakuan terhadap syiar-syiar (simbol-simbol) kekufuran, ridha terhadap kekufuran meskipun ia tidak ridha kekufuran itu untuk dirinya. Bagi setiap muslim diharamkan menyukai kekufuran atau memberikan ucapan selamat kepada yang lain berkaitan dengan kekufuran ini, karena Allah k tidak meridhai kekufuran. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu”. [az-Zumar/39 : 7].
Firman Allah Azza wa Jalla.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu”.[al-Mâ`idah/5 : 3].
Memberikan ucapan selamat kepada mereka bererkaitan dengan hal itu, hukumnya haram, baik ia ikut merayakan maupun tidak. Jika memberikan ucapan selamat kepada kita berkaitan dengan hari raya mereka, maka kita tidak perlu menjawabnya. Karena itu bukan hari raya kita. Juga hari raya itu tidak diridhai Allah Azza wa Jalla. Karena kemungkinan hari raya itu adalah bid’ah dalam agama mereka, atau mungkin pernah disyari’atkan namun telah dihapus dengan agama Islam yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk semua manusia dan jin. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. [Ali Imrân/3 : 85].
Memenuhi undangan dalam perayaan ini hukumnya haram. Karena memenuhi undangan ini lebih berat dibandingkan memberikan ucapan selamat. (Dengan) menghadiri undangan, berarti ikut merayakan bersama mereka. Begitu juga, seorang muslim diharamkan meniru mereka dengan mengadakan acara-acara dalam hal perayaan ini, atau saling memberi hadiah, membagi-bagi permen, makanan, meliburkan aktifitas, atau yang sejenisnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut”. [HR Imam Ahmad dalam Musnadnya, 2/50, 92].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya, Iqtidhâ Sirathil-Mustaqîm, Mukhâlafatu Ash-hâbil-Jahîm, berkata: “Meniru-niru mereka dalam sebagian perayaan mereka menyebabkan seseorang bangga dengan kebathilan yang ada pada mereka … Bisa jadi, hal ini akan lebih memotivasi mereka untuk memanfaatkan momen-momen itu”. Selesai perkataan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Seseorang yang melakukan perbuatan ini, berarti ia berdosa, baik melakukannya karena pura-pura, suka, malu, atau karena faktor lainnya. Karena semua itu termasuk mudâhanah (dukukngan yang dilarang) dalam dinullah dan menyebabkan mereka semakin mantap serta bangga dengan agamanya.
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikan kaum muslimin mulia dengan agamanya, memberikan keteguhan hati, serta menolong kaum muslimin dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Sesungguhnya Allah k Maha kuat dan Maha perkasa.
Fatâwa Ulamâ al-Baladil-Harâm, hlm. 935-937.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Takut kepada Allah

Rabu, 02 Januari 2013, 12:46 WIB

Takut kepada AllahREPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Makmun Nawawi

Dari al-Qasim bin Muhammad, ia berkata, “Kami pernah bepergian bersama Abdullah Ibnu Mubarak. Selama dalam perjalanan, sering kali terbetik dalam hatiku, lalu aku berkata dalam hati, ‘Kelebihan apakah yang dimiliki orang ini dari kami sehingga ia terkenal di tengah masyarakat seluas ini? Kalau ia shalat, kami juga shalat.

Kalau ia berpuasa, kami juga berpuasa. Kalau ia berperang, kami juga berperang. Dan kalau ia menunaikan haji, kami juga menunaikan haji?’”

“Maka pada suatu malam, ketika kami berjalan-jalan di Kota Syam, tiba-tiba lampu padam. Seseorang dari kami berdiri, lalu mengambil lampu, atau keluar untuk mencari penerangan. Tak lama kemudian, ia pun datang membawa lampu.

Saat itu, saya melihat wajah Ibnu Mubarak dan janggutnya basah dengan air mata.” Saya pun berkata dalam hati, ‘Karena rasa takut inilah agaknya, orang ini dilebihkan atas kami. Barangkali ketika tak ada lampu, lalu gelap, ia ingat akan Hari Kiamat.’”

Pada era saat ini, padamnya lampu atau matinya listrik adalah hal biasa. Namun, bagi orang-orang alim yang terasah nuraninya dengan sejumlah ibadah mahdhah, fenomena alam yang kecil saja menjadi sesuatu yang menggetarkan jiwanya, yang menggiringnya menguak kebesaran Allah sehingga menjadikan dirinya merasa kerdil di hadapan-Nya.

Dari hatinya yang lembut, gelap gulitanya dunia ini bisa melambungkan spiritualitasnya sehingga semua itu ditangkapnya sebagai miniatur dari pengapnya alam kubur atau bahkan Hari Kiamat. Betapa semua fenomena alam ini membentangkan pelajaran dan pesan-pesan Ilahi yang sarat makna, seraya memuji-Nya (Ali Imran: 191) dan takut kepada-Nya (QS al-Fathir: 28).

Bila ketakutan (kepada Allah) ini sudah bertengger dalam hati manusa, ia akan membakar dan mengharu biru sarang-sarang syahwat yang bercokol dalam dirinya, mengusir dunia darinya, dan meremukkan hatinya sehingga selalu terpaut dengan akhirat. (QS an-Nazi'at: 40-41).

Selama manusia mempunyai rasa khauf pada Allah, ia tetap berada dalam jalan yang benar dan aman dari terseret arus kemaksiatan. Namun jika rasa takut pada-Nya sudah lenyap, ia akan tersesat jalan dan akan mudah terseok-seok dalam bujuk rayu setan. Meruyaknya perilaku korup, merebaknya perbuatan zina, masa bodohnya manusia dari usaha atau makanan yang halal atau haram, mudahnya meremehkan amanah, semua itu merupakan cermin mulai memudarnya ketakutan kepada Allah.

Berbeda dengan takut terhadap makhluk (manusia) yang ditandai dengan menjauh darinya, takut kepada Allah justru mendekat dan tak ingin jauh dari-Nya. Dan, itu antara lain bisa dilatih dengan memahami asma-Nya, selalu beribadah pada-Nya, tidak alfa dari amalan fardhu dan rajin menjalankan amalan sunah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta hanya mengonsumsi barang-barang yang halal dan menghindari yang haram.

