Senin, 27 Juni 2011

Tip Mengenali Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Tip Mengenali Tanda-Tanda Lailatul Qadar


Margasatwa tak berbunyi. Gunung menahan nafasnya. Angin pun berhenti. Pohon-pohon tunduk. Dalam gelap malam. Pada bulan suci. Qur’an turun ke bumi.
Itulah sepenggal bait lagunya Bimbo yang diberi judul “Lailatul Qadar”. Suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu Al-Quranul Karim pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. Surat Al-‘Alaq ayat 1 – 5. Subhanallah. Suatu malam yang memberi pencerahan kepada dunia yang ketika itu diliputi kegelapan. Al-Quran turun membawa cahaya, untuk menyingkap tabir kegelapan. Itulah malam lailatul qadar, malam seribu bulan.

Lailatul Qadar adalah satu malam yang ada di Bulan Ramadhan. Setiap tahun di bulan Ramadhan lailatul qadar datang. Allah merahasiakan kapan lailatul qadar turun ke bumi agar kita, ibadah kita, amal-amalan kita  tidak terpaku di malam itu saja. Karena memang Bulan Ramadhan keseluruhannya adalah bulan mulia. Detik demi detiknya lebih utama di banding di bulan-bulan lain. Waktu-waktunya penuh dengan keagungan. Dan puncaknya adalah malam lailatul qadar. Satu malam agung yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Seperti lagu bimbo di atas, malam lailatul qadar ditandai dengan ketenangan. Dimana margasatwa tak berbunyi. Gunung menahan nafasnya. Anginpun berhenti. Pohon-pohon tunduk. Apakah itu semua menandakan kedatangan lailatul qadar? Allahu ‘alam
Yang jelas Rosulullah SAW menyuruh kita mencari  ketenangan malam itu seperti dalam sabdanya:
Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari yang terakhir. Namun jika salah seorang dari kamu tidak mampu, maka jangan sampai terlepas pada hari ketujuh yang terakhir” (Riwayat Muslim)
Nabi Muhammad Saw juga pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tanda lailatul qadar, yaitu:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan)
2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
3. Terkadang terbawa dalam mimpi
Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
4. Bulan nampak separuh bulatan
Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata,
Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)

Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Demikian. Semoga kita termasuk hamba yang bisa mendapati malam lailatul Qadar. Amien. Allahu ‘Alam Bishowab.

Amalan di Bulan Ramadhan

Amalan di Bulan Ramadhan

Pesan-pesan Rasulullah SAW Menyambut Ramadhan

Pesan-pesan Rasulullah SAW Menyambut Ramadhan

 Posted by Rahmat on August 9th, 2010 

Marhaban Ya Ramadhan. Selamat datang wahai syahrul shiyam. Wahai bulan yang mulia. Bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan, kami menyambutmu dengan suka cita. Dengan penuh harap agar kami bisa beramal dan beribadah dengan baik. Agar kami mendapat kasih sayang dan memperoleh kefitrahan kami kembali dari Tuhan yang telah mengutusmu wahai Ramadhan, Tuhan kami semua, Allah Azza Wazalla.

Sahabat-sahabatku semua. Alhamdulillah, ternyata kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk  kembali menjamu bulan Ramadhan. Ini adalah suatu anugerah yang luar biasa buat kita semua. Kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri kita dan meningkatkan kualitas taqwa kita. Pada kesempatan ini aku pengen mengucapkan SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA. Semoga puasa kali ini, kita diberikan kekuatan untuk terus menjalankan ibadah-ibadah yang ada di dalamnya. Sehingga kita bisa menjadi orang yang bertaqwa sebagaimana inti dari diwajibkannya puasa itu sendiri. Amien ya Allah Ya Rabbal ‘alamien.
Sebagai renungan, introspeksi, kajian dan panduan bagi kita semua, berikut aku posting khutbah Rasulullah SAW dalam menyambut bulan Ramadhan. Semoga kita bisa mengamalkan pesan-pesan beliau, dan kita digolongkan menjadi ummatnya yang mendapat syafaatnya, termasuk ke dalam golongan manusia yang bertaqwa. Amieen. Khutbah Nabi ini ada di dalam Kitab Minhaj Al-Balaghah. Dan seperti biasa, khotbah Nabi itu singkat tetapi sangat menyentuh hati. Semoga bermanfaat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
***Khutbah Rasulullah SAW. Menyambut Bulan Ramadhan***
Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA.
Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.
Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar.
Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.
Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan.
Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.
Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.
Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka.
Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya .
Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

