Kamis, 27 Desember 2012

Persiapan Menuju Hari Akhir


KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَجَعَلَ لِلْوُصُوْلِ إِلَيْهِ طَرَائِقَ وَاضِحَةً وَسُبُلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُوْ بِهَا عَالِيَ الْجَنَانِ نُزُلاً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَقْوَمُ الْخَلْقِ دِيْنًا وَأَهْدَاهُمْ سُبُلاً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً. أمَّا بَعْدُ:
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Begitu pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memuliakan hamba-hamba-Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh berbahagialah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang menjalani kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah sesuatu yang dekat. Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan mendapatkan pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat kematiannya, serta ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya,
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)
Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar. Selanjutnya, kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal yang sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk surga dan dikatakan kepada mereka:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَآأَسْلَفْتُمْ فِي اْلأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di dunia).” (Al-Haqqah: 24)
Sementara yang lainnya akan menjadi penduduk neraka. A’adzanallahu waiyyakum minannaar (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari siksa api neraka). Mereka sebagaimana dalam firman-Nya, akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan,
يَاحَسْرَتَى عَلَى مَافَرَّطتُ فِي جَنْبِ اللهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ
Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya,
فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ آثَرُوا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، يَقْبَلُ تَوْبَةَ التَّائِبِيْنَ، وَلاَ يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، فَأَوْضَحَ بِهِ الْـمَحَجَّةَ لِلسَّالِكِيْنَ، وَأَقَامَ بِهِ الحُجَّةَ عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan senantiasa membersihkan dan menyucikan diri-diri kita, dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya serta tidak mengotorinya dengan perbuatan kemaksiatan kepada-Nya. Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, berkaitan dengan ayat ini mengatakan, “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotori dirinya dengan bermaksiat (kepada-Nya)….”
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,
مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ
Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk memerhatikan orang lain sementara dia melupakan keselamatan dirinya. Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri.
Hadirin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada masing-masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap aktivitasnya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu malaikat ada di sebelah kanan dan yang lain ada di sebelah kirinya. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat yang mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18)
Maka, marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَآءُ اللهِ إِلَّى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ . حَتَّى إِذَا مَاجَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab, ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” (Fushshilat: 19-21)
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالِمِينَ.


Read more about persiapan ramadan 2011 by null

Realisasi Cinta Kepada Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam


 Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Jamaah Jumat rahimakumullah, marilah kita kenang, kita ingat kembali, dua sifat agung yang merupakan pangkat dan keagungan khusus bagi umat Islam, bagi hadirin jamaah Jumat, khusus bagi kita yang beriman. Dua sifat itu adalah syukur dan sabar.
Dari saat yang mulia ini dan seterusnya sampai akhir hayat, marilah tetap kita sandang dua sifat itu, “syukur dan sabar”. Dalam kesempatan kali ini, setelah mensyukuri hidayah iman, Islam, dan taqwa, marilah kita sedikit membahas “Cinta kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, serta sabar dalam menegakkan sunah beliau.
Saat ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak di antara mereka yang mengadakan acara ritual keagamaan sebagai manifestasi rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perintah agama. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam itu kita ekspresikan secara serampangan dan tanpa mengindahkan syariat agama, maka bukannya pahala yang kita terima, tetapi malahan dapat menuai dosa.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ ، وَوَالِدِهِ ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya, dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)
Dengan mengacu pada hadis shahih di atas, dapat kita ambil poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa harus cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?, apa tanda-tanda cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?,

Pertama, Kewajiban Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

Hadis shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini, meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri‘. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.”
Oleh karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum sampai pada tingkat ini maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman hakiki sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu ‘anhu , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الإِيْمَان أَنْ يَكُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya…
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.

Kedua, Mengapa kita harus mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan agamanya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya.
Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Adapun cinta keluarga, istri dan anak-anak, maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya hari kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri, dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada istri, anak-anak, dan harta benda duniawi, maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam .
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Ketiga, tanda-tanda Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

Cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
Menaati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam manakala mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada istri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menerjang berbagai kemungkaran, maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
Menolong dan mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan menyosialisasikan, menyebarkan, dan mengagungkan sunah-sunahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunahnya. Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur, dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran, dan zuhudnya dsb.
Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hal shalawat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab: “Ucapkanlah:
اَاللهُم صَلِّي عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّد
Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad.” (HR. Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).
Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radhiallahu ‘anhum, dan segenap orang-orang yang disebutkan hadis bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan, dan sesuatu lainnya.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menaati beliau, sabar dalam menghidupkan sunah-sunahnya, mengikuti beliau dalam segala hal, mencintai beliau, dan orang-orang yang dicintainya dan bershalawat kepadanya. Mencintai beliau bukanlah dengan melakukan aktifitas, perayaan-perayaan khusus yang sama sekali tidak pernah beliau ajarkan, sebab hal itu sama saja dengan menyelisihi perintah dan ketetapannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan dosa dan maksiat kepadanya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita keimanan dan rasa cinta yang tinggi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga segala apa yang telah beliau tetapkan dapat kita terima dan laksanakan tanpa ada keberatan sedikitpun.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ.

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

download ebook khotbah Realisasi Cinta Kepada Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam (298)

Read more about sunnah mulia by null

Khutbah Idul Fitri: Meraih Kemenangan dengan Ketaatan


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri sendiri, kemudian kepada para jama’ah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).
Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua membesarkan asma Allah Ta’ala, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.
Ketahuilah! Akidah kita merupakan akidah yang paling kuat, amalan kita merupakan amalan yan paling sempurna, dan tujuan hidup kita merupakan tujuan yang paling mulia. Akidah kita, yaitu beriman kepada Allah Ta’ala, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan beriman terhadap takdir Allah, takdir yang buruk maupun takdir baik.
Kita beriman kepada Allah Ta’ala, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat menyaksikan tanda-tanda-Nya pada segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah itu Ahad. Hanya satu.
Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi, pada perputaran siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh terdapat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala, menunjukkan kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan kemahamurahan Allah Ta’ala. Karena alam raya ini tidak mungkin ada dengan sendirinya atau ada dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang menciptakan dan mengaturnya. Dia-lah Allah Rabbul-’Âlamin yang tidak sekutu bagi-Nya.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling sempurna, karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Ta’ala dan dengan pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa`ur-rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk. Oleh karena itu, hendaklah kita berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan jagalah shalat, karena shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang meninggalkan shalat, maka dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam. Jagalah shalat, dan jangan mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan mengabaikan shalat, berarti ia termasuk yang disebutkan firman Allah Ta’ala,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا . إلا من تاب وءامن وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (Q.s. Maryam/19: 59-60).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana mestinya, jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya. Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan.  Karena dalam banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam memberikan zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti, harta itu akan dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang yang bakhil.
Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk berpuasa dan menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.
Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang mengamalkan dan menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan bagian dari rukun-rukun itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus menjalankan perintah Allah Ta’ala ataupun jika harus menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, sebaliknya seseorang yang tidak melaksanakan dan tidak menjaga rukun-rukun ini, maka jiwanya akan sesak. Dia akan merasa berat dan sulit dalam melakukan amalan-amalan lainnya. Oleh karena itu, kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang diberi kemudahan untuk menjalani perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, kita akan mendapatkan akhir yang menggembirakan. Yaitu berupa ridha Allah Ta’ala dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs an-Nahl/16: 97).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Jika kita bertanya kepada seseorang tentang harapannya, maka tentu ia mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia, dan meninggal dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh Allah, ia berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan ini, pasti akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang beramal shalih dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh orang-orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala. Maka janganlah kita menunda untuk menggapainya. Segeralah melangkah, dengan selalu berpegang teguh dengan agama kita yang mulia ini. Karena sesungguhnya, berpegang teguh dengan agama, akan menjamin kehidupan yang baik dan pahala yang besar. Sebuah kehidupan penuh kemenangan, kemuliaan dan kesejahteraan.
Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah sebuah kaum yang ummi dan terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh dengan agama ini, tidak lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan dalam ilmu, perilaku dan peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang hina, kemudian mereka memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. Mereka menjadi yang terdepan setelah sebelumnya terbelakang. Dan agama yang dipegangi pemimpin itu senantiasa terjaga dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang teguh dengan dinul-Islam dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan, niscaya kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para pendahulu mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ.  الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Qs al-Hajj/22:40-41).
Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan syariat Islam yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang menyimpang dan berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih pedoman-pedoman yang bukan milik Allah Ta’ala. Akibatnya, banyak yang kemudian tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari kebenaran, sehingga umat tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu per satu. Kaum Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina setelah sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah sebelumnya kuat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Maka menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Yaitu membulatkan tekad untuk berpegang teguh dengan syariat yang telah ditetapkan Allah Ta’ala, mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengikuti jalan para khulafa`ur-rasyidin. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.
Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya yang membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia itu datang. Seluruh kaum Muslimin mengagungkan Allah Ta’ala, berdzikir memuji-Nya, dan membuktikan rasa cinta dan rasa syukurnya kepada Allah yang bergelora dalam dadanya. Kaum Muslimin erbaik sangka kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dengan berharap bisa mendapatkan semua kebaikan dari Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala pemilik semua kebaikan. Mereka pun memohon kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada mereka beramal, agar Allah berkenan menerima amalan yang telah mereka perbuat, dan berharap agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beruntung.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita.
Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.
Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah (misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis transparan.
Ingatlah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا (وَذَكَرَ) وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا
Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat (lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).
Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita,
رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ِلأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian. Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ
اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ,
يَامَنَّانُ يَابَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
أَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِمَحَبَّتِكَ وَالإِخْلاَصِ لَكَ
وَمَحَبَّةِ رَسُوْلِكَ وَالاِتِّبَاعِ لَهُ
وَمَحَبَّةِ شَرْعِكَ وَالتَّمَسُّكِ بِهِ
اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,
يَامُصَرِِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ  أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنُا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلّ خَيْرٍ
وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْيَوْمِ
وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةِ

Download Materi Khutbah Idul Fitri


Read more about Nasehat by null

Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur


Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَمَ تَسْليمًا

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhingga untuk kita semua, semenjak kita lahir sampai saat sekarang ini nikmat Allah tidak ada henti-hentinya Dia berikan kepada kita.
Di antara nikmat Allah yang paling besar yang harus kita syukuri adalah nikmat Islam dan iman. Keislaman dan keimanan adalah sebesar-besarnya jalan yang mengantarkan seseorang berbahagia hidup di dunia terlebih lagi di akhirat. Berbeda dengan orang-orang kafir, orang yang ingkar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka terancam dengan kekal diadzab di neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ؛ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan belum beriman dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu kita ucapkan puji dan syukur kepada Allah yang telah melahirkan kita dari orang tua yang muslim, sehingga kita pun menjadi seorang muslim dan tumbuh di lingkungan orang-orang Islam. Hal yang tidak dinikmati oleh bayi-bayi yang lahir dari orang-orang kafir sehingga mereka tumbuh menjadi orang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Kehidupan ini tidak terlepas dari cobaan dan ujian. Tidak ada seorang pun yang terlahir ke dunia tanpa mengalami ujian sedikit pun. Seseorang yang kaya dan berharta, ia Allah uji dengan kekayaannya, apakah ia bersyukur atau malah kufur. Seseorang yang hidup dalam keadaan kurang, maka tidak diragukan lagi ini adalah cobaan kehidupan. Allah uji orang tersebut apakah ia bersabar atau malah menempuh cara-cara yang Allah haramkan demi terbebas dari kemiskinan.
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dari kalangan manusia agar kita sesama manusia bisa mencontoh rekam jejak perjalanan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa di antara kita yang mengalami kemiskinan? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah merasakan kemiskinan. Istri beliau, ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha menuturkan “Dapur Rasulullah tidak pernah hidup (apinya) tiga hari berturut-turut.” Siapa di antara kita yang menikmati kekayaan? Beliau pun seseorang yang merasakan kekayaan, “Beliau berikan seluruh domba beliau yang banyaknya memenuhi antara dua bukit kepada seseorang, agar orang tersebut dan kaumnya menerima hidayah Islam.”
Siapa yang bersedih mencela takdir karena kehilangan anggota keluarganya? Beliau kehilngan ayah beliau ketika di dalam kandungan ibunya, ditinggal wafat ibunya ketika beliau berusia 6 tahu, kemudian kakek dan pamannya pun wafat meninggalkan beliau. Beliau juga ditinggal wafat dua orang istri beliau di masa hidupnya, beliau menyaksikan anak-anaknya wafat terlebih dahulu meninggalkan beliau, namun beliau adalah hamba Allah yang bersabar.
Namun terkadang karena kelemahan iman, sering mendengar ada orang-orang yang mengatakan “Ah, beliau kan Nabi dan Rasul Allah yang dibimbing oleh wahyu, jadi wajar beliau bersabar.” Kalimat ini hakikatnya tidak patut diucapkan bagi orang-orang yang beriman kepada beliau. Buktinya ada orang-orang yang shalih yang mereka bukan Rasul dan bukan pula Nabi, namun mereka bersabar ketika ditimpa musibah.