Kalau Ibnu Mubarak bisa takut kepada Allah melalui peristiwa yang sederhana—seperti tersimpul dalam narasi di atas—haruskah kita baru takut pada-Nya jika terbebas dari kecelakaan maut atau bila dokter sudah memvonis kematian buat kita?
Redaktur: Heri Ruslan
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Makmun Nawawi

Agar Mudah Bersabar dan Bersyukur

Senin, 21 Januari 2013, 10:04 WIB

Agar Mudah Bersabar dan BersyukurREPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah

Alquran mengisahkan, bagaimana kesabaran Nabi Ayub AS menerima cobaan. Ia merasakan tiga penderitaan sekaligus, yaitu rasa sakit, kesedihan, dan kesendirian. Allah SWT mengujinya dengan harta, keluarga, dan penyakit.

Hartanya musnah, ia ditinggal istri dan tak lagi memiliki teman, dan ia  menderita penyakit kulit akut. Ini seperti tertuang di surah al-Anbiya' ayat 83-84. Ia tetap bersabar. Buah kesabaran itu, ia akhirnya sembuh dan meraih kasih sayang Allah.

Bersabar tak hanya pada hal yang tidak disukai, tapi makna bersabar juga mencakup menahan diri dari nafsu ketika mendapat nikmat. Seperti kala mendapat promosi jabatan atau rezeki tak terduga.

Beberapa cara bisa ditempuh untuk mudah bersabar. Ini sejatinya adalah 'perangkat lunak' dalam diri kita sebagai anugerah dari Allah. Di antaranya ialah memperbanyak senyum. Jika sedang terbakar emosi, tersenyumlah. Senyum adalah obat hati yang mujarab.

Bisa juga dengan cara mengalihkan perhatian, yaitu melupakan masalah itu sendiri. Melupakan, bukan berarti lari dari masalah, tetapi menghindari keterpakuan terhadapnya. Coba juga cara ini, yaitu tidak menelan mentah-mentah perkataan orang lain dalam hati. Saringlah baik-baik.

Bagaimana dengan syukur? Hakikat syukur ialah mengungkapkan pujian kepada Sang Pemberi Kebahagiaan, yaitu Allah. Sebab, segala anugerah datang dari-Nya. Ini kemudian diejawantahkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Bersyukur artinya berbuat baik untuk diri sendiri dan orang lain.

Dengan syukur, Allah akan mempermudah jalan bagi kita untuk meraih impian dan kesuksesan. Tanpa disertai syukur, bisa saja Allah berkehendak mencabut nikmat itu seketika. Lalu, bagaimana membiasakan diri bersyukur?

Ini bisa dilakukan setiap hari menjelang malam, salah satunya. Pejamkan mata dan renungkan apa saja kenikmatan di hari itu yang telah Anda terima. Berterima kasihlah kepada Allah. Dengan begitu, kita akan menyadari bahwa nikmat Allah sangat besar.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nahl [16]: 18).

Dan, syukur harus menjadi sarana taat kepada Allah. Ketika banyak rezeki, jangan hanya dibicarakan, berbuatlah sesuatu yang bermanfaat. Bantulah sesama yang membutuhkan. Tunaikan zakat dan berinfaklah. Karena, kesemuanya itu adalah bukti nyata rasa syukur.

Redaktur: Heri Ruslan
 
 
 
 

Senin, 21 Januari 2013

Renungan Kiamat

Jumat, 21 Desember 2012, 15:08 WIB 


Renungan Kiamat“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai kalian melihat tanda: terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya binatang, tiga khusuf (di Timur, di Barat dan Jazirah Arab), api yang keluar dari negeri Aden (kota di Yaman) yang menggiring manusia atau mengumpulkan manusia di malam dan di siang hari tetap bersama mereka dimana pun mereka berada." (HR. At-Tirmidzi no. 2183)

Berakhirnya kalender Suku Maya membuat sebagian orang di belahan dunia percaya bahwa hari di mana bumi dan segala isinya digoncangkan, atau yang lebih akrab kita sebut sebagai hari kiamat akan terjadi pada hari Jum'at tanggal 21 Desember 2012. Di berbagai negara, segala persiapan pun telah dilakukan guna mengantisipasi fenomena alam terdahsyat itu.

Sebagai seorang muslim, kita memang harus meyakini bahwa hari kiamat itu pasti terjadi karena percaya akan adanya hari kiamat merupakan rukun iman yang ke–6. Namun, hal itu merupakan rahasia Tuhan. Tidak ada satu orang pun yang mampu meramalkan kapan hari kiamat itu terjadi.

Kiamat kecil, seperti halnya kematian dan bencana alam yang terjadi di mana-mana, juga merupakan sebuah peringatan untuk kita sebelum akhirnya giliran kita itu tiba. Bahwa segala yang ada di muka bumi ini akan berpenghujung pada-Nya.

Tidak ada manusia yang mampu menandingi kuasa-Nya. Buktinya, tanggal–tanggal yang diperkirakan terjadinya hari kiamat berlalu begitu saja. Namun, setiap peristiwa memang selalu terkandung hikmah di dalamnya. Dari gencarnya pemberitaan mengenai hari kiamat ini kita dapat mengambil pelajarannya untuk memperbanyak lagi amal baik.

Datangnya hari kiamat itu bukan untuk ditakutkan melainkan untuk dipersiapkan. Berjaga-jaga manakala janji Allah akan adanya hari kiamat itu benar-benar tiba.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Dajjal.” (HR. Muslim 924)

Aini Nur Latifah
Redaktur: Miftahul Falah
 
 
 
 

PM Rusia: Saya tak Percaya pada Akhir Dunia

Jumat, 21 Desember 2012, 15:29 WIB
 
PM Rusia: Saya tak Percaya pada Akhir DuniaREPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev akhirnya angkat bicara terkait isu kiamat yang mencemaskan sebagian warganya.

"Saya tidak percaya pada akhir dunia," kata Medvedev seperti disadur dari The Telegraph, Kamis (20/12).

Medvedev melanjutkan, "Setidaknya, tidak untuk tahun ini."

Masyarakat dunia dibuat heboh dengan ramalan Suku Maya. Suku yang tinggal di Meksiko itu menyebut 21 Desember 2012 adalah akhir dunia alias kiamat.