8 Tip Menyambut Bulan Ramadhan

8 Tip Menyambut Bulan Ramadhan
Posted by Rahmat on July 22nd, 2010



Sahabat! tidak terasa ya Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Bulan yang mulia dan bulan yang penuh kebaikan ini akan datang sebagai tamu agung kita. Mengetuk pintu setiap kaum Muslimin di seluruh dunia dengan membawa segudang kemuliaan, berkah, rahmat dan ampunan Allah. Hayu… kita jemput tamu agung ini dengan rasa bahagia, dengan itikad kuat untuk beramal baik supaya kita bisa meraih apa yang disajikan oleh syahrul shiam ini. Apalagi jika kita bisa menggapai malam lailatul qadar, satu malam yang jauh lebih baik dari seribu bulan. Pasti suatu nikmat yang tak terkira indahnya.
Nah, sebelum Ramadhan itu benar-benar mengetuk pintu rumah kita, alangkah baiknya jika kita bersungguh-sungguh mempersiapkan diri kita agar benar-benar siap dan layak untuk menjamu tamu agung ini.
Berikut hal-hal yang bisa kita lakukan dalam menyambut Ramadhan yang aku dapat dari salah satu situs dakwah Islam, www.dakwatuna.com . Semuanya ada delapan tips. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat bagi kita dan menjadikan kita lebih siap menjalankan semua ibadah terutama ibadah puasa. Dan kita pun bisa meraih hari kemenangan setelahnya. Benar-benar seperti lahir kembali saat hari Raya Id Fitri nanti. Semoga saja.
1. Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir.
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma baariklanaa fii rajab wa sya’ban, wa balighnaa ramadhaan”
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagunganNya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.
3. Bergembira dengan datangannya bulan Ramadhan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
4. Rencanakan agenda kegiatan harian untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat, karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
5. Kuatkan azam, bulatkan tekad untuk mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” Muhamad:21.
6. Pahami fiqh Ramadhan. Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah swt. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui” Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs –pembersihan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.
8. Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Sahabat! yuk kita berdoa semoga saja Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga bisa berjumpa dengan Ramadhan. Dan selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Amin ya Rabbal ‘alamien.

Tip Supaya Doa Diterima

Tip Supaya Doa Diterima
Posted by Rahmat on November 27th, 2010

Doa adalah senjata. Sebagai hamba Allah, kita diwajibkan berdoa untuk mewujudkan impian-impian kita. Hal ini dilakukan untuk menepis rasa sombong dalam diri. Menghilangkan rasa takabbur atas kerja keras yang telah dilakukan. Karena semuanya tidak mungkin terjadi jika tidak atas kehendak Allah SWT.

Doa juga bentuk dari perendahan diri kita kepada Allah SWT. Setiap kegagalan-kegagalan yang terjadi padahal kita sudah berusaha keras untuk mencapainya namun tetap saja gagal, mengharuskan kita butuh pada sebuah keajaiban, sebuah pertolongan yang bisa menjadikan suatu hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

Namun terkadang doa-doa yang kita panjatkan tidak kunjung dikabul. Allah masih belum menjawab doa-doa kita. Kira-kira apa yang terjadi? Bukankah Allah pernah berfirman “ud’uuni istajib lakum” “Berdoalah niscaya aku akan mengabulkannya” Lantas kenapa doa-doa kita tidak dijawab-Nya? Apa ada yang salah dengan doa-doa kita?

Ya… bisa jadi. Mungkin saja ada yang salah saat kita berdoa. Kita mungkin tidak mengerti tentang bagaimana seharusnya berdoa yang baik. Adab doanya seperti apa. Oleh karena itu kita mesti tahu tata cara dan adab berdoa. Ustadz Ulis Tofa, Lc memberi 10 tip agar setiap doa yang kita panjatkan bisa diijabah oleh Allah SWT.

ADAB BERDOA

1. MEMAKAN MAKANAN DAN PAKAIAN DARI YANG HALAL
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” Imam Muslim

2. HENDAKNYA MEMILIH WAKTU DAN KEADAAN YG UTAMA, seperti:

Tengah malam, Rasulullah saw. bersabda: “Keadaan yang paling dekat antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu tengah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi bagian yang berdzikir kepada Allah, maka kerjakanlah pada waktu itu.” Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang apabila seorang hamba muslim meminta kebaikan kepada Allah dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah: “Itu terjadi di setiap malam.”
Saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: “Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian.”
Ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah.”
Antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: “Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah.”
Ketika bertemu musuh. Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”
Ketika hujan turun. Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”
Potongan waktu akhir di hari Jum’at. Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”
Doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya. Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”
Hendaknya ketika tidur dalam kondisi dzikir, kemudian ketika bangun malam berdoa. Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan dzikir dan bersuci, kemudian ketika ia bangun di tengah malam, ia meminta kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti mengabulkannya.”