Kaum muslimin, jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membawakan sebuah kisah seseorang yang memenuhi hidupnya dengan kesabaran ketika ditimpa musibah dan bersyukur di saat lapang. Cerita ini dikisahkan oleh Abdullah bin Muhammad dan diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Kitab ats-Tsiqat. Abdullah bin Muhammad menuturkan:
Suatu hari ketika aku menjaga di daerah perbatasan Aris di wilayah Mesir, aku melihat sebuah kemah yang sempit di padang pasir yang terik. Lalu aku pun mendekati kemah tersebut. Aku melihat ada seorang laki-laki yang kedua tangannya buntung, kedua kakinya pun tiada, ditambah telinga yang sudah tuli dan mata yang telah rabun. Namun aku mendengar ia mengatakan
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَأَنْ فَضَّلْتَنِي عَلَى كَثِيْرِ مِمَّنْ خَلَقْتَ تَفْضِيْلًا
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku danbersyukur atas kemuliaan yang Engkau berikan kepadaku atas hamba-hamba-Mu yang lain.”
Maka aku pun heran dengan apa yang ia katakan. Lalu aku mendekatinya dan aku tanyakan “Wahai saudaraku atas nikmat Allah yang mana engkau bersyukur?” Ia mengatakan, “Diamlah! Kalau sekiranya Allah datangkan lautan niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku, atau ia datang api yang menggunung tentulah api tersebut akan membakar tubuhku, atau ia jatuhkan langit pastilah langit itu menghancurkanku. Tapi aku akan senantiasa bersyukur kepada-Nya.” Aku katakana, “Bersyukur atas apa?” Ia menjawab “Dia telah menganugerhkanku lisan, yang senantiasa mengingat dan bersyukur kepada-Nya.”
Lalu ia melanjutkan, “Saudaraku, aku memiliki seorang anak yang biasa menyuapiku ketika akhu hendak makan dan mengantarkan aku untuk beribadah. Namun tiga hari ini aku kehilangannya. Tolong carikan ia untukku.” Aku pun mencarikan anaknya, ternyata sang anak diterkam oleh hewan buas. Aku merasa bingung, kalimat apa yang akan aku sampaikan sementara keadaannya sekarang saja sangat memprihatinkan.
Lalu aku datang kepadanya, aku buka cerita dengan mengisahkan kisah Nabi Ayyub. Aku katakana,  “Wahai saudaraku tahukah engkau tentang Ayyub?” “Iya aku mengetahuinya.” Jawabnya. “Bukankah Allah telah menjadikannya miskin, lalu bagaimana keadaannya?” kataku. Ia menjawab, “Ia bersabdar.” Allah pun mewafatkan anak-anaknya, bagaimana keadannya?” Sambungku. “Ia bersabar.” Jawabnya. Lalu Allah pun menambah musibahnya dengan penyakit di tubuhnya, bagaimana keadaannya? Tanyaku lagi. “Ia bersabar.” Lalu ia memotong, “Saudaraku, katakana dimana anakku! Aku sangat lapar.” Aku katakana, “Berharaplah pahala dari Allah atas musibah yang menimpamu, anakmu dimangsa hewan buas.” Lalu ia mengucapkan, “Alhamdullah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkanku keturunan yang tidak bermaksiat kepada-Nya sehingga ia tidak diadzab di neraka.” Lalu ia tersendak dan wafat.
Melihat keadaan demikian, aku pun sempat merasakan kebingungan. Bagaimana harus memandikan, mengafani, dan menguburkannya seorang diri. Tak lama setelah itu, datanglah empat orang penunggang kuda menghampiriku. Mereka bertanya, “Wahai saudara, apa yang menimpamu?” Aku menjawab, “Aku bersama seseorang dan ia telah wafat.” Lalu mereka meminta jasad yang telah kututupi itu dibukakan wajahnya, bisa jadi mereka mengenal jasad tersebut.
Sontak ketika melihat wajah jenazah tersebut mereka berteriak “Subhanallah!! Ini adalah mata yang senantiasa menangis karena Allah, wajah yang tertunduk karena takut kepada Allah, dan tangan yang senantiasa digunakan berdoa kepada Allah.” Aku pun bertanya, “Wahai saudaraku, apakah kalian mengenalnya?” Mereka menjawab, “Engkau tidak mengenalnya?! Ia adalah Abu Qilabah sahabat dari Abdullah bin Abbas (sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ia menghindar dari jabatan hakim.”
Akhirnya kami mandikan, kafankan, dan kami kuburkan ia. Keempat penunggang kuda itu pun melanjutkan perjalanan dan aku kembali berjaga-jaga di daerah perbatasan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah Kedua

إِنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kisah Abu Qilabah tidak hanya usai sampai disitu saja. Ia adalah seorang yang bersabar dengan musibahnya dan senantiasa bersyukur kepada Allah dengan lisannya. Lalu apa buah dari amala agungnya ini. Abdullah bin Muhammad kembali menuturkan kisahnya:
Di malam hari aku pun bermimpi di tengah lelapnya tidurku. Aku melihat seorang laki-laki mengenakan sutera hijau yang indah, berjalan dengan penuh wibawa, di sebuah taman (yang dalam mimpiku) surga. Laki-laki itu mengulang-ulang ayat
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Keselamatan atas kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’du: 24)
Aku menghampirinya dan bertanya, “Wahai saudaraku, bukankah Anda adalah orang yang kemarin kami makamkan?” “Iya” Jawabnya. “Apa yang membuatmu mencapai derajat yang mulia ini?” Tanyaku lagi. Ia menjawab, “Sesungguhnya di surga itu ada sebauh derajat, yang tidak akan diperoleh kecuali dengan bersabar ketika ditimpa musibah dan bersyukur di kala lapang.”
Demikianlah buah kesabaran, seseorang mencapai derajat yang tinggi lagi mulia di dunia dan akhirat. Bisa jadi di dunia orang yang sabar itu terlihat hina di mata orang lain, namun ia tetap mulia di sisi Allah dalam kehidupan dunianya. Jangan sampai kita bersyukur kepada Allah tatkala lapang dan mencela serta protes tatkala ditimpakan kesempitan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا اْلإِنسَانُ إِذَا مَاابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ {15} وَأَمَّآ إِذَا مَاابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ {16}
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS. Al-Fajr: 15-16)
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan kita hamba yang senantiasa bersyukur kepadanya di kala lapang dan bersabar saat mendapatkan kesempitan.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمِينَ.

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

download ebook khotbah jumat Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur (449)

Wasiat Untuk Suami dan Istri


Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ
Amma ba’du :
Wahai kaum muslimin! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena takwa adalah bekal terbaik sepanjang hidup dan sesudah mati.
Ada sebuah harapan mulia dan cita-cita luhur yang diidam-idamkan oleh setiap suami dan istri. Ada keinginan mendesak yang diharapkan oleh setiap pengantin. Bila harapan, cita-cita dan keinginan itu terwujud maka panji-panji cinta dan bahagia akan berkibar di atas keluarga dan kata-kata kasih dan sayang akan bergema di sudut-sudutnya. Bila tidak, rumah tangga akan tenggelam di dalam lautan gelisah dan nestapa, serta bahteranya akan dihempaskan oleh gelombang keburukan dan permusuhan ke dalam samudera bencana dan malapetaka.
Saudara-saudara! Itulah dia “Kabahagiaan Rumah Tangga”. Merupakan harta yang sulit dicari di zaman ini, dan barang langka sepanjang masa. Karena persoalan kemasyarakatan sosial kian membesar, persoalan rumah tangga kian menumpuk dan berada di garda depan dalam barisan masalah-masalah umat dan masyarakat. Ini adalah peringatan akan adanya ancaman bahaya yang besar dan kerusakan yang luas terhadap negara dan bangsa, dalam urusan dunia dan akhirat.
Wahai kaum muslimin! Salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya ialah rumah tangga. Allah memberinya pasangan hidup yang mulia sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya, sebagai penenang hati, kasih sayang, pakaian dan teman setia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
وَاللهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah.” (QS. An-Nahl :72)
Di rumahnya seorang suami bisa menemukan tempat berlabuh yang mulia dan ketenangan jiwa setelah lelah bekerja. Ia bisa mengibaskan debu-debu kejenuhan dan kebosanan dari dirinya. Ia dapat meluruhkan kesulitan hidup dengan senyuman yang manis, wajah yang ceria, kata-kata yang lembut, perlakuan yang halus, persaan yang hangat, dan emosi yang meluap. Ia diimbangi oleh pasangan hidupnya, teman perjalanannya, belahan jiwanya, dan ibu dari anak-anaknya. Dan dirumahnya seorang istri bisa menemukan sarang keluarga yang bahagia dan tempat hidup yang enak. Di rumah itu lahirlah generasi baru yang shalih dan istimewa di bawah naungan naluri ayah yang penyayang dan naluri ibu yang pengasih, jauh dari pemicu ketegangan dan keglisahan, pengganggu kenikmatan, dan pengundang kesengsaraan dan kekacauan.
Begitulah, Islam menginginkan agar keluarga bisa menjadi markas kebaikan, cinta dan keharmonisan, dan bisa menjadi benteng dalam berbakti, berkasih sayang dan perdamaian. Islam meminta kedua pilar utama keluarga suami dan istri agar bisa menjadi contoh dalam hal kerjasama yang baik dan pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing. Atas dasar itulah kebahagiaan rumah tangga tidak terletak pada pakaian yang mewah, makanan yang enak, dan penghidupan yang segar. Melainkan pada kasih sayang, cinta dan kerjasama. Sesungguhnya rumah tangga yang berdiri di atas pondasi pertengkaran dan perseteruan, dipenuhi cobaan dan masalah adalah benar-benar rentan terhadap hantaman badai kehancuran dan topan perceraian, jauh dari ketenangan batin dan harapan kemapanan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah! Wahai para suami!