Karena ramalan ini, tak sedikit orang yang panik. Namun, sebuah survei di Amerika Serikat menyebut, hanya 12 persen saja warga Negeri Paman Sam yang cemas kiamat bakal datang tahun ini.

Di tempat terpisah, Wali kota Bugarach, Prancis, Jean-Pierre Delord mengerahkan aparat kepolisian untuk menghalangi warganya yang ingin datang ke Gunung Pic de Bugarach, yang dipercaya sebagai salah satu tempat aman menghadapi kiamat.

Delord sendiri mengaku tidak percaya akan terjadi kiamat. Hal itu wajar, mengingat ia adalah seorang yang tidak percaya Tuhan alias atheis.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
 
 
 

Percaya Ramalan Kiamat, Bisa Merontokkan Iman

Jumat, 21 Desember 2012, 15:50 WIB

Percaya Ramalan Kiamat, Bisa Merontokkan ImanREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam melarang umatnya mempercayai segala bentuk ramalan, termasuk ramalan tentang kiamat yang disebut Suku Maya bakal terjadi 21 Desember 2012.

Nabi Muhammad SAW bersabda, siapa yang mendatangi peramal atau dukun dan mempercayai perkataanya, bakal rontok imannya. Artinya, umat Islam yang mempercayai ramalan Suku Maya jika kiamat bakal terjadi 21 Desember 2012, imannya sudah tercemar.

Diriwayatkan dari HR Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal lalu membenarkan ramalannya maka sungguh dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam.”

Surat al-A'Raf ayat 187 menjelaskan tidak seorang pun tahu kapan terjadinya kiamat.

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: 'Bilakah terjadinya?' Katakanlah: 'Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba'. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: 'Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui'."

Surat lain dalam Alquran yang menjelaskan tentang kiamat adalah surat Al-Ahzab ayat 63. "Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: 'Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah'. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya."

Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Rr. Laeny Sulistyawati
 
 

Rasulullah tak Pernah Meramalkan Kiamat

Rasulullah tak Pernah Meramalkan Kiamat Kamis, 20 Desember 2012, 16:26 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Alquran tidak pernah menyebutkan kapan kiamat terjadi. Bahkan Nabi Muhammad SAW tidak diberitahu Allah SWT kapan kiamat akan terjadi.

"Alquran dan Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan kita meramalkan tanggal kiamat," kata Deputi Menteri di Departemen Perdana Menteri Malaysia, Mashitah Ibrahim kepada the New Straits Times, Selasa (18/12).

Mashitah melanjutkan, “Bahkan Nabi tidak diberitahu Allah SWT soal kapan kiamat akan terjadi. Beliau (Rasulullah) bahkan tidak pernah mencoba untuk memprediksi hal itu (kiamat).”

Menurut penanggalan Suku Maya di Meksiko, 21 Desember 2012 menjadi tanggal terakhir. Artinya dunia akan hancur alias kiamat. Prediksi itu didasarkan pada kalender suku Maya yang menandai akhir siklusnya yang berusia 5.126 tahun sekitar 12 Desember 2012.

“Dalam Islam, adalah kewajiban bagi setiap pengikutnya untuk percaya pada akhir dunia, atau kiamat, seperti yang disebutkan Alquran,” ujarnya menegaskan.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
 

Rabu, 02 Januari 2013

Depresi, Bagaimana Solusinya? (2-habis)

Sabtu, 08 Desember 2012, 21:47 WIB

Depresi, Bagaimana Solusinya? (2-habis)REPUBLIKA.CO.ID, Seberat apa pun masalah yang dihadapi, seorang Muslim yakin bahwa kehidupan di dunia ini fana. Tidak akan kekal.

Bagi Muslim, akhiratlah kehidupan yang sesungguhnya. “Katakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” (QS. An-Nisaa [4]: 77).

Keimanan itu akan menekan segela rasa takut, cemas, dan galau. Dan, iman itu pula yang membantunya lebih siap menatap dunia. “Iman menjadikan problem yang berat akan terasa ringan. Bahkan, tak ada beban yang berarti. Iman akan mendatangkan sabar,” kata Prof Ahmad at-Talawy.

Seorang Muslim akan semakin rajin menyusuri makna di balik tiap ibadah. Shalat, misalnya. Ibadah apa pun, pada hakikatnya menyimpan pesan. Tak sekadar ritual biasa. Ibadah dalam Islam adalah sistem nilai dan akhlak yang integral. Sebuah sistem yang berupaya mencetak insan andal, insan kamil.

Penawar selanjutnya, lanjut Talawy ialah membaca, mentadaburi, dan mengamalkan Alquran. Hakikat keutamaan Alquran ialah sebagai obat bagi penyakit jiwa. “Dalami, resapi, dan ambil makna yang disampaikan Alquran,” imbaunya.

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57).

At-Talawy mengingatkan, di samping pesan-pesan agung yang tersimpan dalam Alquran, hadis Rasulullah SAW juga menyimpan segudang mutiara hikmah. Semuanya berisikan petuah bijak yang menaklukkan dan membersihkan hati.    

Suatu saat, Rasul pernah bertanya kepada Haritsah bin Wahab, bagaimanakah sahabat itu melalui harinya. Haritsah menjawab, “Pagi ini, saya menjadi mukmin.”

Rasul mengujinya dan mengatakan bahwa segala sesuatu ada tanda-tandanya. “Apa bukti keimananmu?” tanya Nabi.

Haritsah mengaku telah menjauhi dunia, mencukupkan siang hari dan menghidupkan malam. “Aku benar-benar melihat Arsy Tuhanku,” katanya.

Rasulullah juga pernah mengajarkan kepada para sahabat tentang pentingnya berperilaku dengan iman. Ini terlihat dari hadis riwayat ad-Dailamy dari Ummu Salamah. “Jika Allah mencinta seorang hamba, Ia akan menjadikan baginya penasihat dari jiwanya dan pencegah dari kalbunya. Ada kalanya mencegah dan melarang.”

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah
 
 
 
 
 
 

Depresi, Bagaimana Solusinya? (1)

Sabtu, 08 Desember 2012, 21:21 WIB

Depresi, Bagaimana Solusinya? (1)REPUBLIKA.CO.ID, Obat penawar utama membentengi diri dan menyelesaikan masalah depresi ialah kembali kepada sabar dan iman.

