Selasa, 19 Maret 2013

Shalat Sunnah Rawatib apa maksudnya?

 / 


Pengertian Shalat Sunnah Rawatib

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunah yang mengikuti shalat Fardu yang lima, dikerjakan sesudah atau sebelum shalat fardhu.
shalat sunnah rawatib Shalat Sunnah Rawatib apa maksudnya?
* Shalat Sunnah rawatib muakad (yang ditekankan)
a. Dua rakaat sebelum shalat subuh
b. Dua rakat sebelum shalat dhuhur
c. Dua rakaat sesudah shalat dhuhur
d. Dua rakaat sesudah shalat mahrib
e. Dua rakaat sesudah shalat isya’
* Shalat Sunnah rawatib tidak muakkad
a. Empat rakaat sebelum shalat dhuhur dan empat rakaat sesudahnya
b. Empat rakaat sebelum shalat ashar
c. Dua rakaat sebelum shalat Mahrib

Waktu Shalat Dan Dalilnya

 / 

Berikut ini adalah dalil waktu shalat  :

Firman Allah swt :
أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Artinya : “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra : 78)
فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
 Artinya : “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa :103)

Hadits Mengenai Waktu Shalat


waktu shalat Waktu Shalat Dan Dalilnya Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amru bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Waktu shalat zhuhur adalah jika matahari telah condong dan bayangan sesorang seperti panjangnya selama belum tiba waktu shalat ashar, dan waktu shalat ashar selama matahari belum menguning, dan waktu shalat maghrib selama mega merah (syafaq) belum menghilang, dan waktu shalat isya` hingga tengah malam, dan waktu shalat shubuh semenjak terbit fajar selama matahari belum terbit, jika matahari terbit, maka janganlah melaksanakan shalat, sebab ia terbit diantara dua tanduk setan.”
Juga riwayat Imam Muslim lainnya dari Sulaiman bin Buraidah dari Ayahnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,” “Waktu shalat kalian adalah antara waktu yang telah kalian lihat sendiri.”
Didalam hadits diatas atau hadits-hadits lainnya tentang waktu-waktu shalat tidaklah membedakan antara negeri yang panjang siangnya sama dengan malamnya dengan negeri yang siangnya lebih panjang dari malamnya selama waktu-waktu tersebut bisa dibedakan dengan tanda-tanda seperti yang disebutkan didalam hadits diatas.
(Sumber: Eramuslim).

Tuntunan Cara Shalat Jenazah

 /  /


Shalat jenazah adalah shalatnya orang-orang mukmin ketika wafatnya salah seorang dari umat Islam. Hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah.

Syarat Shalat Jenazah

1. Apa yang disyaratkan untuk shalat, seperti suci dari hadats dan najis, menutup aurat dan menghadap kiblat.
2. Terlebih dahulu memandikan mayit dan mengkafaninya
3. Meletakan Jenazah di depan jamaah sholat.
Tata cara shalat jenazah berbeda dengan shalat umumnya.  berjumlah 4 rakaat dengan hanya berdiri seperti shalat biasa namun tanpa ruku’ dan sujud. Bacaan shalat jenazah tidak dijaharkan atau dibaca keras. Untuk berganti rakaat cukup dengan mengangkat tangan dan mengucapkan takbir.

Rukun Shalat Jenazah

1. Niat : usholli sholatal janazah arba’a takbirot makmuman lillahi ta’ala. atau usholli ‘ala hadzal mayyiti makmuman lillahi ta’ala.
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir 4 kali
4. Membaca Fatihah
5. Bersholawat kepada Nabi SAW
6. Berdoa untuk Mayit
7. Salam