Ikatan suami istri adalah ikatan yang memiliki akar yang dalam, pilar yang kokoh, dan dasar yang jauh. Ini dijelaskan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum :21)
Ini menegaskan adanya ketenteraman (di dalam rumah tangga) dalam bentuk yang paling tinggi dan makna yang paling atas, yang semestinya dirasakan oleh suami demikian juga istri. Dan juga dijelaskan oleh firmah Allah Subhanahu wa Ta’ala :
هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ
Mereka (istri-istri kamu) itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah :187)
Allahu Akbar! Lihatlah keindahan bahasa Alquran yang menggambarkan hubungan antara suami dan istri seperti hubungan antara manusia dan pakaian. Apa yang lebih dekat dan lebih lekat dengan seseorang selain pakaiannya ? Dengan demikian pernikahan bukanlah sekedar ikatan duniawi, materi, birahi, dan hewani, melainkan ikatan ruhani dan jiwa yang mulia. Oleh karena itu Islam sangat getol dalam upaya memperkuat ikatan ini. Islam memerintahkan agar kita senantiasa menjaganya dan mengingatkan kita agar tidak gegabah dan lalai terhadapnya. Supaya mawar kebahagiaannya tidak layu, bunga kenyamanannya tidak mati, dan pohon ketahanannya tidak kering. Dan hal itu tidak mungkin terjadi tanpa keseriusan dari pihak suami dan istri untuk melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing.
Saudara-saudara seiman dan seakidah! Sepanjang suami istri harus mengetahui bahwa kesempurnaan hidup berumah tangga adalah sesuatu yang mustahil dicapai. Sebab, keterbatasan adalah watak dasar manusia. Maka, baik suami maupun istri harus bisa mengkondisikan dirinya untuk menerima kekurangan, memaklumi kesalahan, dan memaafkan kakhilafan. Karena tak ada gading yang tak retak.
Karena begitu pentingnya masalah ini maka Kitab Allah datang dengan penjelasan yang sangat lengkap. Sebagaimana diproklamirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat ini di dalam pertemuan agung di padang Arafah. At-Tirmidzi dan lain-lain meriwayatkan dari Amr bin Ahwash Al-Jusyami radiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di dalam Haji Wada’ :
Ingatlah! Perlakukanlah kaum wanita (istri-istrimu) dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah semacam tawanan di sisimu. Kamu tidak memiliki hak apapun dari mereka selain itu, kecuali mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, hindarilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Jika mereka patuh kepadamu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyalahkan mereka. Ingatlah! Sesungguhnya kamu punya hak atas istri-istrimu, dan istri-istrimu pun punya hak atas kamu. Adapun hak kamu atas istri-istrimu ialah mereka tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kamu sukai menginjak tempat tidurmu dan tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai masuk ke dalam rumahmu. Ingatlah! Hak mereka atas kamu ialah kamu harus berbuat baik kepada mereka dalam memberikan pakaian dan makanan mereka.” (HR. Tirmidzi No.1163 dan Ibnu Majah No.1851)
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda:
Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita dengan baik.” (Shahih al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468 )
Abu Daud meriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah radiyallahu ‘anhu bahwa ia pernah bertanya : “ Ya Rasulullah, apa kewajiban kami kepada istri kami ?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Engkau harus memberinya makan jika engkau makan. Engkau harus memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkannya, dan jangan menjauhinya kecuali di dalam rumah.” (Sunan Abu Daud, 2142 )
Lebih dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ :19)
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah :228)
Wahai para suami! Anda semua harus mengetahui kewajiban dan haknya masing-masing, lalu melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Demi Allah, seandainya masing-masing melaksanakan peran dan tugas masing-masing, niscaya tidak ada satu pun keluarga yang ditimpa masalah-masalah berat yang mengganggu tidur atau pertengkaran yang membuat rumah menjadi kosong.
Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan istri-istri Anda. Laksanakanlah kewajiban Anda. Jalankanlah tugas Anda sebagai kepala rumah tangga sesuai dengan syariat Allah. Tunaikanlah kewajiban Anda dalam memberikan nafkah dan menyiapkan tempat tinggal menurut kemampuan Anda.
أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنتُم مِّن وُجْدِكُمْ وَلاَتُضَآرُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS. Ath-Thalaq :6)
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّآ ءَاتَاهُ اللهُ لاَيُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ مَآءَاتَاهَا
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS. Ath-Thalaq :7)
Pergaulilah istri-istri Anda dengan baik. Perlakukanlah mereka dengan akhlak yang baik. Siapakah yang lebih berhak anda perlakukan dengan akhlak baik selain istri-istri anda, pendamping hidup anda ?
Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang paling baik kepada istri-istrinya.” (al-Musnad, 2:472, Sunan Abi Daud, 4682, Jami’ at-Tirmidzi, 1162 dan Shahih Ibnu Hibban, 4176 )
At-Tirmidzi juga meriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.” (Jami’ At-Tirmidzi, 3895 )
Wahai para suami! Tunaikanlah kewajiban Anda untuk tidur bersama istri-istri Anda. Ajarilah mereka tentang urusan-urusan agama. Cemburulah kepada mereka, peliharalah kemuliaan dan kehormatan mereka. Jangan biarkan mereka keluyuran sesuka hati. Wajibkan kepada mereka menutup aurat secara benar dan menjaga kehormatan diri mereka dengan baik. Lindungilah mereka dari pemicu-pemicu keburukan dan kerusakan, media-media perusakan dan penghancuran, dan faktor-faktor penyebab timbulnya penyimpangan dan kejahatan.
Anda pasti heran melihat beragam perlakuan suami kepada istrinya. Ada suami yang di rumahnya tidak ada bahasa lain selain perintah dan larangan. Hobinya menunjukkan gigi taring dan mengaum. Kejam dan kesewenang-wenang. Tidak pandai bergaul, tidak ramah, susah memaafkan, cepat marah dan temperamental. Kalau berbicara seperti orang tolol. Kalau bertindak seperti orang dungu. Selalu cemberut dan enggan membantu istri. Kalau masuk rumah selalu menggerutu. Kalau keluar rumah selalu curiga. Tidak bisa lembut apalagi penyayang. Istrinya sangat menderita selama hidup bersamanya. Beragam kesengsaraan, cobaan dan ujian ia rasakan.
Ada istri yang mengeluh bahwa suaminya tidak pernah menghadiri shalat Jumat maupun shalat jamaah. Ada istri yang melaporkan suaminya mengkonsumsi miras dan narkoba. Ada istri yang mengadu bahwa suaminya suka bergadang dan jarang pulang. Ada istri yang mengatakan bahwa suaminya berselingkuh. Dan seterusnya. Fana’udzubillah.
Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah. Berikanlah hak-hak istri-istri anda, terutama ketika sudah tua, sakit atau masa talak raj’i. bagi anda yang ingin melakukan poligami, bertakwalah kepada Allah dalam menjaga keadilan di antara mereka. Jangan sampai anda mendzalimi istri tua dan menyayangi istri muda. Dalam hal ini anda pasti menemukan banyak keanehan dan kisah-kisah yang mengherankan. Ada wanita yang setelah dimadu tidak pernah bertemu dengan suaminya selama bertahun-tahun. Dan si suami pun tidak memenuhi kewajibannya kepada sang istri maupun kepada anak-anaknya. Allahumma sallim.
Wahai para istri! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi suami Anda. Patuhilah suami anda secara wajar. Dan lihatlah bagaimana sikap Anda kepadanya? Karena suami Anda sangat menentukan surga dan neraka Anda. Ketahuilah bahwa kedekatan Anda dengan Allah dapat diukur dengan melihat seberapa besar keridhaan suami Anda kepada Anda secara wajar. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Salamah radiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Wanita manapun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadnya, pasti akan masuk surga.” (Jami’ At-Tirmidzi, 1161 )
Jagalah rumah, harta benda dan anak-anak suami anda. Jangan membebaninya dengan nafkah yang terlalu banyak. Layanilah suami anda, berikanlah hak-haknya, dan jangan lalai dalam menjalankannya. Karena ada ancaman keras yang disebutkan di dalam Hadits al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Jika seorang laki-laki mengajak istrinya ke ranjangnya tetapi ia menolak, kemudian laki-laki itu melewatkan malamnya sambil memendam amarah, maka para malaikat akan mengutuknya sampai pagi.”
Dalam riwayat Imam Muslim dinyatakan :
“Demi dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah seorang suami mengajak istrinya keranjangnya kemudian ia menolaknya, melainkan dzat yang ada di langit murka kepadanya sampai si suami ridha kepadanya.” (Shahih al-Bukhari, 3237 dan Shahih Muslim, 1436 )
Allahul mustaan! Relakah wanita beriman, berakal sehat, terhormat, merdeka, dan mulia dengan kondisi semacam itu ? dan kini, betapa banyak wanita yang kondisinya seperti itu. Wal iyadzu billah.
Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda :

Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya dari kalangan bidadari berkata : ‘Jangan sakiti dia ! Celakalah kamu, karena sesungguhnya dia hanya singgah di sisimu. Sebentar lagi dia akan meninggalkanmu ke tempat kami.” (al-Musnad, 5:242 dan Jami’ at-Tirmidzi, 1174)
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda :
Kalau saja aku bisa menyuruh seseorang bersujud kepada seseorang, niscaya aku telah menyuruh wanita bersujud kepada suaminya.” (Jami’ at-Tirmidzi, 1159)
Hal itu tidak lain karena besarnya hak suami atas istrinya. Wahai para istri, simaklah Hadits-hadits di atas dan amalkanlah isinya jika anda menginginkan hidup di dunia dan ganjaran di Akhirat.
Anda pasti tercengang dan prihatin melihat kondisi banyak wanita di rumahnya dan perlakuannya kepada suaminya.
Ada wanita yang hanya mengenal suaminya sebagai pembantu yang hina. Ia selalu menghujaninya dengan guyuran tuntunan dan kebutuhan, serta mengejutkannya dengan daftar belanja dan barang-barang pelengkap.
Ada wanita yang suka berbuat sewenang-wenang, berbicara kasar, memancing keributan, dan mencari-cari kesalahan. Ia tidak tahu terima kasih, suka membantah, tidak pernah puas dan punya rasa sayang. Bila sang suami masuk ke rumah, ia menemukan baju yang kusut, rambut yang acak-acakan dan sikap yang angkuh. Pagi hari banyak tidur. Sore hari banyak memaki. Ia selalu mengandalkan pembantu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Yang ia tahu hanya keluyuran bersama teman-teman dan pergi ke pesta. Ia tidak peduli dengan agamanya dan tidak menghiraukan adab-adab dan akhlak. Ia suka mengumpat, mencaci maki dan marah besar untuk urusan yang spele. Ia tomboy dan berprilaku layaknya laki-laki. Ia sama sekali tidak punya kebaikan untuk keluarga, suami dan anak-anaknya. Ya Allah, ampunilah dia ! Dan jauhkanlah kami dari istri semacam itu, ya Allah.
Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para suami dan istri harus mau melaksanakan tugasnya masing-masing agar keluarga dan rumah tangga yang tersisa tidak di habisi oleh pertengkaran. Mudah-mudahan Allah berkenan memperbaiki hati, amal dan niat kita. Dan semoga Allah berkenan menganugerahi kita istri dan keturunan yang bisa meneduhkan mata dan menjadi pelipur lara. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ مُقَلِّبِ القُلُوْبِ وَعَلاَّمِ الغُيُوْبِ، وَقَابِلِ التَّوْبَةِ مِمَّنْ يَتُوْبُ، شَدِيْدِ الْعِقَابِ عِنْدَ قَسْوَةِ القُلُوْبِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ سَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
Amma ba’du :
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takutlah akan hari di saat anda dikembalikan kepada Allah. Ketahuilah bahwa keluarga dan rumah tangga hanya bisa baik dan makmur dengan taat kepada Allah dan menjauhi maksiat. Karena kemaksiatan bisa mendatangkan kesialan bagi keluarga dan merusak keharmonisan rumah tangga. Betapa banyak persatuan yang terpecah belah, kekuatan yang tercerai berai, keluarga yang terguncang, istri yang dicerai, anak-anak yang terlantar gara-gara kemaksiatan, baik yang didengar, dilihat, maupun dibaca.
Ketahuilah bahwa rumah adalah salah satu pos terpenting untuk menyebarkan iman dan melahirkan generasi yang mengerti akidah dan Alquran. Lebih-lebih di zaman sekarang. Dan ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam tidak henti-hentinya melancarkan serangannya terhadap rumah tangga dan keluarga untuk meruntuhkan sendi-sendinya, merobohkan bangunannya, mengguncang kekompakannya dan membangkitkan pertengkaran suami istri. Hal itu didukung oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu mereka menyalakan api fitnah di antara suami dan istri. Dan banyak orang di luar keluarga yang berupaya merusak ikatan di antara mereka berdua.
Kepada para orang tua, hendaknya anda bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi anak dan menantu anda. Jangan suka mencampuri kehidupan rumah tangga mereka, kecuali untuk kemaslahatan mereka. Jadikanlah rumah tangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri tauladan dan model yang patut ditiru dalam upaya menggapai kebahagiaan dan merendam berbagai macam masalah dan pertengkaran.
Dan dengan tulus hati saya menyerukan kepada setiap pasangan suami istri yang mengalami percekcokan rumah tangga agar menutup buku masa lalu dan memulai hidup baru. Hidup yang penuh dengan tenggang rasa, cinta kasih dan serasi. Dan saya juga menyerukan terbentuknya lembaga pembinaan (konsultasi) rumah tangga untuk menyelesaikan percekcokan rumah tangga sebelum terjadi pengendapan masalah yang bertumpuk-tumpuk dan membutuhkan bantuan perantara sebagaimana disayari’atkan oleh Allah. Hendaknya pasangan suami istri terutama suami harus bisa mengendalikan diri dan tidak terburu-buru mengambil keputusan untuk mengakhiri ikatan pernikahan. Karena akibatnya sangat serius dan dampaknya sangat besar terhadap individu dan masyarakat.
Simaklah contoh berikut ini yang patut ditiru dalam upaya menggapai kebahagiaan rumah tangga dan hubungan yang baik antara suami dan istri.
Di dalam perpustakaan tarikh disebutkan bahwa tatkala anak Ummu Sulaim binti Milhan, istri Abu Thalhah, meninggal dunia sementara Abu Thalhah sedang pergi berjihad di jalan Allah. Sampai ia pulang kerumah tidak ada seorang pun yang menyampaikan kepada Abu Thalhah perihal kematian anaknya. Ketika ia datang dan menanyakan perihal anaknya, Ummu Sulaim menjawab: “Dia lebih tenang dari pada sebelumnya. “Rupanya Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah sembuh dari sakitnya. Maka ia pun segera menyantap makanan yang disediakan. Kemudian Ummu Sulaim berdandan dan memakai wewangian. Lalu Abu Thalhah tidur bersamanya dan bercinta dengannya. Keesokan harinya, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya : “Relakan kepergian anakamu.” Lalu Abu Thalhah menceritakan kisahnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau bersabda:
Semoga Allah memberkati kalian berdua pada malam kalian itu.” (HR. al-Bukhari, 1301,5470, Muslim, 2144 dan Ahmad, 3/105 )
Kemudian Ummu Sulaim melahirkan anak bernama Abdullah bin Abi Thalhah. Lalu Abdullah dikaruniai 10 orang anak yang semuanya menjadi ahli qira’at, ulama dan mujahid.
Ini adalah salah satu contoh hubungan yang ideal antara suami dan istri. Adakah yang mau mengikuti ? Alhamdulillah, ternyata banyak sekali.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56)
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

download ebook khotbah Wasiat untuk Suami dan Istri (154)

Read more about by null

HALAL, TAPI DIBENCI


Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Amma ba’du :
Ayyuhal muslimun rahimakumullah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Anda. Bertakwalah kpada-Nya dalam menghadapi diri sendiri dan keluarga Anda. Bertakwalah kepada-Nya di kala ramai maupun sepi, di saat kaya maupun miskin, di waktu suka maupun duka.
Ibadallah! Masalah kemasyarakatan yang sangat gawat dan persoalan rumah tangga yang sangat besar muncul dalam bentuk kejadian-kejadian yang memilukan dalam banyak perkara yang terjadi di mana-mana. Masalah ini menjadi ancaman yang berbahaya bagi keutuhan keluarga dan rumah tangga. Persoalan ini telah banyak memecah belah keluarga dan mengalirkan air mata. Ia telah banyak mencerai beraikan keluarga, menghancurkan rumah tangga, dan memadamkan lilin yang menyala. Ia telah banyak merobohkan bangunan, menciptakan penderitaan, melahirkan kesengsaraan, menjAndakan perempuan, dan menelantarkan anak-anak yang masih ingusan. Ia telah banyak menjadi pemicu pertengkaran dan permusuhan, dan menjadi tangga bagi perpisahan dan pertengkaran. Tahukah Anda, apa masalah keluarga yang sangat berbahaya ini? Dan tahukah Anda apa masalah masyarakat yang besar dan mengancam kehidupan banyak pribadi dan keluarga, dan mengubahnya menjadi Neraka yang tidak tertahankan? Masalah itu ialah “Perceraian”. Dan ini adalah persoalan besar yang sangat pelik. Bahkan nyaris selalu menjadi masalah utama di antara masalah-masalah kemasyarakatan yang gawat dewasa ini.

Ma’asyiral muslimin rahimani warahimakumullah!