Depresi atau gangguan kejiwaan merupakan momok yang menghantui manusia. Terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota metropolitan. Berbagai persoalan yang dihadapi seseorang, rawan memicu permasalahan jiwa.

Akumulasi impitan hidup akibat tekanan ekonomi, pengangguran, masalah asmara, hingga problematika rumah tangga terkadang mengendap dan menjadi fenomena gunung es. Tapi, kerap tak ada upaya untuk mencari solusi yang tepat.

Mengutip data Kementerian Kesehatan, pada 2011 jumlah penduduk Indonesia dari kalangan dewasa mencapai 150 juta jiwa. Dari total tersebut, sebanyak 11,6 persen atau sekitar 17,4 juta jiwa terserang gangguan mental atau emosional. Serangan itu berupa masalah kecemasan dan depresi.

Di DKI Jakarta, tren depresi meningkat. Pada 2010, penderita depresi sebanyak 159.029 orang. Jumlah tersebut bertambah menjadi 306.621 jiwa pada triwulan kedua 2011.

Prof Ahmad at-Talawy dalam makalahnya yang berjudul “Kaifa 'Alajal Islam Musykilat al-Faragh ar-Ruhi” menyatakan depresi yang menimpa seseroang tak jarang berujung pada aksi bunuh diri. Ini sangat disayangkan. Fenomana itu banyak muncul di negara-negara yang minim nilai.

Di negara-negara Islam terutama, tingkat depresi yang berakhir pada tindakan penghilangan nyawa sendiri lebih sedikit di banding negara-negara Barat, misalnya. Ini karena solusi yang ditawarkan bersifat transendental, bersumber dari Allah SWT.

“Sementara, penawar yang digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa di luar sana tak memiliki ruh dan spirit yang kuat. Bahkan, nihil hakikat,” papar Talawy.

Secara garis besar, ia menyatakan obat penawar utama membentengi diri dan menyelesaikan masalah depresi ialah kembali kepada sabar dan iman. Seorang Muslim mendapatkan siraman iman mulai dari rahim hingga ia dewasa. “Bekal ini menekankan kepadanya untuk selalu bersabar atas ujian yang diterima,” ujar Talawy.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah
 
 
 
 

Berkah Memuliakan Ibu (2-habis)

Kamis, 27 Desember 2012, 11:17 WIB

Berkah Memuliakan Ibu (2-habis)REPUBLIKA.CO.ID, Pengabdian yang penuh (ikhlas) kepada ibu bisa mengantarkan seorang anak ke surga.

Menurut Syekh Muhammad bin Ali Asa’awy dalam artikelnya yang berjudul “al-Ihsan ila al-Umm”, pengabdian dan bakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, wajib hukumnya.

Ini merujuk pada Surah Al-Isra’ ayat 23-24. Tingkat kewajiban berbuat baik (ihsan) kepada ibu itu bertambah kuat saat anak-anaknya dewasa.

Ia menjelaskan, bentuk ihsan kepada ibu bervariasi. Di level pertama ialah menjauhkan segala perkara buruk darinya, memberikan hal positif, berinteraksi dengan pekerti yang luhur dan etika kesopanan, peka terhadap perkara yang ia suka dan tidak, berdoa untuknya, dan segala ihsan yang dilakukan bertujuan untuk menggapai ridanya.

Berbakti dan berihsan kepada ibu adalah kunci dikabulkannya doa. Pengabdian kepada sosok ibu juga dikategorikan sebagai sebab masuk surga. Ini seperti tertuang dalam kisah Uwais. Tabi’in tersebut adalah orang yang beruntung.

Rasulullah SAW menyebut bahwa siapa pun yang melihat Uwais maka hendaknya  meminta doa ampunan kepadanya. Ini lantaran dirinya terkenal taat dan berbakti pada sang ibunda. Itulah yang mendorong Umar bin Khattab mencari keberadaan Uwais. Kisah pencarian Umar itu seperti tertuang di riwayat Muslim.

Syekh Asa’awy menjelaskan, pengabdian yang penuh (ikhlas) kepada ibu bisa mengantarkan seorang anak ke surga. Hal ini sebagaimana terjadi kepada Haritsah bin an-Nu’man. Dalam riwayat Ahmad disebutkan, Haritsah masuk surga berkat ihsan yang ia tujukan kepada ibunda. Dan, Haritsah adalah sosok paling berbakti untuk ibu.

Sebaliknya, mereka yang durhaka kepada kedua orang tua, khususnya ibu, akan mendapatkan ganjaran setimpal. Sanksi yang akan ia terima bukan hanya di akhirat. Akan tetapi, ia akan menerima akibat ulahnya itu di dunia.

Seperti ditegaskan dalam riwayat Muslim, setiap perbuatan dosa, Allah akan menunda siksaannya kapan pun Ia berkehendak hingga kiamat. Kecuali, durhaka kepada kedua orang tua. Allah akan mempercepat siksa bagi pelakunya di kehidupan dunia, sebelum mati.

Ini mengingat durhaka—sebagaimana riwayat Bukhari—termasuk pelanggaran berat, dosa besar. Imam Syafi’i pernah bertutur dalam syairnya, “Tunduk dan carilah rida ibumu karena mendurhakainya termasuk dosa besar.



Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah
 
 

Berkah Memuliakan Ibu (1)

Rabu, 26 Desember 2012, 19:17 WIB
Berkah Memuliakan Ibu (1)REPUBLIKA.CO.ID, Durhaka kepada ibu adalah dosa besar yang harus dihindari.

Di sudut Ka’bah, tampak seorang laki-laki tengah menggendong ibunya dan bertawaf bersama.

Sang anak lalu bersandung puisi, “Saya akan menggendongnya tiada henti, ketika penumpang beranjak, saya tidak akan pergi. Ibuku mengandung dan menyusuiku lebih dari itu, Allah Tuhanku yang Mulia dan Mahabesar.”

Ia melihat Abdullah bin Umar dan bertanya, apakah segala yang telah ia lakukan tersebut cukup membalas pengorbanan ibunya? “Tidak sedikit pun,” jawab Ibnu Umar.

Kasih sayang ibu tak terhingga. Kebaikan yang telah ia curahkan kepada anak-anaknya tak akan pernah terhitung. Cinta kasih ibu laksana mentari menyinari dunia. Terus berbagi cahaya untuk alam semesta, tanpa pamrih. Sekali pun ia dipenuhi dengan panas yang membara.