Cara Sholat Jenazah

shalat jenazah Tuntunan Cara Shalat Jenazah Pertama berdiri menghadap mayyit kemudian berniat “usholli sholatal janazah arba’a takbirot makmuman (kalau berjamaah) lillahi ta’ala” kemudian takbir Allahu Akbar kemudian baca surat al-fatehah setelah takbir yang pertama. Setelah itu takbir kedua “Allahu Akbar” kemudian membaca sholawat yaitu seperti sholawat ketika membaca tahiyat “Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrohim wa ‘ala ali Ibrohim dst… sampai fil’alamina innaka hamidummajid”. Setelah itu takbir ketiga “Allahu Akbar” kemudian membaca doa’ untuk mayyit seperti dibawah. Kemudian takbir keempat “Allahu Akbar” baca salam “Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh” dua kali sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
DOA Untuk Mayit
a. ALLAHUMMAGFIRLAHU (untuk mayat laki-laki dewasa, untuk perempuan HU diganti HA jadi ALLAHUMMAGHFIRLAHA)  WARHAMHU/HA WANGAA FIHI/HA WANGFUNGANHU/HA, WA AKRIM NUZULAHU/HA WAWASSI’ MADKHOLAHU/HA, WAGHSILHU/HA BILMAAI WATSALJI WANQQIHI/HA MINALKHOTHOOYAA KAMAA YUNAQQO ATTSAUBUL ABYADHU MINADDANAS, WAABDILHU/HA DAARON KHOIRON MIN DAA RIHI/HA WA AHLAN KHOIRON MIN AHLIHI/HA WA ZAUJAN KHOIRON MIN ZAUJIHI/HA WAQIHI/HA FITNATALQOBRI WANGADZAABAHU (HR MUSLIM)
B. ALLAHUMMA IGHFIR LIHAYYINAA WA MAYYITINAA WA SYAAHIDINAA WA GHOO IBINA WA SHOGHIYRINA WA KABIYRINAA WA DZAKARINAA WA UNTSAANAA. ALLAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHI NGALAL ISLAMI WA MAN TAWAFFAITAHU MINNAA FATAWAFFAHU NGALAL IIMAANI (HR. AHMAD DAN TIRMIDZI)
C. BAGI MAYIT ANAK: ALLAHUMMAJA’ALHU LANAA SALAFAN WA FURUTHON WA AJRON (HR. BAIHAQI)

SHALAT GHOIB

Sholat ghoib adalah sholatnya orang mukmin kepada jenazah yang dilakukan di tempat lain ,tidak satu tempat dengan si mayit. Adapun cara mengerjakannya sebagaimana shalat jenazah biasa.

Pengertian I’tikaf Syarat Rukun Dan Contoh Jadwalnya

 /  /  

Salah satu amalan utama dalam bulan Ramadhan adalah i’tikaf di masjid. Terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Rasulullah SAW sangat menganjurkan kita melakukannya.
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata,:
“RasulullahSAW biasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Pengertian I’tikaf


itikaf Pengertian Itikaf Syarat Rukun Dan Contoh JadwalnyaMenurut beberapa ulama disebutkan bahwa I’tikaf dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri, yakni tetap di atas sesuatu atau tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Sedangkan dalam pengertian syari’ah agama, I’tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.
Inilah waktu yang baik bagi kita untuk bermuhasabah dan taqarub secara penuh kepada Allah guna mengingat kembali tujuan diciptakannya kita sebagai manusia.
“Sesungguhnya tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu,” (QS. Az-Zariyat : 56)

Waktu I’tikaf

I’tikaf bisa dilaksanakan setiap waktu, namun pada 10 hari terakhir Ramadhan sangat dianjurkan.
Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha- berkata :
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)

Macam I’tikaf

I’tikaf yang disyariatkan ada dua macam, yaitu:
1. I’tikaf sunnah, yaitu i’tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Contohnya : ketika didalam masjid untuk pengajian kita berniat i’tikaf, ketika mendengar khutbah shalat juma’at atau di 1o hari terakhir Ramadhan.
2. I’tikaf wajib, yaitu i’tikaf yang didahului oleh nadzar. Seseorang yang berjanji, “Jika Allah SAW mengabulkan doaku ini, aku akan i’tikaf di masjid 3 hari,”, Maka ketika doa tersebut dikabulkan oleh Allah, i’tikaf selama 3 hari itu menjadi wajib.

Lama I’tikaf

Paling sebentar adalah sekejab. Menurut mazhab Hanafi, sekejab tanpa batas waktu tertentu, sekedar berdiam diri dengan niat. Menurut mazhab Syafi’i, sesaat, sejenak berdiam diri. Dan menurut mazhab Hambali, sekitar satu jam . Tetapi i’tikaf di bulan Ramadhan yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah selama 10 hari penuh di 10 hari terakhir.

Tujuan I’tikaf.