Perceraian banyak sekali yang terjadi di zaman ini. Bahkan jumlah yang sangat mengerikan. Tentu saja ini menjadi peringatan akan adanya ancaman yang berat terhadap keutuhan keluarga dan rumah tangga. Cara ini digunakan secara luas. Dan banyak sekali orang yang dengan mudah mengucapkan kata-kata cerai karena alasan yang sangat sepele. Banyak orang yang latah mengucapkannya dengan atau tanpa sebab. Sungguh aneh prilaku orang dalam masalah ini. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai guraun, permainan, tantangan, dan kebanggaan.
Masalah ini semakin meluas, tanda bahaya yang semakin kuat, suara peringatan semakin keras, jumlah perceraian di masyarakat makin meningkat, prosentase dan angkanya semakin tinggi dan memberikan tanda peringatan akan masa depan yang mengerikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Masalah ini tidak henti-hentinya menjadi sumber keresahan hati banyak orang.
Jika salah satu dari mereka merasakan panas apinya, ia tergepoh-gepoh menemui para ustadz dan para kiayi untuk berkonsultasi dan mencari-cari jalan keluar. Bahkan ada yang sengaja membuat rekayasa dan merajut kebohongan untuk menggapai apa yang diinginkan. Sampai-sampai banyak ulama yang tidak sempat memikirkan masalah yang lebih penting. Para hakim di pengadilan pun kewalahan menghadapi banyaknya masyarakat yang datang dan banyaknya perkara yang harus ditangani dalam masalah ini.
Dan jangan tanya berapa banyak dering telpon yang berbunyi, perkara yang ditangani, sidang yang dijalani, dan orang yang datang untuk mengurus masalah ini. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa perceraian adalah masalah syariat yang telah detetapkan. Bukan hawa nafsu yang dijadikan sebagai sumber hukum. Masalah perceraian merupakan salah satu ketentuan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan tidak boleh dilanggar. Dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ حُدُودُ اللهِ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لاَتَدْرِي لَعَلَّ اللهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS. Ath-Thalaq: 1)
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah :229)
Di samping perceraian juga merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus diketahui dan tidak boleh dipermainkan.
وَلاَ تَتَّخِذُوا ءَايَاتِ اللهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ وَمَآأَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُم بِهِ وَاتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasannya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah :231)
Merasakan betapa bahayanya masalah ini, harus ada upaya untuk mengkajinya, mencari penyebabnya, meneliti dampaknya, mencari jalan keluar, dan mempelajari hikmah dan ketentuan hukumnya, agar kita benar-benar memahami urusan agama kita. Dan kita juga harus meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wahai kaum muslimin! Islam mensyariatkan ikatan pernikahan agar bisa kekal bukan bubar, agar bisa lenggeng bukan putus, agar tercipta keserasian bukan perpecahan. Islam telah memberikan banyak jaminan kepada keluarga dan menancapkan banyak pilar untuk menjamin ketenangan dan sentosanya. Islam sangat menghargai ikatan pernikahan dan menyebutnya sebagai “Mitsaqan Ghalizha” (perjanjian yang kuat). Islam menganggap ikatan istri sebagai ikatan dan perjanjian yang paling kuat.
Syariat Islam tidak menyerahkan masalah ini kepada pasangan suami istri begitu saja. Di mana hawa nafsu bisa berkuasa dan mereka bisa menjalani kehidupan rumah tangga mereka tanpa petunjuk Tuhan. Syariat Islam telah menetapkan hak dan kewajiban masing-masing, dan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan kecukupan masing-masing, serta memperhatikan aspek watak dan kewajiban mereka. Semua itu dituangkan dalam aturan yang adil dan bijaksana, mengacu kepada firman Allah :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan Mereka (Para Istri) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah :228)
Islam juga berpesan agar rumah tangga dikuasai oleh hubungan kasih dan sayang, mengibarkan bendera belas kasih dan panji-panji keserasian. Islam juga memerintahkan untuk mempergauli pasangan secara wajar dan memperlakukannya secara baik.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ :19)
Ya, benar! Boleh jadi Anda tidak menyukai sesuatu pada pasangan Anda, padahal Allah memberikan banyak kebaikan pada dirinya. Imam muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Janganlah seorang laki-laki beriman membenci wanita beriman. Jika ia tidak menyukai salah satu perangainya, ia pasti menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim, 1469 )
Sesungguhnya kaum pria harus mengetahui watak wanita, untuk apa mereka diciptakan dan bagaimana watak dasarnya. Dan tatkala sebagian pria menuntut kondisi yang ideal pada diri wanita dan jauh dari kenyataan, Islam menganjurkan agar mereka memperhatikan aspek ini. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya masing-masing bahwa Rasulullah bersabda:
Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita dengan baik.” (Shahih al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468 )
Di samping itu Islam sangat peduli pada upaya melindungi keluarga dari campur tangan para provokator yang berusaha merusak dan menghancurkan wujud keluarga, baik dari jauh maupun dari dekat. Dan Islam menutup pintu bagi siapa pun yang akan mencampuri urusan rumah tangga orang lain kecuali dengan tujuan islah (perdamain).Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak termasuk golongan kami orang yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya.” (HR. Ahmad,2:397 dan Abu Daud, 2175 )
Kendati Islam telah meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menopang dan melindungi bangunan keluarga, namun secara alamiyah manusia bisa melakukan kesalahan dan kelalaian. Terkadang rumah tangga diterpa badai pertengkaran dan percekcokan. Karena jarang sekali pasangan suami istri yang memiliki kecocokan dan keserasian dalam segala hal. Tetapi perbedaan yang ada di antara sepasang suami istri tidak akan menjadi masalah sepanjang mereka berdua bisa bergaul secara wajar, bermuamalah secara santun, sabar dan tabah. Masing-masing menghormati pasangannya dan mengesampingkan kepentingan pribadi masing-masing. Sesungguhnya yang mengancam keutuhan rumah tangga ialah mengulang-ulang kesalahan, mencari-cari kekurangan, dan membesar-besarkan masalah.
Namun, apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri ketika terjadi pertengkaran dan perselisihan? Apakah perceraian menjadi pilihan utama untuk menyelesaikan masalah, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang yang gegabah dan tidak mau berpikir panjang? Apakah perceraian begitu mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang kurang sabar menjadikannya sebagai pilihan pertama untuk mengakhiri pertengkaran?
Islam telah membimbing kita untuk mengikuti cara dan aturan yang benar ketika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak. Dan Islam telah menawarkan jalan keluar yang pasti tepat manakala dilAndasi dengan hati yang bersih dan niat yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَآأَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ وَالاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَتَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa’ :34)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Juga berfirman:
وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَجُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ اْلأَنفُسُ الشُّحَّ وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’:128)
Jika percekcokan semakin menjadi-jadi dan berkepanjangan, Islam mensyariatkan adanya campur tangan dari pihak lain untuk melakukan islah (damai). Yaitu dengan menunjuk dua orang perantara yang sebaiknya diambil dari keluarga mereka. Allah berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآإِن يُرِيدَآإِصْلاَحًا يُوَفِّقِ اللهُ بَيْنَهُمَآإِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’ :35)
Tetapi jika pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah suami istri itu sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing? Dan ketika terjadi perselisihan apakah keduanya mengikuti jalan Islam untuk mengatasinya? Apakah keduanya berusaha melakukan perbaikan? Di mana para pendamai dari kerabat dan keluarga mereka? Di mana dua perantara yang berusaha mendamaikan mereka? Ataukah hal itu menjadi sesuatu yang dihindari? Sesungguhnya sepanjang masih bisa dipertemukan, seorang istri tidak boleh mengajukan gugatan cerai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita manapun menggugat cerai suaminya tanpa ada masalah yang berat, maka haram baginya menghirup aroma surga.” (HR. Ahmad, 5:283, Abu Daud,2226, at-Tirmidzi, 1187, al-Hakim, 2:200, dan al-Baihaqi, 7:316 )
Tetapi bila kesepakatan tidak tercapai, kehidupan rumah tangga telah berubah menjadi neraka yang tidak tertahankan dan segala upaya perbaikan tidak membuahkan hasil yang menggembirakan, maka Allah berfirman:
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ وَكَانَ اللهُ وَاسِعًا حَكِيمًا
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ :130)
Ikhwatal Islam!
Sesungguhnya apabila perceraian terjadi bukan karena alasan-alasan yang dibenarkan oleh syara’, maka perceraian adalah permainan yang tidak bisa diterima oleh agama dan perusakan terhadap sendi-sendi kehidupan. Di manakah orang-orang yang mau berfikir tentang akibat dari perceraian? Apa dosa anak-anak? Dan apa kesalahan orang-orang yang lemah dan tidak berdosa? Padahal ada Hadits yang menyatakan:
Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah talak (Perceraian).” (HR. Abu Daud, 2178, Ibnu Majah, 2018 dan al-Hakim, 2:196 )
Wahai orang yang ingin bercerai atau berfikir untuk bercerai! Ketahuilah bahwa perceraian adalah masalah besar yang sangat disukai setan. Bahkan setan mengerahkan pasukannya untuk mendapatkannya. Cukuplah hal ini menjadi peredam bagi keinginan untuk bercerai. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengirimkan pasukannya. Yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Salah satu dari mereka datang kepadanya lalu berkata : Aku melakukan ini dan itu. Kamu tidak berbuat apa-apa! kata Iblis. Kemudian salah satu dari mereka datang dan berkata : ‘Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkannya dari istrinya.’ Lalu Iblis memberinya tempat di dekatnya dan berkata : ‘Kamu adalah setan terbaik.’ (HR. Muslim, 2813).
Wahai umat Islam!
Kalau semuanya sudah memahami betapa bahayanya perceraian dan betapa buruk dampaknya terhadap pribadi dan masyarakat, adalah tepat apabila kita menelusuri sebab-sebab utamanya untuk memeriksa penyakit dan menetukan obatnya.
Jika diteliti ternyata penyebab utama perceraian ialah keengganan masing-masing dari suami untuk melaksanakan kewajibannya kepada pasangannya dan memperlakukannya secara baik.
Percerain juga bisa dipicu oleh buruknya perangai, lemahnya niat baik, kurangnya kesabaran dan ketabahan, tuntunan cita-cita, adanya perbedaan cara pAndang di antara suami istri, dorongan hawa nafsu dan amarah, kehilangan kesadaan diri, lepas kendali atau adu domba dari pihak ketiga.
Juga bisa dipicu oleh keengganan untuk mengikuti tata cara hidup Islami ketika terjadi perselisihan. Atau disebabkan upaya islah dan perantaraan yang kurang sungguh-sungguh, dan seterusnya.
Wahai para suami dan para istri ! Bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi diri sendiri.
Wahai para istri! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memperlakukan suami Anda. Jangan sampai Anda menjadi pemicu kemarahan suami Anda. Berikanlah hak-hak suami, rumah dan anak-anak Anda. Karena istri yang sukses ialah istri yang bisa mengambil hati suami, merendam amarahnya, dan mengetahui hak-haknya. Bukan istri yang suka menyulut api dan menyiram api dengan minyak.
Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala! Jagalah hubungan Anda dari pertengkaran dan perselisihan, jika Anda menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Wahai orang yang sedang mengalami konflik rumah tangga! Kembalilah kepada agama dan keislaman Anda. Karena di dalamnya terdapat obat yang mujarab untuk mengatasi perselisihan, menghentikan pertengkaran dan mencabut keburukan dari akar-akarnya.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memberikan taufik-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan kita juga memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati kita dan menghimpun kekuatan kita dengan anugerah dan karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلهِ الَّذِي وَعَدَ مَنْ حَفِظَ الْأمَانَةَ وَرَعَاهَا أَجْرًا جَِزيْلاً، وَتَوَعَّدَ مَنْ أَضَاعَهَا وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا وَبِيْلا، أَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ، أَشْكُرُهُ عَلَى تَتَابُعِ إِحْسَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، حَثَّ عَلَى أَدَاءِ الْأَمَانةِ وَحَذَّرَ مِنْ الْـخِيَانَةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وسَلَّمَ تَسْلِيْمًا، أَمّا بَعْدُ:
Wahai hamba-hamba Allah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pahamilah urusan agama Anda dengan baik. Ketahuilah bahwa perceraian memiliki ketentuan hukum yang harus diketahui dan dipatuhi oleh setiap orang yang melakukannya. Maka orang beriman tidak boleh menceraikan istri sesuka hatinya. Ia harus mengikuti tata cara syariat yang mengatur hal itu.
Antara lain dia harus menceraikan istri secara baik. Allah berfirman:

الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكُُ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحُ بِإِحْسَانٍ
Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al-baqarah :229)
Dan yang harus dimengerti adalah bahwa talak (perceraian) itu ada dua macam: talak sunni dan talak bid’I atau yang diada-adakan.
Talak sunni ialah talak yang harus diikuti ketika talak itu dijatuhkan. Yaitu seorang suami menceraikan istrinya satu kali dalam masa suci dan belum pernah digauli semasa suci itu.
Sedangkan talak bid’i ialah seorang suami yang menceraikan istrinya lebih dari satu kali sekaligus, atau pada masa haid, atau pada masa suci dimana ia telah menggaulinya. Orang yang menceraikan istrinya dengan cara seperti ini berarti telah berbuat dosa dan melakukan sesuatu yang diharamkan.
Apakah orang-orang yang menceraikan istrinya itu mematuhi ketentauan hukum ini? Apakah mereka mengetahui ketentuan hukum ini?
Kemudian perlu ada peringatan tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat, yaitu masalah talak tiga. An-Nasa’i meriwayatkan dari Mahmud bin Labid radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah pernah diberitahu tentang laki-laki yang menceraikan istrinya tiga kali sekaligus. Lalu beliau berdiri dengan mimik marah dan bersabda: “Apakah kitab Allah dipermainkan, sementara aku ada di tengah-tengah kalian?” Sampai-sampai ada orang yang berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah, apakah aku perlu membunuh orang itu?” (Sunan An-Nasa’i, 6:142 )
Seorang laki-laki menceraikan istrinya tiga kali sekaligus kemudian datang kepada Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu untuk bertanya. Ibnu Abbas bungkam sambil menahan amarah. Tindakan konyol lalu berkata: “Salah seorang di antara kamu melakukan tindakan konyol lalu berkata: Hai Ibnu Abbas! Hai Ibnu Abbas! Padahal Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
“Kamu tidak bertakwa kepada Allah. Jadi aku tidak punya jalan keluar untukmu,” kata Ibnu Abbas. “Kamu telah durhaka kepada Rabbmu. Dan istrimu berstatus talak ba’in darimu,” imbuhnya.
Ia juga pernah didatangi laki-laki yang menceraikan istrinya seribu kali sekaligus. Lalu ia berkata: “Apakah ayat-ayat Allah boleh dipermainkan ?! Kamu cukup menceraikannya tiga kali.”
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jangan gegabah dalam urusan talak. Karena boleh jadi sesudah itu Allah akan mengadakan sesuatu yang baru.
Jika ada saran untuk mengatasi hal itu maka saran itu terangkum dalam menghindari segala sesuatu yang bisa menjadi pemicunya sebagaimana disebutkan sebelumnya. Kemudian para ulama dan tokoh masyarakat di setiap desa dan kota, kerabat dan keluarga besar harus bekerja keras untuk mengatasi konflik rumah tangga melalui lembaga-lembaga pendamai yang berwenang dan beranggotakan orang-orang yang disegani dan dihormati di masyarakat. Sehingga setiap orang yang menghadapi masalah seperti ini bisa memohon nasihat ke sana. Dengan demikian diharapkan kasus-kasus semacam ini bisa berkurang, dengan izin Allah.
Akhirnya, barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, pasti Allah akan memperbaiki keadaannya, pasangan hidupnya, keluarganya dan anak-anaknya. Dan dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq :4)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at


Read more about takwa kepada Allah by null

Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Amma ba’du :
Ayyuhal muslimun rahimakumullah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Anda. Bertakwalah kpada-Nya dalam menghadapi diri sendiri dan keluarga Anda. Bertakwalah kepada-Nya di kala ramai maupun sepi, di saat kaya maupun miskin, di waktu suka maupun duka.
Ibadallah! Masalah kemasyarakatan yang sangat gawat dan persoalan rumah tangga yang sangat besar muncul dalam bentuk kejadian-kejadian yang memilukan dalam banyak perkara yang terjadi di mana-mana. Masalah ini menjadi ancaman yang berbahaya bagi keutuhan keluarga dan rumah tangga. Persoalan ini telah banyak memecah belah keluarga dan mengalirkan air mata. Ia telah banyak mencerai beraikan keluarga, menghancurkan rumah tangga, dan memadamkan lilin yang menyala. Ia telah banyak merobohkan bangunan, menciptakan penderitaan, melahirkan kesengsaraan, menjAndakan perempuan, dan menelantarkan anak-anak yang masih ingusan. Ia telah banyak menjadi pemicu pertengkaran dan permusuhan, dan menjadi tangga bagi perpisahan dan pertengkaran. Tahukah Anda, apa masalah keluarga yang sangat berbahaya ini? Dan tahukah Anda apa masalah masyarakat yang besar dan mengancam kehidupan banyak pribadi dan keluarga, dan mengubahnya menjadi Neraka yang tidak tertahankan? Masalah itu ialah “Perceraian”. Dan ini adalah persoalan besar yang sangat pelik. Bahkan nyaris selalu menjadi masalah utama di antara masalah-masalah kemasyarakatan yang gawat dewasa ini.