Seorang ibu mengandung anak dengan segala kelelahan dan risiko yang ada. Bersusah payah melahirkan, lalu membesarkannya. Karena itu, Allah SWT memerintahkan agar manusia mengingat pengorbanan tersebut. “Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).” (QS al-Ahqaaf [46]: 15).

Bagi generasi salaf, penghormatan atas jerih payah ibu mereka tekankan. Mereka menempuh bermacam cara untuk menunjukkan bakti terhadap ibundanya. Muhammad bin al-Munakkar, misalnya. Ia sengaja meletakkan kedua pipinya di tanah. Hal ini bertujuan agar dijadikan sebagai pijakan melangkah ibunya.

Selain itu, Ali bin al-Husain tak ingin makan satu meja dengan ibundanya. Alasannya? Ia takut bila merebut menu yang diinginkan ibunya. Ada lagi Usamah yang pernah memanjat pohon kurma, lalu mengupasnya dan menyuapi ibunya. Mengapa ia melakukan hal itu? Ia menjawab, “Ibuku memintanya. Apa pun yang ia minta dan saya mampu, pasti saya penuhi.”

Begitulah perhatian salaf terhadap ibu mereka. Aisyah bahkan pernah bertutur, ada dua nama yang ia nilai paling berbakti kepada sosok ibu, yaitu Usman bin Affan dan Haritsah bin an-Nu’man.

Nama yang pertama tak pernah menunda-nunda perintah ibundanya. Sedangkan yang kedua, rajin membasuh kepala sang ibu, menyuapinya, dan tidak banyak bertanya saat ibundanya memerintahkan suatu hal.      

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah
 
 

Kisah Muslim Jepang, Menggapai Islam Via Beasiswa

Senin, 17 Desember 2012, 17:31 WIB

Kisah Muslim Jepang, Menggapai Islam Via BeasiswaREPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Empat tahun lalu, Masashi Nagao tidak mempercayai agama. Ia beralasan, tidak ada jaminan seseorang yang beragama tidak akan berbuat jahat. "Jujur, peristiwa serangan gas beracun oleh sekte keagamaan Aum Shinrikyo yang menewaskan balasan orang membuatku semakin tidak percaya pada agama," kata dia.

Kebencian Nagano terhadap agama mereda ketika ia mengenyam pendidikan pascasarjana. Ia mulai membaca Alquran dan berbaur dengan komunitas Muslim Jepang. Itu dilakukan saat ia mendalami Antropologi. "Saya kira ini bagian dari hidayah Allah. Saya seolah terdorong untuk menerapkan apa yang dikatakan Alquran," ucap dia seperti dikutip japantimes.com, Senin (17/12).

Tak berlama-lama menyandang status mualaf, Nagano mulai belajar menyebarkan pesan Islam. Itu dimulai musim gugur tahun ini di mana ia ambil bagian dalam program pelatihan yang dikhususkan untuk menyembuhkan penyakit mental di Universitas Tohoku.

Ia juga cukup aktif menjalin komunikasi dengan umat agama lain. "Jujur saya merasa sulit untuk hidup sebagai Muslim di Jepang. Tapi itu tidak mengurangi minat saya untuk memberikan sumbangsih," kata dia.

Kisah Nagano juga dialami Mimasaka Higuchi, 76 tahun. Mantan ketua Asosiasi Muslim Jepang ini memutuskan menjadi Muslim pada 1963. Saat itu, ia mempelajari bahasa Arab guna menjadi bekal berkarir di Timur Tengah.

Beruntung baginya, pemerintah Mesir memberikannya beasiswa.Yang memberatkan Higuchi, syarat dari beasiswa itu adalah ia harus menjadi Muslim. Tak mau ambil risiko kehilangan kesempatan emas, Higuchi memutuskan menjadi Muslim. Dalam taraf itu, ke-Islaman Higuchi hanya sebatas status saja. "Saya belum jadi Muslim yang utuh," kata dia.

Setelah belajar di Universitas Al-Azhar selama tiga tahun, Higuchi mendapatkan pekerjaaan di maskapai penerbangan Jepang, dan menetap di Timur Tengah selama 10 tahun. Saat itulah, ia secara perlahan mulai mendalami Islam. "Saya melihat ada kesamaan antara Muslim dan masyarakat Jepang soal solidaritas yang kuat," kata dia.

Sekembalinya dari Timur Tengah, Higuchi merasa sulit untuk menjalani kewajibannya sebagai Muslim. Tapi ia tak patah semangat. Misalnya saja, ketika waktu shalat tiba ia sempatkan diri melaksanakannya meski posisinya saat itu berada di stasiun kereta.

Contoh lain, ia mulai terbiasa untuk tidak mengonsumsi minuman beralkhol dan makanan non-halal ketika menjamu kliennya. Ia juga secara bertahap melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. "Islam itu agama penuh rahmat, Alhamdulillah," ucapnya.

Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: Agung Sasongko
 
 
 

Alhamdulillah Hamburg Akui Islam Agama Resmi

Minggu, 18 November 2012, 08:40 WIB

Alhamdulillah Hamburg Akui Islam Agama ResmiREPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG -- Pemerintah Hamburg baru-baru ini mengakui Islam sebagai agama resmi di negara bagian Jerman itu. Wali kota Hamburg, Olaf Scholz, dan perwakilan dari tiga organisasi Muslim terbesar --Syura, DITIB dan VIKZ-- menandatangani surat keputusan bersama pada Selasa (14/11).

Kesepakatan yang diteken di Balai Kota tersebut menjelaskan hak dan kewajiban dari 130.000 Muslim di Hamburg. Scholz menggambarkan kesepakatan itu sebagai tonggak sejarah di dalam negeri.
"Kesepakatan ini merupakan ekspresi penghormatan terhadap kaum Muslim," tutur wali kota Hamburg.

Perwakilan DITIB Hamburg, Zekeriya Altug, menggambarkan perjanjian itu sebagai momentum bersejarah bagi muslim dan Hamburg. Dengan kesepakatan itu, kota Jerman itu secara resmi mengakui hari libur Islam sehingga karyawan Muslim dan siswa dapat merayakannya di rumah.
Kaum Muslim juga akan diberikan hak untuk melaksanakan penguburan sesuai dengan keyakinan mereka. Selain itu, siswa Muslim akan mendapatkan pelajaran tentang Islam di sekolah-sekolah negeri.