1. Dalam rangka menghidupkan sunnah  Rasulullah SAW dalam rangka pencapaian ketakwaan hamba.
2. Sebagai salah satu cara mengisi dan meramaikan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah swt.
3. Menunggu saat-saat yang baik untuk turunnya Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan ibadah seribu bulan.
4. Membina rasa kesadaran imaniyah kepada Allah dan tawadlu’ di hadapan-Nya, sebagai mahluk Allah yang lemah.
5. Intropeksi diri dan muhasabah yaitu merenungi apa yang sudah kita lakukan dan yang belum selama hidup kita dalam rangka menjadi hamba Allah.

Rukun I’tikaf.

I’tikaf dianggap syah bila dilakukan di masjid dan memenuhi rukun-rukunnya sebagai berikut :
1. Niat.
“Nawaitul i’tikaafa fili hadzal masjid lillaahi ta’aala”
Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah
2. Berada didalam masjid.
Yang dimaksud masjid disini adalah masjid yang biasa dipakai untuk shalat jum’at, berdasarkan hadist Rasulullah saw :
“Dan tiada I’tikaf kecuali di masjid jami’ (H.R. Abu Daud).
Sedangkan tempat beri’tikafnya yaitu didalam bangunan inti dari sebuah masjid, bukan serambi atau halaman masjid yaitu tempat sekira wanita sedang bulanan atau orang junub dilarang untuk berdiam disitu.
4. Islam dan suci serta akil baligh.

Cara ber-I’tikaf.

1. Niat ber-I’tikaf (niatnya seperti diatas)
2. Berdiam diri di dalam masjid dengan memperbanyak berzikir, tafakkur, membaca do’a, bertasbih dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.
3. Diutamakan memulai I’tikaf setelah shalat subuh, sebagaimana hadist Rasulullah saw.
“Dan dari Aisyah, ia berkata bahwasannya Nabi SAW apabila hendak ber-I’tikaf beliau shalat subuh kemudian masuk ke tempat I’tikaf.” (H.R. Bukhori, Muslim)
4. Menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak berguna. Dan disunnahkan memperbanyak membaca:
“ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM TUhIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNI”
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan (memberi maaf) maka maafkanlah aku.

Waktu I’tikaf.

1. Menurut mazhab Syafi’i I’tikaf dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu apa saja, dengan tanpa batasan lamanya seseorang ber-I’tikaf. Begitu seseorang masuk ke dalam masjid dan ia niat I’tikaf maka syahlah I’tikafnya.
2. I’tikaf dapat dilakukan selama satu bulan penuh, atau dua puluh hari. Yang lebih utama adalah selama sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh hadist di atas.

Hal-hal yang membatalkan I’tikaf.

1. Berbuat dosa besar.
2. Bercampur dengan istri.
3. Hilang akal karena gila atau mabuk.
4.Murtad (keluar dari agama).
5. Datang haid atau nifas dan semua yang mendatangkan hadas besar termasuk mimpi basah.
6. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak atau uzur, karena maksud I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan hanya untuk ibadah.
7. Orang yang sakit dan membawa kesulitan dalam melaksanakan I’tikaf.

Hikmah Ber-I’tikaf

1. Mendidik diri kita lebih taat dan tunduk kepada Allah.
2. Seseorang yang tinggal di masjid mudah untuk memerangi hawa nafsunya, karena masjid adalah tempat beribadah dan membersihkan jiwa.
3. Masjid merupakan madrasah ruhiyah yang sudah barang tentu selama sepuluh hari ataupun lebih hati kita akan terdidik untuk selalu suci dan bersih.
4. Tempat dan saat yang baik untuk menjemput datangnya Lailatul Qadar.
5. I’tikaf adalah salah satu cara untuk meramaikan masjid.
6. Dan ibadah ini adalah salah satu cara untuk menghormati bulan suci Ramadhan