3. BERDOA MENGHADAP KIBLAT DAN MENGANGKAT TANGAN

Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Pemurah. Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, Dia tidak menerima doanya, nol tanpa hasil.”

4. DENGAN SUARA LIRIH, TDK KERAS & TDK TERLALU PELAN

Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak tuli dan juga tidak tidak ada / gaib.”

5. TDK MELAMPAUI BATAS DALAM BERDOA

Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55. Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.

6. RENDAH DIRI DAN KHUSYU.
Allah swt. berfirman:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Al-Araf:55. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Anbiya’:90:

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”

7. SADAR KETIKA BERDOA, YAKIN AKAN DIKABULKAN DAN BENAR DALAM PENGHARAPAN

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” Imam Ahmad

Rasulullah saw. juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa, maka jangan berkata: “Ya Allah ampuni saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjukkan kebutuhan.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian menahan doa apa yang diketahui oleh hatinya (dikabulkan), karena Allah swt. mengabulkan doa makhluk terkutuk, iblis laknatullah alaih. Allah swt. berfirman: “Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” Al-Hijr:36-37

8. HENDAKNYA KETIKA BERDOA MEMELAS, MENGANGGAP BESAR APA YG DI DOAKAN DAN DIULANG 3X

Ibnu Mas’ud bekata: “Adalah Rasulullah saw. jika berdoa, berdoa tiga kali. Dan ketika meminta, meminta tiga kali. Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian meminta, maka perbanyaklah atau ulangilah, karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”

9. HENDAKNYA KETIKA BERDOA DIMULAI DGN DZIKIR KPD ALLAH DAN MEMUJINYA & AGAR MENGAKHIRINYA DGN SHALAWAT ATAS NABI SAW

10. TAUBAT & MENGEMBALIKAN HAK ORANG YG DIZHALIMI, MENGHADAP ALLAH DGN RINGAN

Dari Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya saya tidak memikul beban ijabah, akan tetapi memikul doa, maka ketika saya telah berupaya dalam doa, maka ijabah atau dikabulkan akan bersamanya.”

Ia melanjutkan: “Dengan sikap hati-hati dari apa yang diharamkan Allah swt. Allah akan mengabulkan doa dan tasbih.”

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.”

Dari Abu Darda’ berkata: “Mintalah kepada Allah pada hari di mana kamu merasa senang. Karena boleh jadi Allah mengabulkan permintaanmu di saat susah.” Dia juga berkata: “Bersungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memperbanyak mengetok pintu, ia yang akan masuk.”

Dari Hudzaifah berkata: “Akan datang suatu zaman, tidak akan selamat pada zaman itu, kecuali orang yang berdoa dengan doa seperti orang yang akan tenggelam.”

MENGHINDARI KESALAHAN DALAM BERDOA:

Ada beberapa praktek doa yang disebagian umat muslim masih terus berlangsung, padahal itu menjadi penghalang doa dikabulkan. Di antaranya adalah:

1. BERDOA UNTUK KEBURUKAN KELUARGA, HARTA DAN JIWA

Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berdoa untuk kemadharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak-anak kalian. Jangan berdoa bagi keburukan harta-harta kalian. Janganlah kalian meminta kepada Allah di satu waktu yang diijabah Allah, padahal doa kalian membawa keburukan bagi kalian.” Imam Muslim

2. TERLALU KERAS DALAM BERDOA.

Allah berfirman:

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Al-Isra’:110

3. MELAMPAUI BATAS.

Seperti berdoa agar disegerakan adzab, doa dengan dicampuri dosa dan memutus tali silaturahim.

4. BERDOA DENGAN PENGECUALIAN.

Contoh: “Ya Allah, ampuni saya jika Engkau berkenan.”

5. TERGESA-GESA.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” Imam Bukhari

Untaian Mutiara Hikmah Luqman Al-Hakim

Untaian Mutiara Hikmah Luqman Al-Hakim
Posted by Rahmat on January 17th, 2011

Luqman Al-Hakim. Luqman Ahli Hikmah adalah orang yang disebut dalam Al-Quran bahkan dinamakan sebagai surah yakni surah Luqman. Beliau terkenal karena nasehat-nasehatnya kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Quran. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang Luqman ialah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan asal-usul Luqman, sebagian ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan. Dan ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman nabi Dawud.