Perwakilan komunitas Muslim juga sepakat untuk mengakui nilai-nilai dasar konstitusi untuk menunjukkan rasa hormat kepada sudut pandang agama dan politik lainnya serta kesetaraan gender.
Hamburg menjadi model bagi negara bagian lainnya yang akan mengakui Islam sebagai agama resmi, disamping agama-agama lainnya.

Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: www.irib.ir
 
 
 
 
 
 

Inilah Sumbangsih Islam Bagi Dunia Farmasi

Rabu, 28 November 2012, 06:10 WIB

Inilah Sumbangsih Islam Bagi Dunia Farmasi REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan
“Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Sabda Rasulullah SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu tampaknya telah memicu para ilmuwan dan sarjana di era kekhalifahan untuk berlomba meracik dan menciptakan beragam obat-obatan.

Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan di masa keemasan tak lepas dari keberhasilan di bidang farmakologi dan farmasi.

Di masa itu para dokter dan ahli kimia Muslim sudah berhasil melakukan penelitian ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan dan efek dari obat-obat sederhana serta campuran.
Menurut Howard R Turner dalam bukunya Science in Medievel Islam, umat Islam mulai menguasai farmakologi dan farmasi setelah melakukan gerakan penerjemahan secara besar-besaran di era Kekhalifahan Abbasiyah.

Salah satu karya penting yang diterjemahkan adalah De Materia Medica karya Dioscorides. Selain itu para sarjana dan ilmuwan Muslim juga melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari Suriah, Persia, India serta Timur Jauh.

Karya-karya terdahulu itu telah membuat para ilmuwan Islam terinspirasi untuk melahirkan berbagai inovasi dalam bidang farmakologi. ”Kaum Muslimin telah menyumbang banyak hal dalam bidang farmasi dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat,” papar Turner.

Betapa tidak, para sarjana Muslim di zaman kejayaan telah memperkenalkan adas manis, kayu manis, cengkeh, kamper, sulfur serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan. Menurut Turner umat Islam-lah yang mendirikan warung pengobatan pertama. Para ahli farmakologi Islam juga termasuk yang pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan pembuatan sirup dan julep.

Pada awalnya, farmasi dan farmakologi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu kedokteran. Dunia farmasi profesional secara resmi terpisah dari ilmu kedokteran di era kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah. Terpisahnya farmasi dari kedokteran pada abad ke-8 M, membuat farmakolog menjadi profesi yang independen dan farmakologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Dalam praktiknya, farmakologi danfarmasi melibatkan banyak praktisi seperti herbalis, kolektor dan penjual tumbuhan dan rempah-rempah untuk obat-obatan, penjual dan pembuat sirup, kosmetik, air aromatik serta apoteker yang berpengalaman. Merekalah yang kemudian turut mengembangkan farmasi di era kejayaan Islam.

Setelah dinyatakan terpisah dari ilmu kedokteran, beragam penelitian dan pengembangan dalam bidang farmasi atau Saydanah (bahasa Arab) kian gencar dilakukan. Pada abad itu, para sarjana dan ilmuwan Muslim secara khusus memberi perhatian untuk melakukan investigasi atau pencarian terhadap beragam produk alam yang bisa digunakan sebagai obat-obatan di seluruh pelosok dunia Islam.

Di zaman itu, toko-toko obat bermunculan bak jamur di musim hujan. Toko obat yang banyak jumlahnya tak cuma hadir di kota Baghdad – kota metropolis dunia di era kejayaan Abbasiyah – namun juga di kota-kota Islam lainnya. Para ahli farmasi ketika itu sudah mulai mendirikan apotek sendiri. Mereka menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk meracik, menyimpan serta menjaga aneka obat-obatan.

Pemerintah Muslim pun turun mendukung pembangunan di bidang farmasi. Rumah sakit milik pemerintah yang ketika itu memberikan perawatan kesehatan secara cuma-cuma bagi rakyatnya juga mendirikan laboratorium untuk meracik dan memproduksi aneka obat-obatan dalam skala besar.

Keamanan obat-obatan yang dijual di apotek swasta dan pemerintah diawasi secara ketat. Secara periodik, pemerintah melalui pejabat dari Al-Muhtasib – semacam badan pengawas obat-obatan – mengawasi dan memeriksa seluruh toko obat dan apotek. Para pengawas dari Al-Muhtasib secara teliti mengukur akurasi berat dan ukuran kemurnian dari obat yang digunakan.

Pengawasan yang amat ketat itu dilakukan untuk mencegah penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dalam obat dan sirup. Semua itu dilakukan semata-mata untuk melindungi masyarakat dari bahaya obat-obatan yang tak sesuai dengan aturan. Pengawasan obat-obatan yang dilakukan secara ketat dan teliti yang telah diterapkan di era kekhalifahan Islam mestinya menjadi contoh bagi negara-negara Muslim, khususnya Indonesia.

Seperti halnya di bidang kedokteran, dunia farmasi profesional Islam telah lebih unggul lebih dulu dibandingkan Barat. Ilmu farmasi baru berkembang di Eropa mulai abad ke-12 M atau empat abad setelah Islam menguasainya. Karena itulah, Barat banyak meniru dan mengadopsi ilmu farmasi yang berkembang terlebih dahulu di dunia Islam.

Umat Islam mendominasi bidang farmasi hingga abad ke-17 M. Setelah era keemasan perlahan memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan lalu dikuasai oleh Barat. Negara-negara Eropa yang menguasai farmasi dari aneka risalah Arab dan Persia tentang obat dan senyawa obat yang ditulis para sarjana dan ilmuwan Islam. Tak heran, bila kini industri farmasi dunia berada dalam genggaman Barat.

Pengaruh kaum Muslimin dalam bidang farmasi di dunia Barat begitu besar. ”Hal itu tecermin dalam kembalinya minat terhadap pengobatan natural yang begitu populer dalan pendidikan kesehatan saat ini,” papar Turner. Mungkinkah umat Islam kembali menguasai dan mendominasi bidang farmasi seperti di era keemasan?