Contoh Jadwal Kegiatan I’tikaf

Magrib: berbuka puasa dan shalat magrib berjamaah setelah itu bisa diisi membaca al-qur’an ata berdzikir dll.
Isya: Shalat Isya dan tarawih berjamaah, ceramah tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan kajian akhlak. Anggap cukup istirahat dan bangun jam 02.00. shalat tahajud, muhasabah (perenungan diri), dzikir, dan doa kemudian sahur.
Subuh: shalat Subuh, dzikir dengan bacaan-bacaan yang ma’tsur (al-ma’tsurat), tadarus Al-Qur’an.
Pagi: istirahat, mandi, cuci, dan melaksanakan hajat yang lain.
Dhuha: shalat Dhuha, tadzkiyatun nafs, dan kuliah dhuha.
Zhuhur: shalat Zhuhur, kuliah zhuhur, dan tahsin tilawah.
Ashar: shalat Ashar dan kuliah ashar, dzikir dengan bacaan-bacaa yang ma’tsur (al-ma’tsurat)
Demikian pembahasan i’tikaf beserta contoh jadwal i’tkaf sederhana semoga bermanfaat.

Bolehkah Membakar Sobekan Al-Qur’an ?

Pak Ustad mau tanya nieh, apa boleh kita membakar sobekan al-Qur’an dengan tujuan menjaga keagungan Qur’an itu ? Atas jawaban pak ustad saya ucapkan terimakasih.

Hukum Membakar Sobekan al-Qur’an


bakar1 Bolehkah Membakar Sobekan Al Quran ?Banyak kita temui sobekan- sobekan al-Qur’an tercecer disana sini. Bahkan tidak jarang kita temui di pasar-pasar lembaran sobekan al-Qur’an dipakai untuk membungkus sayuran maupun buah-buahan. Perbuatan menyia-nyiakan sobekan al-Qur’an seperti  itu tidak akan terjadi kecuali dari golongan orang-orang fasiq yang tidak mengetahui keagungan dan kemulyaan surah-surah maupun ayat-ayat al-Qur’an yag diturunkan Allah SWT.Maka apabila anda menemukan sobekan al-Qur’an seperti kasus diatas, segera kumpulkan dan simpan ditempat yang mulya. Jika anda khawatir tidak dapat menjaganya maka diperbolehkan untuk membakarnya dengan tujuan untuk menjaga kemulyaan al-Qur’an.
Diterangkan dalam kitab Syarwani juz I hal.155 bahwa diperbolehkan untuk membakar sobekan maupun lembaran-lembaran al-Qur’an tersebut dengan tujuan untuk menjaga kemulyaan al-Qur’an. Bahkan hukumnya menjadi wajib ketika tidak ditemukan lagi cara lain, selain dengan cara membakar sobekan al-Qur’an tersebut.

Dalil Ayat al-Qur`an Dan Hadits Sahih Yang Berhubungan Dengan Masjid

Pak Ustad, saya minta dalil-dalil tentang mesjid dari al-Qur`an maupun hadits sahih. Atas dipenuhinya permintaan ini saya ucapkan banyak terimakasih.

Dalil  Al-Qur`an Dan Hadits Sahih Tentang Masjid


masjid Dalil Ayat al Qur`an Dan Hadits Sahih Yang Berhubungan Dengan MasjidKarena dalilnya cukup banyak, tulisan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. Akan lebih baik apabila rekan-rekan yang lain ikut menambahkannya.
I. Ayat-ayat Al-Quran tentang masjid
- Surat al-Baqarah ayat 18, 114. Surat jin ayat 18
II. Bumi ini adalah mesjid