Mana yang benar. Allahu ‘alam. Hanya Allahlah yang Maha Tahu. Yang jelas Luqman adalah satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya begitu indah diabadikan dalam Al-Quran. Hidup beliau penuh dengan hikmah.

Allah SWT berfirman: “Qala’llahu ta’ala wa laqad ataina Lukmanulhikmata,” Artinya: Allah SWT berfirman, bahwasanya Aku turunkan kepada Lukman daripada segala hikmat-Ku dan Aku anugerahkan ia kepadanya.”

Diantara nasehat Luqman yang terdapat dalam surah Luqman ialah Pertama, Jangan mempersekutukan Allah. (Luqman [31]:13). Kedua, Berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya. (Luqman [31]:14). Ketiga, Sadar akan pengawasan Allah (Luqman [31]:16). Keempat, Dirikan shalat. (Luqman [31]:17). Kelima, Perbuat kebajikan (Luqman [31]:17). Keenam, Jauhi kemungkaran (Luqman [31]:17). Ketujuh, Sabar menghadapi cobaan dan ujian (Luqman [31]:17). Kedelapan, Jangan sombong (Luqman [31]:19)

Berikut untaian mutiara hikmah dari Luqman Al-Hakim yang diabadikan dalam Al-Quran surah Luqman. Semoga kita bisa ambil hikmah dari nasihat-nasihat beliau kepada anaknya ini.

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab: “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah“. Katakanlah: “Segala puji bagi Allah“; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni`mat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Misteri Batu Terbang, Batu Isra' Mi'raj Nabi Muhammad

Mengkritisi gambar-gambar kebesaran Allah >>
Misteri Batu Terbang, Batu Isra' Mi'raj Nabi Muhammad

The floating rock miracle
(read in English)
Batu Terbang, batu isra' mi'raj, batu melayang, batu gantung, atau batu ajaib yang ternyata palsu dan merupakan hasil manipulasi atau rekayasa gambar

Ada yang menyebutnya sebagai batu terbang atau batu gantung. Ada yang menyebutkan sebagai batu pijakan Nabi Muhammad saat akan mi'raj ke langit. Sang batu ingin ikut terbang ke langit, tetapi dilarang oleh nabi, sehingga berhenti dalam posisi melayang hingga sekarang.

Banyak yang percaya begitu saja gambar dan cerita tersebut. Tetapi tak sedikit juga yang bertanya-tanya. Apakah batu tersebut benar-benar ada? Benarkah itu foto asli?

Setelah beberapa lama mencari-cari kebenaran cerita dan foto tersebut, akhirnya ada kejelasan yang diperoleh dari forum diskusi berbahasa arab. Ternyata foto batu ini sudah tersebar jauh dan juga menimbulkan 'kehebohan' di antara mereka. Jika dalam versi indonesia, embel-embel ceritanya adalah tentang kisah isra' mi'raj di atas, maka dalam forum berbahasa arab itu cerita pengiringnya berbeda. Tidak mengenai isra mi'raj. Di situ diceritakan bahwa batu ini berasal dari wilayah Al Hasa atau Al Ahsa (bukan Al Aqsa), di bagian timur Arab Saudi, di sebuah desa bernama Al Tuwaitsir (Lihat foto-foto wilayah ini di Panoramio). Sang batu, konon ceritanya, tiba-tiba melayang setinggi sekitar 10 cm di suatu hari di bulan April, tanpa sebab yang jelas.

Seorang anggota forum tersebut menanggapi dengan menyatakan bahwa ia hidup di wilayah tersebut dan tidak pernah melihat ada batu yang terbang melayang (lihat juga komentar dari orang-orang yang tinggal di wilyah ini dari artikel berbahasa inggris: the mistery of floating rock di sini). Ia pun kemudian memberikan foto-foto batu yang dimaksud. Dan ternyata, memang batu tersebut ada, namun mempunyai penyangga di bawahnya. Foto asli batu tersebut menunjukkan bahwa memang batu tersebut cukup unik. Dan dengan mengambil sudut pemotretan yang tepat, dilanjutkan dengan manipulasi hasil pemotretan dengan photoshop atau program pengolah gambar lainnya, orang dengan mudah menghilangkan penyangga tersebut untuk memberi kesan sebagai batu yang melayang di udara.

Berikut adalah foto-foto batu asli dari berbagai sudut pengambilan gambar:

Foto asli dari batu yang disebut sebagai batu terbang atau batu melayang. Ternyata batu tersebut mempunyai penyangga di bawahnya.Foto asli dari batu yang disebut sebagai batu terbang atau batu melayang. Ternyata batu tersebut mempunyai penyangga di bawahnya.Foto asli dari batu yang disebut sebagai batu terbang atau batu melayang. Ternyata batu tersebut mempunyai penyangga di bawahnya.