Ma’asyiral muslimin rahimani warahimakumullah!

Perceraian banyak sekali yang terjadi di zaman ini. Bahkan jumlah yang sangat mengerikan. Tentu saja ini menjadi peringatan akan adanya ancaman yang berat terhadap keutuhan keluarga dan rumah tangga. Cara ini digunakan secara luas. Dan banyak sekali orang yang dengan mudah mengucapkan kata-kata cerai karena alasan yang sangat sepele. Banyak orang yang latah mengucapkannya dengan atau tanpa sebab. Sungguh aneh prilaku orang dalam masalah ini. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai guraun, permainan, tantangan, dan kebanggaan.
Masalah ini semakin meluas, tanda bahaya yang semakin kuat, suara peringatan semakin keras, jumlah perceraian di masyarakat makin meningkat, prosentase dan angkanya semakin tinggi dan memberikan tanda peringatan akan masa depan yang mengerikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Masalah ini tidak henti-hentinya menjadi sumber keresahan hati banyak orang.
Jika salah satu dari mereka merasakan panas apinya, ia tergepoh-gepoh menemui para ustadz dan para kiayi untuk berkonsultasi dan mencari-cari jalan keluar. Bahkan ada yang sengaja membuat rekayasa dan merajut kebohongan untuk menggapai apa yang diinginkan. Sampai-sampai banyak ulama yang tidak sempat memikirkan masalah yang lebih penting. Para hakim di pengadilan pun kewalahan menghadapi banyaknya masyarakat yang datang dan banyaknya perkara yang harus ditangani dalam masalah ini.
Dan jangan tanya berapa banyak dering telpon yang berbunyi, perkara yang ditangani, sidang yang dijalani, dan orang yang datang untuk mengurus masalah ini. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa perceraian adalah masalah syariat yang telah detetapkan. Bukan hawa nafsu yang dijadikan sebagai sumber hukum. Masalah perceraian merupakan salah satu ketentuan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan tidak boleh dilanggar. Dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ حُدُودُ اللهِ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لاَتَدْرِي لَعَلَّ اللهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS. Ath-Thalaq: 1)
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah :229)
Di samping perceraian juga merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus diketahui dan tidak boleh dipermainkan.
وَلاَ تَتَّخِذُوا ءَايَاتِ اللهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ وَمَآأَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُم بِهِ وَاتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasannya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah :231)
Merasakan betapa bahayanya masalah ini, harus ada upaya untuk mengkajinya, mencari penyebabnya, meneliti dampaknya, mencari jalan keluar, dan mempelajari hikmah dan ketentuan hukumnya, agar kita benar-benar memahami urusan agama kita. Dan kita juga harus meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wahai kaum muslimin! Islam mensyariatkan ikatan pernikahan agar bisa kekal bukan bubar, agar bisa lenggeng bukan putus, agar tercipta keserasian bukan perpecahan. Islam telah memberikan banyak jaminan kepada keluarga dan menancapkan banyak pilar untuk menjamin ketenangan dan sentosanya. Islam sangat menghargai ikatan pernikahan dan menyebutnya sebagai “Mitsaqan Ghalizha” (perjanjian yang kuat). Islam menganggap ikatan istri sebagai ikatan dan perjanjian yang paling kuat.
Syariat Islam tidak menyerahkan masalah ini kepada pasangan suami istri begitu saja. Di mana hawa nafsu bisa berkuasa dan mereka bisa menjalani kehidupan rumah tangga mereka tanpa petunjuk Tuhan. Syariat Islam telah menetapkan hak dan kewajiban masing-masing, dan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan kecukupan masing-masing, serta memperhatikan aspek watak dan kewajiban mereka. Semua itu dituangkan dalam aturan yang adil dan bijaksana, mengacu kepada firman Allah :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan Mereka (Para Istri) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah :228)
Islam juga berpesan agar rumah tangga dikuasai oleh hubungan kasih dan sayang, mengibarkan bendera belas kasih dan panji-panji keserasian. Islam juga memerintahkan untuk mempergauli pasangan secara wajar dan memperlakukannya secara baik.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ :19)
Ya, benar! Boleh jadi Anda tidak menyukai sesuatu pada pasangan Anda, padahal Allah memberikan banyak kebaikan pada dirinya. Imam muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Janganlah seorang laki-laki beriman membenci wanita beriman. Jika ia tidak menyukai salah satu perangainya, ia pasti menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim, 1469 )
Sesungguhnya kaum pria harus mengetahui watak wanita, untuk apa mereka diciptakan dan bagaimana watak dasarnya. Dan tatkala sebagian pria menuntut kondisi yang ideal pada diri wanita dan jauh dari kenyataan, Islam menganjurkan agar mereka memperhatikan aspek ini. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya masing-masing bahwa Rasulullah bersabda:
Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita dengan baik.” (Shahih al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468 )
Di samping itu Islam sangat peduli pada upaya melindungi keluarga dari campur tangan para provokator yang berusaha merusak dan menghancurkan wujud keluarga, baik dari jauh maupun dari dekat. Dan Islam menutup pintu bagi siapa pun yang akan mencampuri urusan rumah tangga orang lain kecuali dengan tujuan islah (perdamain).Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak termasuk golongan kami orang yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya.” (HR. Ahmad,2:397 dan Abu Daud, 2175 )
Kendati Islam telah meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menopang dan melindungi bangunan keluarga, namun secara alamiyah manusia bisa melakukan kesalahan dan kelalaian. Terkadang rumah tangga diterpa badai pertengkaran dan percekcokan. Karena jarang sekali pasangan suami istri yang memiliki kecocokan dan keserasian dalam segala hal. Tetapi perbedaan yang ada di antara sepasang suami istri tidak akan menjadi masalah sepanjang mereka berdua bisa bergaul secara wajar, bermuamalah secara santun, sabar dan tabah. Masing-masing menghormati pasangannya dan mengesampingkan kepentingan pribadi masing-masing. Sesungguhnya yang mengancam keutuhan rumah tangga ialah mengulang-ulang kesalahan, mencari-cari kekurangan, dan membesar-besarkan masalah.
Namun, apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri ketika terjadi pertengkaran dan perselisihan? Apakah perceraian menjadi pilihan utama untuk menyelesaikan masalah, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang yang gegabah dan tidak mau berpikir panjang? Apakah perceraian begitu mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang kurang sabar menjadikannya sebagai pilihan pertama untuk mengakhiri pertengkaran?
Islam telah membimbing kita untuk mengikuti cara dan aturan yang benar ketika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak. Dan Islam telah menawarkan jalan keluar yang pasti tepat manakala dilAndasi dengan hati yang bersih dan niat yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَآأَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ وَالاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَتَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa’ :34)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Juga berfirman:
وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَجُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ اْلأَنفُسُ الشُّحَّ وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’:128)
Jika percekcokan semakin menjadi-jadi dan berkepanjangan, Islam mensyariatkan adanya campur tangan dari pihak lain untuk melakukan islah (damai). Yaitu dengan menunjuk dua orang perantara yang sebaiknya diambil dari keluarga mereka. Allah berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآإِن يُرِيدَآإِصْلاَحًا يُوَفِّقِ اللهُ بَيْنَهُمَآإِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’ :35)
Tetapi jika pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah suami istri itu sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing? Dan ketika terjadi perselisihan apakah keduanya mengikuti jalan Islam untuk mengatasinya? Apakah keduanya berusaha melakukan perbaikan? Di mana para pendamai dari kerabat dan keluarga mereka? Di mana dua perantara yang berusaha mendamaikan mereka? Ataukah hal itu menjadi sesuatu yang dihindari? Sesungguhnya sepanjang masih bisa dipertemukan, seorang istri tidak boleh mengajukan gugatan cerai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita manapun menggugat cerai suaminya tanpa ada masalah yang berat, maka haram baginya menghirup aroma surga.” (HR. Ahmad, 5:283, Abu Daud,2226, at-Tirmidzi, 1187, al-Hakim, 2:200, dan al-Baihaqi, 7:316 )
Tetapi bila kesepakatan tidak tercapai, kehidupan rumah tangga telah berubah menjadi neraka yang tidak tertahankan dan segala upaya perbaikan tidak membuahkan hasil yang menggembirakan, maka Allah berfirman:
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ وَكَانَ اللهُ وَاسِعًا حَكِيمًا
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ :130)
Ikhwatal Islam!
Sesungguhnya apabila perceraian terjadi bukan karena alasan-alasan yang dibenarkan oleh syara’, maka perceraian adalah permainan yang tidak bisa diterima oleh agama dan perusakan terhadap sendi-sendi kehidupan. Di manakah orang-orang yang mau berfikir tentang akibat dari perceraian? Apa dosa anak-anak? Dan apa kesalahan orang-orang yang lemah dan tidak berdosa? Padahal ada Hadits yang menyatakan:
Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah talak (Perceraian).” (HR. Abu Daud, 2178, Ibnu Majah, 2018 dan al-Hakim, 2:196 )
Wahai orang yang ingin bercerai atau berfikir untuk bercerai! Ketahuilah bahwa perceraian adalah masalah besar yang sangat disukai setan. Bahkan setan mengerahkan pasukannya untuk mendapatkannya. Cukuplah hal ini menjadi peredam bagi keinginan untuk bercerai. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengirimkan pasukannya. Yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Salah satu dari mereka datang kepadanya lalu berkata : Aku melakukan ini dan itu. Kamu tidak berbuat apa-apa! kata Iblis. Kemudian salah satu dari mereka datang dan berkata : ‘Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkannya dari istrinya.’ Lalu Iblis memberinya tempat di dekatnya dan berkata : ‘Kamu adalah setan terbaik.’ (HR. Muslim, 2813).
Wahai umat Islam!
Kalau semuanya sudah memahami betapa bahayanya perceraian dan betapa buruk dampaknya terhadap pribadi dan masyarakat, adalah tepat apabila kita menelusuri sebab-sebab utamanya untuk memeriksa penyakit dan menetukan obatnya.
Jika diteliti ternyata penyebab utama perceraian ialah keengganan masing-masing dari suami untuk melaksanakan kewajibannya kepada pasangannya dan memperlakukannya secara baik.
Percerain juga bisa dipicu oleh buruknya perangai, lemahnya niat baik, kurangnya kesabaran dan ketabahan, tuntunan cita-cita, adanya perbedaan cara pAndang di antara suami istri, dorongan hawa nafsu dan amarah, kehilangan kesadaan diri, lepas kendali atau adu domba dari pihak ketiga.
Juga bisa dipicu oleh keengganan untuk mengikuti tata cara hidup Islami ketika terjadi perselisihan. Atau disebabkan upaya islah dan perantaraan yang kurang sungguh-sungguh, dan seterusnya.
Wahai para suami dan para istri ! Bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi diri sendiri.
Wahai para istri! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memperlakukan suami Anda. Jangan sampai Anda menjadi pemicu kemarahan suami Anda. Berikanlah hak-hak suami, rumah dan anak-anak Anda. Karena istri yang sukses ialah istri yang bisa mengambil hati suami, merendam amarahnya, dan mengetahui hak-haknya. Bukan istri yang suka menyulut api dan menyiram api dengan minyak.
Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala! Jagalah hubungan Anda dari pertengkaran dan perselisihan, jika Anda menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Wahai orang yang sedang mengalami konflik rumah tangga! Kembalilah kepada agama dan keislaman Anda. Karena di dalamnya terdapat obat yang mujarab untuk mengatasi perselisihan, menghentikan pertengkaran dan mencabut keburukan dari akar-akarnya.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memberikan taufik-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan kita juga memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati kita dan menghimpun kekuatan kita dengan anugerah dan karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلهِ الَّذِي وَعَدَ مَنْ حَفِظَ الْأمَانَةَ وَرَعَاهَا أَجْرًا جَِزيْلاً، وَتَوَعَّدَ مَنْ أَضَاعَهَا وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا وَبِيْلا، أَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ، أَشْكُرُهُ عَلَى تَتَابُعِ إِحْسَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، حَثَّ عَلَى أَدَاءِ الْأَمَانةِ وَحَذَّرَ مِنْ الْـخِيَانَةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وسَلَّمَ تَسْلِيْمًا، أَمّا بَعْدُ:
Wahai hamba-hamba Allah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pahamilah urusan agama Anda dengan baik. Ketahuilah bahwa perceraian memiliki ketentuan hukum yang harus diketahui dan dipatuhi oleh setiap orang yang melakukannya. Maka orang beriman tidak boleh menceraikan istri sesuka hatinya. Ia harus mengikuti tata cara syariat yang mengatur hal itu.
Antara lain dia harus menceraikan istri secara baik. Allah berfirman:

الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكُُ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحُ بِإِحْسَانٍ
Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al-baqarah :229)
Dan yang harus dimengerti adalah bahwa talak (perceraian) itu ada dua macam: talak sunni dan talak bid’I atau yang diada-adakan.
Talak sunni ialah talak yang harus diikuti ketika talak itu dijatuhkan. Yaitu seorang suami menceraikan istrinya satu kali dalam masa suci dan belum pernah digauli semasa suci itu.
Sedangkan talak bid’i ialah seorang suami yang menceraikan istrinya lebih dari satu kali sekaligus, atau pada masa haid, atau pada masa suci dimana ia telah menggaulinya. Orang yang menceraikan istrinya dengan cara seperti ini berarti telah berbuat dosa dan melakukan sesuatu yang diharamkan.
Apakah orang-orang yang menceraikan istrinya itu mematuhi ketentauan hukum ini? Apakah mereka mengetahui ketentuan hukum ini?
Kemudian perlu ada peringatan tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat, yaitu masalah talak tiga. An-Nasa’i meriwayatkan dari Mahmud bin Labid radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah pernah diberitahu tentang laki-laki yang menceraikan istrinya tiga kali sekaligus. Lalu beliau berdiri dengan mimik marah dan bersabda: “Apakah kitab Allah dipermainkan, sementara aku ada di tengah-tengah kalian?” Sampai-sampai ada orang yang berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah, apakah aku perlu membunuh orang itu?” (Sunan An-Nasa’i, 6:142 )
Seorang laki-laki menceraikan istrinya tiga kali sekaligus kemudian datang kepada Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu untuk bertanya. Ibnu Abbas bungkam sambil menahan amarah. Tindakan konyol lalu berkata: “Salah seorang di antara kamu melakukan tindakan konyol lalu berkata: Hai Ibnu Abbas! Hai Ibnu Abbas! Padahal Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
“Kamu tidak bertakwa kepada Allah. Jadi aku tidak punya jalan keluar untukmu,” kata Ibnu Abbas. “Kamu telah durhaka kepada Rabbmu. Dan istrimu berstatus talak ba’in darimu,” imbuhnya.
Ia juga pernah didatangi laki-laki yang menceraikan istrinya seribu kali sekaligus. Lalu ia berkata: “Apakah ayat-ayat Allah boleh dipermainkan ?! Kamu cukup menceraikannya tiga kali.”
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jangan gegabah dalam urusan talak. Karena boleh jadi sesudah itu Allah akan mengadakan sesuatu yang baru.
Jika ada saran untuk mengatasi hal itu maka saran itu terangkum dalam menghindari segala sesuatu yang bisa menjadi pemicunya sebagaimana disebutkan sebelumnya. Kemudian para ulama dan tokoh masyarakat di setiap desa dan kota, kerabat dan keluarga besar harus bekerja keras untuk mengatasi konflik rumah tangga melalui lembaga-lembaga pendamai yang berwenang dan beranggotakan orang-orang yang disegani dan dihormati di masyarakat. Sehingga setiap orang yang menghadapi masalah seperti ini bisa memohon nasihat ke sana. Dengan demikian diharapkan kasus-kasus semacam ini bisa berkurang, dengan izin Allah.
Akhirnya, barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, pasti Allah akan memperbaiki keadaannya, pasangan hidupnya, keluarganya dan anak-anaknya. Dan dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq :4)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at


Read more about takwa kepada Allah by null


Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Amma ba’du :
Ayyuhal muslimun rahimakumullah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Anda. Bertakwalah kpada-Nya dalam menghadapi diri sendiri dan keluarga Anda. Bertakwalah kepada-Nya di kala ramai maupun sepi, di saat kaya maupun miskin, di waktu suka maupun duka.
Ibadallah! Masalah kemasyarakatan yang sangat gawat dan persoalan rumah tangga yang sangat besar muncul dalam bentuk kejadian-kejadian yang memilukan dalam banyak perkara yang terjadi di mana-mana. Masalah ini menjadi ancaman yang berbahaya bagi keutuhan keluarga dan rumah tangga. Persoalan ini telah banyak memecah belah keluarga dan mengalirkan air mata. Ia telah banyak mencerai beraikan keluarga, menghancurkan rumah tangga, dan memadamkan lilin yang menyala. Ia telah banyak merobohkan bangunan, menciptakan penderitaan, melahirkan kesengsaraan, menjAndakan perempuan, dan menelantarkan anak-anak yang masih ingusan. Ia telah banyak menjadi pemicu pertengkaran dan permusuhan, dan menjadi tangga bagi perpisahan dan pertengkaran. Tahukah Anda, apa masalah keluarga yang sangat berbahaya ini? Dan tahukah Anda apa masalah masyarakat yang besar dan mengancam kehidupan banyak pribadi dan keluarga, dan mengubahnya menjadi Neraka yang tidak tertahankan? Masalah itu ialah “Perceraian”. Dan ini adalah persoalan besar yang sangat pelik. Bahkan nyaris selalu menjadi masalah utama di antara masalah-masalah kemasyarakatan yang gawat dewasa ini.

Ma’asyiral muslimin rahimani warahimakumullah!