1. Hadits Sahih Bukhari
JU’ILAT LIYA-L-ARDhU MASJIDAN WA ThAHURAN WA AYYUMA RAJULIN MIN UMMATII ADRAKATHU-Sh-ShALAATU FALYUShALLII
“Bumi itu telah dijadikan bagiku mesjid dan pembersih. Barang siapa dari umatku mendapat waktu shalat, hendaklah dia shalat [di situ].”
2. Hadits Riwayat  Abu Dawud
JU’ILAT LIYA-L-ARDhU ThAHURAN WA MASJIDAN
“Telah dijadikan bagiku bumi sebagai pembersih dan mesjid.”
III. Pahala mendirikan mesjid
1. Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
MAN BANA MASJIDAN YABTAGhII BIHI WAJHAL-LAAHI BANAL-LAAHU LAHU MITsLAHU FI-L-JANNATI
“Barangsiapa mendirikan mesjid karena Allah, pasti Allah dirikan baginya satu rumah yang sepadan di surga.”
2. Hadits Riwayat  Ahmad
MAN BANA MASJIDAN WALAU KAMAFHAShI QAThAATIN LIYABDhiHAA BANAL-LAAHU LAHU BAYTAN FI-L-JANNATI
“Barangsiapa mendirikan satu mesjid, walaupun sebesar lubang yang digali oleh burung ayam untuk bertelur, pasti Allah mendirikan untuknya satu rumah yang sepadan di surga.”
IV. Mendirikan mesjid di atas kuburan
1. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
LA’NATUL-LAAHI ‘ALAA-L-YAHUUDI WA-N-NAShAARA ITTAKhADzUU QUBUURA ANBIYAAIHIM MASAAJIDA
“Laknat Allah atas Yahudi dan Nashara! Mereka menjadikan kuburan Nabi-nabi sebagai tempat ibadah.”
2.  Hadist Sahih Riwayat Bukhari
INNA ULAAIKA IDzAA KAANA FIIHIMU-R-RAJULU-Sh-ShAALIHU FAMAATA BANAU ‘ALAA QABRIHI MASJIDAN WA ShAWWARUU FIIHI TILKA-Sh-ShuWARA FA-ULAAIKA SyiRAARU-L-KhALQI ‘INDA-L-LAAHI YAUMA-L-QIYAAMATI
“Sesungguhnya [Yahudi dan Nashara,] apabila mati seorang shaleh dari mereka, mereka mendirikan satu tempat ibadah di atas kuburannya, dan mereka buat si sana patungnya. Mereka itu dalam pandangan Allah sejahat-jahat makhluk di hari kiamat.”
3. Hadits Riwayat  Abu Dawud
QAALA ANASUN: KAANA MAUDhI’U-L-MASJIDI HAAIThAN LIBANII-N-NAJJAARI FIIHI JARTsUN WA NAKhLUN WA QUBURU-L-MUSyRIKIINA FAQAALA RASUULU-L-LAAHI Sh.: TsAAMINUUNII BIHI! FAQAALU: LAA NABGhII BIHI TsAMANAN. FAQAThA’A-N-NAKhLA WA SAWWA-L-HARTsA WA NABASyA QUBUURA-L-MUSyRIKIINA
Berkata Anas: “Bumi mesjid [Nabi] asalnya kebun milik Bani Najjar. Di sana ada ladang, pohon kurma, dan kuburan kaum musyrikin. Maka Rasulullah saw bersabda: “Tetapkanlah harganya bagiku!” Mereka menjawab: ‘Kami tidak mau harganya.’ Lalu Rasulullah saw. memotong pohon-pohon kurma, meratakan ladangnya, dan menggali kuburan kaum musyrikin.”
4. Hadits Sahih Riwayat  Abu Dawud
‘AN ‘UTsMAANA BIN ABI-L-’AASh: ANNA-N-NABIYYA Sh. AMARAHU AN YAJ’ALA MASJIDA-Th-ThAAIFI HAITsU KAANA ThAWAAGhITUHUM
Dari ‘Utsman bin ‘Abil-’Ash: Rasulullah saw. memerintahkan dia mendirikan mesjid Thaif di tempat bekas berhala [kaum musyrkin].
V. Dilarang menghiasi dan bermegah-megah dengan mesjid
1. Hadits Sahih Riwayat Abu Dawud
LAA TAQUUMU-S-SAA’ATU HATTAA YATABAAHA-N-NAASU FI-L-MASAAJIDI
Tidak akan datang saat [kiamat] sebelum orang bermegah-megah dengan mesjid. [Catatan: maksudnya tentu "Salah satu tanda akan datangnya kiamat ialah ketika orang mendirikan mesjid dengan niat hanya untuk bermegah-megahan."]
2. Hadits Sahih Riwayat Abu Dawud