Ada juga referensi mengenai batu terbang ini di flickr
Beberapa keraguan lain mengenai cerita batu terbang

Gambar batu terbang tersebut 'too good to be true', terlalu aneh untuk dipercaya. Ia melayang, ia terletak di tempat terbuka, dan dekat perumahan (lihat foto mobil, rumah, kabel listrik). Artinya, banyak orang akan menyaksikannya jika itu benar. Berita dari mulut ke mulut akan mengundang banyak orang, kru televisi, koran, dan radio tentu akan meliput dan menerbitkan gambar dan cerita batu terbang tersebut. Namun kenyataannya? Hanya ada satu jenis foto dengan keterangan samar tentang apa dan di mana batu tersebut.
Cerita tentang batu yang ingin terbang mengikuti nabi Muhammad juga kurang jelas asal-usul dan sandaran haditsnya. Adakah hadits shahih atau sumber terpercaya lainnya tentang peristiwa ini? Jika ada yang tahu, mohon saya diberitahu melalui formulir komentar di bawah.
Sebagian orang menunjuk kepada bagian bawah dari gambar batu melayang, di bawah batu, di dalam bayangan. Mereka melihat dalam gambar yang lebih besar, berresolusi lebih tinggi, adanya tanda-tanda manipulasi. Ada yang dihapus pada bagian tersebut.

Bagaimana dengan batu yang merupakan pijakan Nabi saat ber-isra'mi'raj?

Foto asli dari batu yang menjadi pijakan Nabi Muhammad saat ber-Isra' Mi'raj.Di samping ini adalah gambar batu tersebut, tampak atas. Batu ini sama sekali berbeda dengan gambar batu di atas! Batu yang ini asli.

Ia berada di Yerusalem, Palestina di wilayah Haram al Quds al Sharif. Batu inilah yang dilindungi dengan bangunan yang kita kenal sebagai simbol Palestina, yaitu Masjid berkubah Emas, Dome of the Rock, atau Qubah al Shakhra atau masjid Kubah Batu. Apakah batu ini melayang? Wallahua'lam. (Lihat juga Gambar adanya gua di bawah batu ini.)

Jadi, semoga kita tidak terburu-buru percaya dengan cerita-cerita heboh, ajaib, yang diembel-embeli dengan kisah-kisah islami atau dihubungkan dengan kekuasaan Allah.

Jangankan cuma batu sebesar itu, Allah pun berkuasa untuk mengangkat bukit Thursina ketika mengambil sumpah kepada kaum Yahudi. Tetapi, kalau memang batu tersebut tidak melayang, tidak terbang, dan ternyata merupakan hasil manipulasi foto belaka, apakah kita akan tetap menyebarkan foto-foto tersebut? Apalagi kisah sang batu yang ingin ikut Nabi ke langit tersebut juga tidak jelas sumbernya.

Semoga halaman ini bermanfaat untuk kebenaran.
>> Kembali ke Mengkritisi gambar-gambar kebesaran Allah

Istighfar

Istighfar

Posted by administrator

Pengertian istighfar.

Kata (اسْتَغْفَرَ ) dalam bahasa arab bermakna meminta maghfirah (طَلَبُ الْمَغْفِرَةِ ) dan kata (المَغْفِرَة ) bermakna perlindungan dari kejelekan dosa atau penghapusan dari dosa dan pergantiannya. Pengampunan dosa ada dua jenis:

1. Penghapusan, sebagaimana sabda rasulullah,

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika yang mulia.”

2. Penggantian, sebagaimana firman Allah,

إِلاَّ مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70).

Inilah yang disebut tingkatan Maghfirah.

Syeikh Ibnu Taimiyah berkata: Kata (الإسْتِغْفَارَ ) dalam bahasa arab bermakna meminta maghfirah (طَلَبُ الْمَغْفِرَةِ ) dan kata (المَغْفِرَة ) bermakna perlindungan dari kejelekan dosa. Kata Al Maghfirah (المَغْفِرَة ) punya makna tambahan dari kata ( السَّتْرُ), karena kata (المَغْفِرَة ) bermakna perlindunagn dari kejelekan dosa, sehingga seorang hamba tidak disiksa lagi. Orang yang diampuni dosanya tidak akan disiksa. Sedangkan sekedar ditutupi (dosa tersebut), masih ada kemungkinan disiksa dalam batin dan orang yang masih disiksa dalam batin atau lahiriyahnya maka ia belum diampuni.[1]

Arti penting dan kedudukan Istighfar.