Redaktur: Heri Ruslan
 
 

Abdul Haq: Islam, Perbaiki Hidupku

Kamis, 29 November 2012, 00:41 WIB

Abdul Haq: Islam, Perbaiki HidupkuREPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Abdul Haq yakin akan pilihan agamanya, yakni Islam. Kehidupannya pun semakin lebih baik usai memeluk Islam.

''Aku merasa lebih baik dibandingkan sebelum masuk Islam. Aku percaya Islam telah membantuku mengembangkan karakter lebih baik dan menemukan lebih banyak cara untuk mengekspresikan keyakinanku itu,'' katanya seperti dikutip dari onislam.

Abdul menceritakan sejak memeluk Islam, dia mulai sering berkunjung ke masjid. ''Aku juga mulai mendatangi komunitas-komunitas guna mengetahui seperti apa penerapan Islam,'' lanjutnya.

Tak hanya shalat dan belajar agama Islam, Abdul pun memutuskan untuk menunaikan ibadah haji pada 1990. ''Itu adalah peristiwa yang sangat besar,'' kata dia.

Dikatakannya, dia tidak bergabung dalam sekte apapun di Islam. ''Aku lebih suka menjadi seorang muslim. Aku tidak menyebut diriku Sunni atau Syiah, meskipun aku juga mengikuti Quran dan Sunnah,'' tambahnya.

Abdul menambahkan seharusnya umat Islam bersatu. ''Saat ini, aku melihat adanya perpecahan di antara umat Islam,'' ujarnya.

Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Umi Lailatul
 
 
 
 

Mualaf Amanda: Semua Ajaran Alquran Masuk Akal

Senin, 03 Desember 2012, 06:24 WIB

Amanda: Semua Ajaran Alquran Masuk AkalREPUBLIKA.CO.ID, NOVA SCOTIA -- Tiga tahun lalu, Amanda Redmond terjebak di Bandara New York, Amerika Serikat, semalaman. Di bandara itulah, Amanda menemukan Islam.

Saat itu, untuk mengisi waktu, ia membaca Alquran. Sedari awal Amanda memang tertarik mempelajari Islam. "Ketika Anda merasa ada sesuatu yang benar, dan Anda tidak melakukannya, Anda akan berpikir tentang hal ini sepanjang waktu," kata dia seperti dikutip thechronicleherald.com, Ahad (2/12).

Menurut dia, pada masa itu, ada semacam rasa marah berkecamuk dalam dirinya. "Nilai-nilai yang diajarkan dan tertulis dalam Alquran semua masuk akal bagiku," cetus Amanda

"Saya," lanjut Redmond, "selalu memiliki minat sekilas, dan saya pikir perlu mempelajari lebih dalam tentang Islam. Ketika itu semakin masuk akal bagiku," tutur dia.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Agung Sasongko

Abdul Haq: Islam tidak Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan

Selasa, 04 Desember 2012, 05:00 WIB

Abdul Haq: Islam tidak Bertentangan dengan Ilmu PengetahuanREPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski pikirannya tentang konsep ketuhanan sudah mulai terbuka karena mempelajari Islam, Jeffrey S. Glazer alias Abdul Haq tidak serta merta menerima Islam.

Terlebih dahulu, ia pelajari dasar-dasar spiritualitas, ilmu pengetahuan dan metafisika sebagai bekal dirinya mempelajari satu agama. Setelah itu, ia bandingkan Islam dengan agama lain. Dalam proses itu, ia baca Alkitab, Perjanjian Lama, Taurat, Perjanjian Baru, Hindu dan Taoisme.

Pelajaran utama yang ia dapat dalam proses itu adalah keyakinannya terhadap eksistensi Tuhan. Setelahnya, ia pelajari kitab suci sebagai konfirmasi.

Abdul memulainya dengan membaca Taurat dan Alquran. Ketika membaca keduanya, Abdul menerima Alquran dengan alasan banyak jawab logis di dalamnya. (baca: Abdul Haq: Mencari Kebenaran Sejati, Islam Solusi).

"Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Saya juga menyukai prinsip dasar politik Islam yakni berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan," ucapnya seperti disitat dari onislam.net.

Pada satu titik, ia bersiap untuk menerima Islam. Ia mulai mempelajari bagaimana cara seorang muslim berdoa.

Ia beli literatur Islam di toko. Suatu hari, ia bertemu dengan Imam Siraj Wahhaj dari Masjid Takwa di Boorklyn. Setelah obrolan, Imam Siraj mengundangnya untuk berdiskusi. Tak lama, Imam Sirajlah yang membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Agung Sasongko
 
 
 

Farida Masuk Islam Setelah Minum Air Zamzam

Rabu, 12 Desember 2012, 05:36 WIB

Farida Masuk Islam Setelah Minum Air ZamzamREPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Mukjizat Allah SWT terbukti kepada Raju, seorang pembantu asal Sri Lanka yang bekerja di Arab Saudi. Penyakit epilepsi yang dideritanya selama 15 tahun sempuh setelah meminum air zamzam.

Setelah penyakitnya sembuh, Raju kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti namanya menjadi Farida.

Kejadian bermula saat majikannya membawa air zamzam dari Kota Makkah. Sang majikan lalu meminta Raju meminum air yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit itu sebanyak-banyaknya. Maha suci Allah, setelah dua pekan rutin meminum air zamzam, penyakit Raju hilang.

"Pembantu ini terus meminum air zamzam selama hampir dua pekan. Lalu, dokter menyatakan penyakit epilepsinya sembuh," tulis surat kabar Saudi, Sharq, seperti dinukil dari emirates247.com, Ahad (9/12) kemarin.

Sumur mata air zamzam terletak di kawasan Masjid Al-Haram, tenggara kiblat umat Islam seluruh dunia, Kabah. Kedalaman sumur itu sekitar 42 meter, dan hingga kini sumur itu tidak pernah kering.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
 

Kara Allouzi: Islam Pilihan Terbaik

Rabu, 26 Desember 2012, 09:54 WIB

Kara Allouzi: Islam Pilihan TerbaikREPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Namanya Kara Allouzi. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Amerika Serikat. Sayangnya, ia ragu akan agama yang diwarisi dari kedua orang tuanya.

"Orang tua saya mewarisi saya agama Kristen. Tetapi pada saat yang sama, mereka juga mengajarkan saya agama Islam. Mereka dulu bilang: 'jangan melakukan hal ini, jangan lakukan itu bukan karena kita mengatakan begitu, tapi karena Allah meminta kamu untuk tidak melakukannya'," katanya seperti dinukil dari Onislam.net.