QAALA RASUULU-L-LAAHI Sh.: MAA UMIRTU BITASyYIIDI-L-MASAAJIDI. QAALA-BNU ‘ABBAASIN: LATUJAKhRIFUNNAHAA KAMAA ZAKhRAFATHA-L-YAHUUDU WA-N-NAShAARA
Berkata Rasulullah saw: “Aku tidak memerintahkan mementerengkan mesjid.” Kata ‘Ibnu ‘Abbas: “[Yang beliau larang ialah] jika kamu menghiasnya seperti Yahudi dan Nashara.”
VI. Adab di masjid
1. Hadits Riwayat Al-Hakim
QAALA ANNASUN: MINA-S-SUNNATI IDzAA DAKhALTA-L-MASJIDA ANTABADA ABIRIJLIKA-L-YUMNA WA IDzAA KhARAJTA ANTABADA ABIRIJLIKA-L-YUSRA
Berkata Anas: Menurut sunnah [Nabi] apabila masuk mesjid hendaklah engkau mulai dengan kaki kanan, dan apabila keluar mesjid hendaklah engkau mulai dengan kaki kiri.
2. Hadits Riwayat Bukhari
KAANA-BNU ‘UMARA YABDA UBIRIJLIHI-L-YUMNA
Ibnu ‘Umar masuk mesjid dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri.
3.  Hadits Sahih Riwayat Ahmad dan Muslim
IDzAA DAKhALA AHADUKUMU-L-MASJIDA FALYAQUL: ALLAAHUMMA-FTAH LANAA ABWAABA RAHMATIKA, WA IDzAA KhARAJA FALYAQUL: ALLAAHUMMA INNII ASALUKA MIN FADhLIKA
“Apabila seseorang diantaramu masuk mesjid hendaklah ia mengucapkan: “Ya Allah, bukakanlah bagi kami pintu rahmatMu!” dan apabila keluar: “Ya Allah, aku memohon sebagian dari karuniaMu!”
4. Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
IDzAA DAKhALA AHADUKUMU-L-MASJIDA FALYARKA’ RAK’ATAINI QABLA ANYAJLISA
“Apabila seseorang diantara kalian masuk mesjid, hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk.”
5. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
QAALA KA’BUN: KAANA-N-NABIYYU Sh. IDzAA QADIMA MINA-S-SAFARI BADA ABI-L-MASJIDI FAShALLA FIIHI
Berkata Ka’b: Apabila Nabi saw. kembali dari pelayaran, beliau ke mesjid dahulu, dan shalat di sana.
6. Hadits Riwayat Ahmad
IDzAA KUNTUM FII MASJIDIN FANUUDIYA BI-Sh-ShALATI FALAA YAKhRUJ AHADUKUM HATTAA YUShALLIYA
“Bila kamu di dalam mesjid, lalu dikumandangkan adzan, janganlah seorang dari kalian keluar mesjid sebelum dia shalat.”
7. Hadits Sahih Riwayat Muslim dan lainnya
QAALA ABU-Sy-SyA’TsAAI: KhARAJA RAJULUN MINA-L-MASJIDI BA’DA MAA UDzINNA FIIHI FAQAALA ABU HURAIRATA: AMMAA HAADzAA FAQAD ‘AShAA ABA-L-QASIMI Sh.
Berkata Abu Sya’tsa’: Seorang laki-laki pernah keluar dari mesjid sesudah berbunyi adzan, maka Abu Hurairah berkata: “Orang ini durhaka pada Abul Qasim saw. [Nabi].”
8. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
MAN MARRA FII SyAI-IN MIN MASAAJIDINAA AU ASWAAQINAA BINABLIN FALYAKhuDz ‘ALAA NAShAALIHAA LAA YA’QIRU BIKAFFIHI MUSLIMAN
“Barang siapa berjalan di salah satu mesjid kami atau di pasar-pasar kami dengan membawa panah, hendaklah ia jaga tajamnya agar dia tidak melukai seorang muslim.”
9. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
QAALA ‘AMRUN: INNA RAJULAN MARRA FI-L-MASJIDI BI-ASHUMIN QAD ABDAA UShUULAHAA FA-AMARA-N-NABIYYU Sh. AN YA’KhuDzA BI-NUShUULIHAA KAILAA YAKhDISyA MUSLIMAN
Berkata ‘Amr: Seorang laki-laki pernah berjalan di dalam mesjid dengan membawa panah yang keluar ujungnya yang tajam, makan Nabi saw. menyuruhnya menjaga ujung tajamnya itu agar tidak melukai muslim lain.
VII Kegiatan selain shalat di dalam mesjid