Arti penting dan kedudukan istighfar sangat tinggi karena banyak disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur’an dan hadits nabi baik bersifat perintah, anjuran dan pujian.

Allah memerintahkan Nabi Muhammad beristighfar dalam firman-Nya,

وَاسْتَغْفِرِ اللهَ إِنَّ اللهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’: 106).

Dan firman-Nya,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu’min, laki-laki dan perempuan.Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19).

Juga memerintahkan kaum mukminin dalam firman-Nya,

وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil: 20).

Adab Beristighfar.[2]

Istighfar memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan, diantaranya:

1. Bersuci sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berbunyi,

مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ

“Tidak ada seorangpun yang berbuat satu dosa kemudian bangkit berwudhu lalu sholat dan beristighfar kecuali Allah Ampuni.” ( HR. Al-Tirmidzi).

2. memilih waktu terbaik yang lebih bisa khusu’ dan menhadirkan hati ketika istighfar. Waktu yang terbaik adalah waktu sahar (akhir malam) sebagaimana Allah memuji orang yang beristighfar diwaktu tersebut dalam firman-Nya,

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِاْلأَسْحَارِ

“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali ‘imran: 17).

3. memperbanyak istighfar.

4. menjadikannya sebagai penutup perkaranya.

Hasil dan Faedah Istighfar.[3]

1. mendapat ampunan dosa

2. mendapat keridhoan dan kecintaan Allah

3. mendapatkan rahmat Allah dengan dalil firman Allah,

لَوْلاَ تَسْتَغْفِرُونَ اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. An-Naml: 46).

4. menghilangkan adzab. Istighfar salah satu faktor penting hilangnya adzab sebagaimana firman Allah,

وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَاكَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengajak mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengajak mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfaal: 33).

5. mendapatkan barokah dan kebaikan yang banyak dengan dalil firman Allah,

وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَتَتَوَلُّوا مُجْرِمِين

َ

“Dan (dia berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.’” (QS. Huud: 52).

6. kebersihan hati.

Demikianlah sekelumit faidah istighfar.

Penulis Ustadz Kholid Syamhudi,L.c.
Artikel www.ustadzkholid.com
[1] Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa 10/317.
[2] Muqaddimah Al Istighfar, Ahamiyatuhu Wa Hajatunnas Ilaihi, hal 18-20
[3] ibid hal 21-23

Tugas dan Kekhususan Para Rasul Allah

Tugas dan Kekhususan Para Rasul Allah

Posted by admin

Mengenal para Rasul yang diutus kepada umat manusia merupakan perkara penting dan sangat dibutuhkan kaum muslimin, baik berkenaan dengan iman, tugas, kekhususan dan kehidupan mereka agar dapat dijadikan suri teladan bagi manusia.

Apalagi dimasa kini dan khususnya kaum muslimin yang sudah jauh dari kenabian dan ajarannya. Sehingga sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengajak saudaranya mengenal kembali permasalahan ini sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.

Tugas Para Rasul

Para rasul memiliki tugas yang banyak, diantaranya:

1. Tugas agung mereka mengajak manusia beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya[1]. Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya. Hal ini dikabarkan Allah Ta’ala dalam firmanNya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu‘ “ (QS. An Nahl:36)

Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan tugas, dasar dakwah dan inti risalah para rasul yaitu mengajak kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi segal sesembahan selainNya.[2]

Hal inipun disampaikan dalam firmanNya:

وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : ‘Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’”. (QS. Al Anbiya: 25)

Hal ini dikarenakan para rasul diutus untuk menjelaskan jalan menuju tujuan penciptaan manusia yang Allah jelaskan dalam firmanNya:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُون

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Demikian juga tauhid merupakan asas fitroh manusia yang diperintahkan untuk ditegakkan dalam firmanNya:

} فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertaqwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Ar Rum: 30-31)

para rasul mengajak umatnya untuk mewujudkan tauhid dalam diri-diri mereka dan mengeluarkan segala kemampuannya untuk merealisikan dakwahnya tersebut. Cukuplah kisah nabi Nuh dalam surat Nuh sebagai contoh kegigihan mereka dalam mendakwahkan tauhid pada kaumnya.

2. Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir“. (QS. Al Ma’idah:67).