Meski hati Kara dipenuhi keyakinan akan Islam, tapi ia merasa pengetahuannya kurang lengkap. Karena itu, ia pegi dan mencari bimbingan yang bisa mengisi kekosongan hatinya.

Ia sempat belajar agama lain, tapi hatinya menolak semua agama yang pernah dipelajarinya. Akhirnya ia melihat Islam sebagai pilihan terbaik.

"Jadi saya pikir seluruh hidup saya, saya adalah seorang Muslim. Tapi saya tidak tahu bagaimana menemukan Islam. Ayah saya adalah Katolik, ibu saya Protestan. Ketika ayah menikah dengan ibu, ayah saya 'dibuang' dari Gereja Katolik, jadi dia sangat kecewa dengan gereja," imbuh Kara.

Kekecewaan itu membuat orang tuanya membebaskan Kara menemukan agama yang nyaman dengan dirinya.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
 

Keindahan Akhlak Suami Bawa Kara Allouzi Memeluk Islam

Rabu, 26 Desember 2012, 11:00 WIB
Keindahan Akhlak Suami Bawa Kara Allouzi Memeluk IslamREPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Akhirnya Kara Allouzi menemukan Islam setelah bertemu dengan seorang pria muslim yang mempersuntinggnya. Wanita 45 tahun itupun mengucapkan dua kalimat syahadat pada 1993.

Kara menyadari setelah memeluk Islam hidupnya berada dalam lingkaran keberkahan luar biasa. Diakuinya, ia menjadi seorang muslim bukan karena menikah dengan suaminya.
Kara mengaku terpesona dengan perilaku dan akhlak suaminya yang selalu memberikan contoh baik dan tulus serta sabar dalam membimbingnya ke jalan yang lurus dalam mencari kebenaran. (baca: Kara Allouzi: Islam Pilihan Terbaik).

Apalagi, suaminya juga mengajarkan anak-anak mereka dengan kasih sayang dan ajaran Islam. "Setelah kami menikah, saya mulai belajar tentang Islam. Sedikit demi sedikit, suami saya memberikan contoh yang sangat baik dari Islam, ia mencerminkan seorang muslim yang baik. Ia tidak pernah memaksa saya atau mendorong saya atau sesuatu seperti itu," papar Kara. (baca: Allouzi Bimbang tak Bisa Berkomunikasi Langsung dengan Tuhan).

Suatu ketika suaminya harus dirawat di rumah sakit, dan disaat yang sama ada sebuah sekolah Islam yang membuka penerimaan murid baru. Suaminya lalu ingin memasukkan anak-anaknya ke sekolah Islam tersebut. Kara menyanggupi permintaan suaminya.

"Setelah saya memasukkan mereka ke sekolah Islam, saya datang dan melihat betapa indahnya Islam itu. Dan sekolah itu benar-benar menunjukkan keindahan agama, bukan hanya sisi agama tapi juga cara hidup," katanya.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
 
 
 

Wasiat Rasulullah

Wasiat RasulullahOleh: Imam Nur Suharno
Suatu hari, Nabi SAW menyampaikan tiga wasiat kepada Abu Darda' RA. Wasiat itu, tak hanya untuk diri Abu Darda seorang, tapi juga seluruh umat Islam. Tentu saja, wasiat itu memiliki makna yang dalam dan juga banyak keutamaan.
Ketiga wasiat itu, sebagaimana disampaikan Abu Darda adalah sebagai berikut. “Kekasihku (Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan selama hidupku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, Shalat Dhuha, dan Shalat Witir sebelum tidur.” (HR Bukhari).
Sebagai umat Islam, kita semua hendaknya dapat mengamalkan dan melestarikan ketiga wasiat itu. Sebab, ketiga wasiat itu memiliki keutamaan yang besar.

Pertama, berpuasa tiga hari dalam setiap bulan Hijriyah. Puasa tiga hari itu sering disebut dengan puasa sunah Ayyamul Bidh, yaitu berpuasa pada 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah. (HR Tirmidzi dan Nasa’i). Meskipun hanya tiga hari dalam setiap bulan, puasa sunah ini memiliki keistimewaan besar di sisi Allah SWT.

Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah tiga hari pada setiap bulan. Sesungguhnya, setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Artinya, itu sama dengan berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, mendirikan Shalat Dhuha. Shalat Dhuha merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan. Ia merupakan ibadah pada pagi hari yang rutin dikerjakan Nabi Muhammad SAW. Beliau selalu menganjurkan umat Islam untuk membiasakan diri mendirikan Shalat Dhuha setiap hari pada waktu pagi.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Shalat Dhuha itu memiliki beragam keutamaan. Di antaranya, Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga nanti yang terbuat dari emas. Selain itu, Allah akan menghapuskan dosa-dosanya hingga bersih, seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR Abu Ya'la).

Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan, orang yang rutin mendirikan Shalat Dhuha akan dicukupkan rezeki dan segala kebutuhan hidupnya oleh Allah. Ia juga akan mendapatkan pahala yang nilainya setara dengan ibadah haji dan umrah.

Imam Thabrani meriwayatkan, orang yang rutin mendirikan shalat wajib dan juga Dhuha, akan masuk surga melalui pintu yang diberi nama adh-Dhuha.

Wasiat ketiga adalah mendirikan Shalat Witir sebelum tidur. Nabi SAW tidak pernah meninggalkan Shalat Witir, baik ketika berada di rumah maupun sedang dalam perjalanan (musafir). Shalat Witir juga memiliki banyak keutamaan.

Dari Kharijah bin Khudzaifah al-Adawi, ia bercerita, “Nabi SAW pernah keluar menemui kami dan beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Mahamulia lagi Mahaperkasa telah membekali kalian dengan satu shalat di mana ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu Shalat Witir. Dan, Dia menjadikannya untuk kalian antara Shalat Isya sampai terbit fajar.” (HR Abu Dawud).

Sebagai umat Islam, kita berkewajiban untuk melestarikan wasiat Rasulullah SAW itu. Semoga Allah memberikan keringanan dan kemudahan bagi kita semua untuk menjalankan dan mengamalkannya. Amin.



Redaktur: Chairul Akhmad