1.  Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
QAALA ‘ABDULLAAHI-BNU ZAIDI BIN ‘AAShIMIN: RAITU RASUULALLAAHI Sh. MUSTALQIYAN FI-L-MASJIDI WAADhI’AN IHDA RIJLAIHI ‘ALA-L-UKhRAA
Berkata ‘Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim: Saya pernah lihat Rasulullah saw. berbaring terlentang dalam mesjid dengan menaruh satu kaki dia atas kaki yang lain.
2. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
QAALAT ‘AAISyATU: LAQAD ARAITU RASUULALLAAHI Sh. YAUMAN FII BAABI MUJRATII WA-L-HABASyATU YAL’ABUUNA FI-L-MASJIDI WA RASUULULLAAHI Sh. YASTURUNII BIRIDAAIHI ANZhURU ILAA LI’BIHIM
Berkata ‘Aisyah: Sesungguhnya suatu hari aku melihat Rasulullah saw. di pintu kamarku, sementara orang-orang Habasyah bermain [senjata tajam] di dalam mesjid, dan Rasulullah saw. melindungiku dengan selendanganya di waktu aku melihat permainan itu. (Catatan: permainan ini tentu dilangsungkan ketika tidak ada yang shalat di dalam mesjid.)
3. Hadits Riwayat  Abu Dawud
QAALA RASUULULLAAHI Sh.: HAL MINKUM AHADUN ATh’AMA-L-YAUMA MISKIINAN? FAQAALA ABUU BAKRIN: DAKhALTU-L-MASJIDA FAIDzAA ANA BISAAILIN YAS-ALU FAWAJADTU KISRATA KhUBZIN BAINA YADAI ‘ABDI-R-RAHMAANI FA-AKhADzTUHAA FADA FA’TUHAA ILAIHI
Bertanya Rasulullah saw.: “Sudahkah seorang di antara kalian memberi makan seorang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawab: “Saya tadi masuk mesjid, lalu berjumpa dengan seorang yang minta sedekah. Saya lihat di hadapan [anak saya] ‘Abdurrahman sekeping roti, maka saya ambil dan berikan kepadanya.”
4. Hadits Riwayat Ibnu Majah
QAALA ‘ABDULLAAHI-BNU-L-HARTsI: KAANA NA-KULU ‘ALAA ‘AHDU RASUULILLAHI Sh. FI-L-MASJIDI-L-KhUBZA WA-L-LAHMA
Berkata ‘Abdullah bin Al-Harits: Kami biasa makan roti dan daging di zaman Rasulullah saw. di dalam mesjid.
5. Hadits Sahih Riwayat Bukhari
‘AN ‘ABDILLAAHI-BNI ‘UMARA: ANNAHU KAANA YANAAMU WA HUWA SyAABBUN ‘AZBAUN LAA AHLA LAHU FII MASJIDI RASUULILLAAHI Sh.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar: Sesungguhnya ketika ia masih muda dan lajang, tak beristeri, ia tidur di mesjid Rasulullah saw.
6. Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
QAALAT ‘AAISyATU: INNA WALIIDATAN SAUDAA-A KAANA LAHAA KhiBAAUN FI-L-MASJIDI FAKAANAT TA-TIINII FATAHADDATsU ‘INDII
Berkata ‘Aisyah: Sesungguhnya seorang budak hitam mempunyai kemah di dalam mesjid. Ia biasa datang dan berbincang-bincang denganku. (Catatan: mesjid di zaman Nabi masih berlantaikan tanah, hanya mempunyai pembatas, dan belum beratap. Lihat juga riwayat di bawah ini.)
7. Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim
QAALAT ‘AAISyATU: UShiBA SA’DUN BNU MU’AADzIN YAUMA-L-KhANDAQI FI-L-AKHALI FADhARABA-N-NABIYYU Sh. KhAIMATAN FI-L-MASJIDI LIYA’UUDAHU MIN QARIIBIN
Berkata ‘Aisyah: Sa’ad bin Mu’adz pernah terluka dalam perang Khandaq di urat darah tangannya, maka Rasulullah saw. mendirikan satu kemah baginya di dalam mesjid, agar beliau dapat melawatnya dari dekat.
Inilah beberapa dalil ayat al-qur`an dan hadits sahih berkenaan dengan masjid semoga dengan dalil yang sekelumit ini bermanfaat, amin.