Perceraian banyak sekali yang terjadi di zaman ini. Bahkan jumlah yang sangat mengerikan. Tentu saja ini menjadi peringatan akan adanya ancaman yang berat terhadap keutuhan keluarga dan rumah tangga. Cara ini digunakan secara luas. Dan banyak sekali orang yang dengan mudah mengucapkan kata-kata cerai karena alasan yang sangat sepele. Banyak orang yang latah mengucapkannya dengan atau tanpa sebab. Sungguh aneh prilaku orang dalam masalah ini. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai guraun, permainan, tantangan, dan kebanggaan.
Masalah ini semakin meluas, tanda bahaya yang semakin kuat, suara peringatan semakin keras, jumlah perceraian di masyarakat makin meningkat, prosentase dan angkanya semakin tinggi dan memberikan tanda peringatan akan masa depan yang mengerikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Masalah ini tidak henti-hentinya menjadi sumber keresahan hati banyak orang.
Jika salah satu dari mereka merasakan panas apinya, ia tergepoh-gepoh menemui para ustadz dan para kiayi untuk berkonsultasi dan mencari-cari jalan keluar. Bahkan ada yang sengaja membuat rekayasa dan merajut kebohongan untuk menggapai apa yang diinginkan. Sampai-sampai banyak ulama yang tidak sempat memikirkan masalah yang lebih penting. Para hakim di pengadilan pun kewalahan menghadapi banyaknya masyarakat yang datang dan banyaknya perkara yang harus ditangani dalam masalah ini.
Dan jangan tanya berapa banyak dering telpon yang berbunyi, perkara yang ditangani, sidang yang dijalani, dan orang yang datang untuk mengurus masalah ini. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa perceraian adalah masalah syariat yang telah detetapkan. Bukan hawa nafsu yang dijadikan sebagai sumber hukum. Masalah perceraian merupakan salah satu ketentuan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan tidak boleh dilanggar. Dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ حُدُودُ اللهِ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لاَتَدْرِي لَعَلَّ اللهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS. Ath-Thalaq: 1)
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah :229)
Di samping perceraian juga merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus diketahui dan tidak boleh dipermainkan.
وَلاَ تَتَّخِذُوا ءَايَاتِ اللهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ وَمَآأَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُم بِهِ وَاتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasannya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah :231)
Merasakan betapa bahayanya masalah ini, harus ada upaya untuk mengkajinya, mencari penyebabnya, meneliti dampaknya, mencari jalan keluar, dan mempelajari hikmah dan ketentuan hukumnya, agar kita benar-benar memahami urusan agama kita. Dan kita juga harus meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wahai kaum muslimin! Islam mensyariatkan ikatan pernikahan agar bisa kekal bukan bubar, agar bisa lenggeng bukan putus, agar tercipta keserasian bukan perpecahan. Islam telah memberikan banyak jaminan kepada keluarga dan menancapkan banyak pilar untuk menjamin ketenangan dan sentosanya. Islam sangat menghargai ikatan pernikahan dan menyebutnya sebagai “Mitsaqan Ghalizha” (perjanjian yang kuat). Islam menganggap ikatan istri sebagai ikatan dan perjanjian yang paling kuat.
Syariat Islam tidak menyerahkan masalah ini kepada pasangan suami istri begitu saja. Di mana hawa nafsu bisa berkuasa dan mereka bisa menjalani kehidupan rumah tangga mereka tanpa petunjuk Tuhan. Syariat Islam telah menetapkan hak dan kewajiban masing-masing, dan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan kecukupan masing-masing, serta memperhatikan aspek watak dan kewajiban mereka. Semua itu dituangkan dalam aturan yang adil dan bijaksana, mengacu kepada firman Allah :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan Mereka (Para Istri) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah :228)
Islam juga berpesan agar rumah tangga dikuasai oleh hubungan kasih dan sayang, mengibarkan bendera belas kasih dan panji-panji keserasian. Islam juga memerintahkan untuk mempergauli pasangan secara wajar dan memperlakukannya secara baik.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ :19)
Ya, benar! Boleh jadi Anda tidak menyukai sesuatu pada pasangan Anda, padahal Allah memberikan banyak kebaikan pada dirinya. Imam muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Janganlah seorang laki-laki beriman membenci wanita beriman. Jika ia tidak menyukai salah satu perangainya, ia pasti menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim, 1469 )
Sesungguhnya kaum pria harus mengetahui watak wanita, untuk apa mereka diciptakan dan bagaimana watak dasarnya. Dan tatkala sebagian pria menuntut kondisi yang ideal pada diri wanita dan jauh dari kenyataan, Islam menganjurkan agar mereka memperhatikan aspek ini. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya masing-masing bahwa Rasulullah bersabda:
Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita dengan baik.” (Shahih al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468 )
Di samping itu Islam sangat peduli pada upaya melindungi keluarga dari campur tangan para provokator yang berusaha merusak dan menghancurkan wujud keluarga, baik dari jauh maupun dari dekat. Dan Islam menutup pintu bagi siapa pun yang akan mencampuri urusan rumah tangga orang lain kecuali dengan tujuan islah (perdamain).Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak termasuk golongan kami orang yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya.” (HR. Ahmad,2:397 dan Abu Daud, 2175 )
Kendati Islam telah meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menopang dan melindungi bangunan keluarga, namun secara alamiyah manusia bisa melakukan kesalahan dan kelalaian. Terkadang rumah tangga diterpa badai pertengkaran dan percekcokan. Karena jarang sekali pasangan suami istri yang memiliki kecocokan dan keserasian dalam segala hal. Tetapi perbedaan yang ada di antara sepasang suami istri tidak akan menjadi masalah sepanjang mereka berdua bisa bergaul secara wajar, bermuamalah secara santun, sabar dan tabah. Masing-masing menghormati pasangannya dan mengesampingkan kepentingan pribadi masing-masing. Sesungguhnya yang mengancam keutuhan rumah tangga ialah mengulang-ulang kesalahan, mencari-cari kekurangan, dan membesar-besarkan masalah.
Namun, apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri ketika terjadi pertengkaran dan perselisihan? Apakah perceraian menjadi pilihan utama untuk menyelesaikan masalah, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang yang gegabah dan tidak mau berpikir panjang? Apakah perceraian begitu mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang kurang sabar menjadikannya sebagai pilihan pertama untuk mengakhiri pertengkaran?
Islam telah membimbing kita untuk mengikuti cara dan aturan yang benar ketika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak. Dan Islam telah menawarkan jalan keluar yang pasti tepat manakala dilAndasi dengan hati yang bersih dan niat yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَآأَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ وَالاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَتَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa’ :34)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Juga berfirman:
وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَجُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ اْلأَنفُسُ الشُّحَّ وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’:128)
Jika percekcokan semakin menjadi-jadi dan berkepanjangan, Islam mensyariatkan adanya campur tangan dari pihak lain untuk melakukan islah (damai). Yaitu dengan menunjuk dua orang perantara yang sebaiknya diambil dari keluarga mereka. Allah berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآإِن يُرِيدَآإِصْلاَحًا يُوَفِّقِ اللهُ بَيْنَهُمَآإِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’ :35)
Tetapi jika pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah suami istri itu sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing? Dan ketika terjadi perselisihan apakah keduanya mengikuti jalan Islam untuk mengatasinya? Apakah keduanya berusaha melakukan perbaikan? Di mana para pendamai dari kerabat dan keluarga mereka? Di mana dua perantara yang berusaha mendamaikan mereka? Ataukah hal itu menjadi sesuatu yang dihindari? Sesungguhnya sepanjang masih bisa dipertemukan, seorang istri tidak boleh mengajukan gugatan cerai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita manapun menggugat cerai suaminya tanpa ada masalah yang berat, maka haram baginya menghirup aroma surga.” (HR. Ahmad, 5:283, Abu Daud,2226, at-Tirmidzi, 1187, al-Hakim, 2:200, dan al-Baihaqi, 7:316 )
Tetapi bila kesepakatan tidak tercapai, kehidupan rumah tangga telah berubah menjadi neraka yang tidak tertahankan dan segala upaya perbaikan tidak membuahkan hasil yang menggembirakan, maka Allah berfirman:
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ وَكَانَ اللهُ وَاسِعًا حَكِيمًا
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ :130)
Ikhwatal Islam!
Sesungguhnya apabila perceraian terjadi bukan karena alasan-alasan yang dibenarkan oleh syara’, maka perceraian adalah permainan yang tidak bisa diterima oleh agama dan perusakan terhadap sendi-sendi kehidupan. Di manakah orang-orang yang mau berfikir tentang akibat dari perceraian? Apa dosa anak-anak? Dan apa kesalahan orang-orang yang lemah dan tidak berdosa? Padahal ada Hadits yang menyatakan:
Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah talak (Perceraian).” (HR. Abu Daud, 2178, Ibnu Majah, 2018 dan al-Hakim, 2:196 )
Wahai orang yang ingin bercerai atau berfikir untuk bercerai! Ketahuilah bahwa perceraian adalah masalah besar yang sangat disukai setan. Bahkan setan mengerahkan pasukannya untuk mendapatkannya. Cukuplah hal ini menjadi peredam bagi keinginan untuk bercerai. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengirimkan pasukannya. Yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Salah satu dari mereka datang kepadanya lalu berkata : Aku melakukan ini dan itu. Kamu tidak berbuat apa-apa! kata Iblis. Kemudian salah satu dari mereka datang dan berkata : ‘Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkannya dari istrinya.’ Lalu Iblis memberinya tempat di dekatnya dan berkata : ‘Kamu adalah setan terbaik.’ (HR. Muslim, 2813).
Wahai umat Islam!
Kalau semuanya sudah memahami betapa bahayanya perceraian dan betapa buruk dampaknya terhadap pribadi dan masyarakat, adalah tepat apabila kita menelusuri sebab-sebab utamanya untuk memeriksa penyakit dan menetukan obatnya.
Jika diteliti ternyata penyebab utama perceraian ialah keengganan masing-masing dari suami untuk melaksanakan kewajibannya kepada pasangannya dan memperlakukannya secara baik.
Percerain juga bisa dipicu oleh buruknya perangai, lemahnya niat baik, kurangnya kesabaran dan ketabahan, tuntunan cita-cita, adanya perbedaan cara pAndang di antara suami istri, dorongan hawa nafsu dan amarah, kehilangan kesadaan diri, lepas kendali atau adu domba dari pihak ketiga.
Juga bisa dipicu oleh keengganan untuk mengikuti tata cara hidup Islami ketika terjadi perselisihan. Atau disebabkan upaya islah dan perantaraan yang kurang sungguh-sungguh, dan seterusnya.
Wahai para suami dan para istri ! Bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi diri sendiri.
Wahai para istri! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memperlakukan suami Anda. Jangan sampai Anda menjadi pemicu kemarahan suami Anda. Berikanlah hak-hak suami, rumah dan anak-anak Anda. Karena istri yang sukses ialah istri yang bisa mengambil hati suami, merendam amarahnya, dan mengetahui hak-haknya. Bukan istri yang suka menyulut api dan menyiram api dengan minyak.
Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala! Jagalah hubungan Anda dari pertengkaran dan perselisihan, jika Anda menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Wahai orang yang sedang mengalami konflik rumah tangga! Kembalilah kepada agama dan keislaman Anda. Karena di dalamnya terdapat obat yang mujarab untuk mengatasi perselisihan, menghentikan pertengkaran dan mencabut keburukan dari akar-akarnya.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memberikan taufik-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan kita juga memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati kita dan menghimpun kekuatan kita dengan anugerah dan karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلهِ الَّذِي وَعَدَ مَنْ حَفِظَ الْأمَانَةَ وَرَعَاهَا أَجْرًا جَِزيْلاً، وَتَوَعَّدَ مَنْ أَضَاعَهَا وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا وَبِيْلا، أَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ، أَشْكُرُهُ عَلَى تَتَابُعِ إِحْسَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، حَثَّ عَلَى أَدَاءِ الْأَمَانةِ وَحَذَّرَ مِنْ الْـخِيَانَةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وسَلَّمَ تَسْلِيْمًا، أَمّا بَعْدُ:
Wahai hamba-hamba Allah!
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pahamilah urusan agama Anda dengan baik. Ketahuilah bahwa perceraian memiliki ketentuan hukum yang harus diketahui dan dipatuhi oleh setiap orang yang melakukannya. Maka orang beriman tidak boleh menceraikan istri sesuka hatinya. Ia harus mengikuti tata cara syariat yang mengatur hal itu.
Antara lain dia harus menceraikan istri secara baik. Allah berfirman:

الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكُُ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحُ بِإِحْسَانٍ
Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al-baqarah :229)
Dan yang harus dimengerti adalah bahwa talak (perceraian) itu ada dua macam: talak sunni dan talak bid’I atau yang diada-adakan.
Talak sunni ialah talak yang harus diikuti ketika talak itu dijatuhkan. Yaitu seorang suami menceraikan istrinya satu kali dalam masa suci dan belum pernah digauli semasa suci itu.
Sedangkan talak bid’i ialah seorang suami yang menceraikan istrinya lebih dari satu kali sekaligus, atau pada masa haid, atau pada masa suci dimana ia telah menggaulinya. Orang yang menceraikan istrinya dengan cara seperti ini berarti telah berbuat dosa dan melakukan sesuatu yang diharamkan.
Apakah orang-orang yang menceraikan istrinya itu mematuhi ketentauan hukum ini? Apakah mereka mengetahui ketentuan hukum ini?
Kemudian perlu ada peringatan tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat, yaitu masalah talak tiga. An-Nasa’i meriwayatkan dari Mahmud bin Labid radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah pernah diberitahu tentang laki-laki yang menceraikan istrinya tiga kali sekaligus. Lalu beliau berdiri dengan mimik marah dan bersabda: “Apakah kitab Allah dipermainkan, sementara aku ada di tengah-tengah kalian?” Sampai-sampai ada orang yang berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah, apakah aku perlu membunuh orang itu?” (Sunan An-Nasa’i, 6:142 )
Seorang laki-laki menceraikan istrinya tiga kali sekaligus kemudian datang kepada Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu untuk bertanya. Ibnu Abbas bungkam sambil menahan amarah. Tindakan konyol lalu berkata: “Salah seorang di antara kamu melakukan tindakan konyol lalu berkata: Hai Ibnu Abbas! Hai Ibnu Abbas! Padahal Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
“Kamu tidak bertakwa kepada Allah. Jadi aku tidak punya jalan keluar untukmu,” kata Ibnu Abbas. “Kamu telah durhaka kepada Rabbmu. Dan istrimu berstatus talak ba’in darimu,” imbuhnya.
Ia juga pernah didatangi laki-laki yang menceraikan istrinya seribu kali sekaligus. Lalu ia berkata: “Apakah ayat-ayat Allah boleh dipermainkan ?! Kamu cukup menceraikannya tiga kali.”
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jangan gegabah dalam urusan talak. Karena boleh jadi sesudah itu Allah akan mengadakan sesuatu yang baru.
Jika ada saran untuk mengatasi hal itu maka saran itu terangkum dalam menghindari segala sesuatu yang bisa menjadi pemicunya sebagaimana disebutkan sebelumnya. Kemudian para ulama dan tokoh masyarakat di setiap desa dan kota, kerabat dan keluarga besar harus bekerja keras untuk mengatasi konflik rumah tangga melalui lembaga-lembaga pendamai yang berwenang dan beranggotakan orang-orang yang disegani dan dihormati di masyarakat. Sehingga setiap orang yang menghadapi masalah seperti ini bisa memohon nasihat ke sana. Dengan demikian diharapkan kasus-kasus semacam ini bisa berkurang, dengan izin Allah.
Akhirnya, barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, pasti Allah akan memperbaiki keadaannya, pasangan hidupnya, keluarganya dan anak-anaknya. Dan dalam bab perceraian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. At-Thalaq :2)
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq :4)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at


Read more about takwa kepada Allah by null