Demikian juga firmanNya:

بِالبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan” (QS. An Nahl: 44)

3. Menunjukkan umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelaku kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman Allah:

رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“ (QS. An Nisa: 165)

4. Memperbaiki manusia dengan teladan dan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan, sebagaimana firman Allah :

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah:”Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (al-Qur’an)”. al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat“ (QS. Al An’am:90)

Juga ditegaskan dalam firmanNya:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.Al Ahzab:21)

5. Menegakkan dan menerapkan syari’at Allah diantara hamba-hambaNya, firman Allah Ta’ala:

وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ وَلاَتَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَآ أَنزَلَ اللهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik“ (QS. Al Ma’idah:49)

6. Menjadi saksi sampainya penjelasan syariat kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka darimereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89)

dan firmanNya:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu“ (QS. Al Baqarah:143)

Imam Abul Qasim Al Ashbahani menyatakan dalam muqaddimah kitab beliau: “Segala puji bagi Allah yang telah menampakkan tanda-tanda kebenaran lalu menjlaskannya dan telah memunculkan manhaj agama ini lalu menerangkannya. Dialah yang telah menurunkan Al Qur’an lalu seluruh hujjah ada padanya dan mengutus Muhammad sebagai Rasul, sehingga memutus seluruh alasan (untuk berpaling). Kemudian Rasulullah telah berda’wah, bersungguh-sungguh dan berjihad serta menjelaskan jalan kebenaran kepada umat ini. Beliau juga menyampaikan syariat kepada mereka syari’at agar mereka tidak menyatakan: ‘Belum datang kepada kami pemberi kabar gembira (Basyir) dan pemberi peringatan (Nadzir)’.[3]

Demikianlah beberapa tugas penting para Nabi dan Rasul.

Kekhususan Para Nabi dan Rasul[4]

Allah Ta’ala telah memilih diantara para hambaNya sebagai Nabi dan Rasul dengan memberikan beberapa kekhususan yang tidak dimiliki hamba-hambaNya yang lain. Diantara kekhususan para Nabi dan Rasul tersebut adalah:

1. Wahyu

Allah Ta’ala telah mengkhususkan mereka dengan wahyu, sehingga mereka menjadi perantara Allah dengan hamba-hambaNya. Hal ini telah ditegaskan dalam firmanNya:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa‘ “. (QS. Al Kahfi: 110)

Demikianlah, diantara Nabi dan Rasul ada yang langsung berbicara dengan Allah dan ada pula yang melalui perantara malaikat Jibril ‘Alaihissalam, sehingga mereka dapat mengetahui perkara-perkara gaib dengan wahyu tersebut.

2. Kemaksuman (Al Ishmah).

Seluruh umat sepakat bawha para rasul memiliki kemaksuman dalam menerima risalah Allah, sehingga mereka tidak lupa sedikitpun wahyu yang Allah turunkan kepada mereka dan memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu tersebut kepada manusia. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:

سَنُقْرِئُكَ فَلاَتَنسَى

“Kami akan membacakan (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa” (QS. Al A’laa: 6)

Dan firmanNya:

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Ma’idah: 67).

Demikian juga Allah mempertegas dengan firmanNya:

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ اْلأَقَاوِيلِ لأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ

“Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu“ (QS. Al Haaqah:44-47)

3. Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya

Hal ini ditunjukkan oleh hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إِلَّا خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَكَانَ فِي شَكْوَاهُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَعَلِمْتُ أَنَّهُ خُيِّرَ

“Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Tidak ada seorang nabipun yang sakit kecuali diminta memilih antara dunia dan akhirat’. Beliau pada sakit mendekati kematian beliau, mengeluarkan suara parau sekali, sehingga aku mendengarnya, beliau mengatakan : ‘ Bersama orang yang Allah berikan kenikmatan pada mereka dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan sholihin’. Lalu aku tahu beliau sedang diberi pilihan.[5]

4. Dikuburkan ditempat meninggalnya

Seorang Nabi bila meninggal dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat tersebut. Hal ini didasari hadits Abu Bakar Radhiallahu’anhu, beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إِلَّا حَيْثُ يَمُوتُ فَأَخَّرُوا فِرَاشَهُ وَحَفَرُوا لَهُ تَحْتَ فِرَاشِهِ رَوَاهُ أَحْمَد

“Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda seorang nabi tidak dikuburkan kecuali ditempat kematiannya dengan menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang dibawah pembaringannya tersebut“[6]

5. Jasadnya tidak dimakan bumi

Allah memuliakan jasad para Nabi dengan membuatnya tidak hancur oleh tanah yang menguburnya walaupun telah berlalu waktu yang sangat lama. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala mengharamkan tanah menghancurkan jasad para nabi”[7]

6. Mata mereka terpejam tidur namun hatinya tetap sadar dan bangun

Demikianlah hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang berbunyi:

تَنَامُ عَيْنِي وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

“Mataku tidur namun hatiku tidak tidur“[8]

Berkata Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ketika mengisahkan kisah Isra’ Mi’raj :

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam matanya tidur namun hatinya tidak tidur dan demikian juga para nabi mata mereka tidur sedang hati mereka tidak tidur“[9]

7. Tetap hidup dikuburan mereka

Para Nabi dan Rasul walaupun telah meninggal dunia, namun mereka tetap hidup dikuburannya dalam keadaan shalat, sebagaimana diberitakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:

الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

“Para nabi itu tetap hidup dikuburan mereka dalam keadaan sholat“[10]

Demikianlah tugas dan kekhususan para nabi secara umum dan ringkas, mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan kita dan membawa kita kepada iman yang benar terhadap mereka.

Wallahu A’lam.

Referensi :

1. Tulisan Dr. Abdulaziz Shalih Al Thowiyan dalam pengantar tahqiq kitab Al Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan pertama tahun 1420H, Adwaa Al Salaf, Riyaadh. KSA

2. Al Rusul wal Risalaah, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, cetakan ketiga tahun 1405, Maktabah Al Falaah, Kuwait

3. Usus Manhaj Al Salaf Fi Dakwah Ila Allah karya Fawaaz Halil Al Suhaimi. cetakan pertama tahun 1423 H, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir

4. Al Hujjah Fi Bayaan Al Mahajjah wa Syarh Aqidah Ahli Sunnah karya Abul Qasim Isma’il bin Muhammad bin Al Fadhl Al Taimi Al Ashbahani, tahqiq Muhammad bin Al Rabi’ Al Madkhali, cetakan ke-2 tahun 1419 H. Dar Al Raayah, Riyadh, KSA

5. Shahih Al Jami’ Al Shaghir karya Syaikh Al Alamah Muhammad Nashiruddin Al Albani, cetakan ketiga tahun 1408 H, Al Maktab Al Islami, Baerut.

6. CD Al Kutub Al Tis’ah.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.Com
[1] Disarikan dari tulisan DR. Abdul ‘Aziz Sholih Al Thawiyan dalam pengantar tahqiq kitab Al Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan pertama tahun 1420H, Penerbit Adwaa Al Salaf, Riyadh. KSA hal 1/28 dan Al Rusul wal Risalaah, karya DR. Umar Sulaiman Al Asyqar, cetakan ketiga tahun 1405, Maktabah Al Falaah, Kuwait hal. 43-45 dengan tambahan dari beberapa referensi yang akan penulis isyaratkan dalam catatan kaki.

[2]. Ushul manhaj Al Salaf Fi Dakwah Ila Allah karya Fawaaz Halil Al Suahaimi. Cetakan pertama tahun 1423 H, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir hal 85.

[3] Al Hujjah Fi Bayaan Al Mahajjah wa Syarh Aqidah Ahli Sunnah, karya Abul Qasim Isma’il bin Muhammad bin Al Fadhl Al Taimi Al Ashbahani, tahqiq Muhammad bin Al Rabi’ Al Madkhali, cetakan ke-2 tahun 1419 H. Dar Al Raayah, Riyadh, KSA hal 1/93.

[4] Disarikan dari Al Rusul wal Risalaah, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, op.cit hal 90-115

[5] Diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, di kitab Tafsier Al Qur’an, no. 4220.

[6] Hadits riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih. Hadits ini dishahihkan Al Albani dalam kitab Tahdzir Al Saajid hal 10-11 dan Shahih Al Jami’ Al Shaghir no. 5201, lihat Shahih Al Jami’ Al Shaghir 2/923.

[7] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Al Shalat Bab fil Istighfar no. 1308

[8] Hadits riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Manaaqib no. 3304.

[9] Hadits riwayat Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Manaaqib, Bab An Nabi Tanamu Ainaahu Wala Yanam Qalbuhu no. 3305.

[10] Hadits shahih, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Al Shoghir no 2790 dan beliau isyaratkan hadits ini riwayat Al Bazaar, Abu Nu’aim dan Ibnu Asaakir.

Islam Menjaga Kesehatan Manusia

Islam Menjaga Kesehatan Manusia

Posted by admin

Pada artikel yang lalu telah diutarakan tentang urgensi makanan halal dan usaha yang halal, serta bahaya makanan haram dan usaha yang haram. Demikian juga perlu dibahas mengenai langkah yang harus ditempuh dalam permasalahan ini, yaitu konsep Islam tentang makanan dan usaha.

Konsep Islam dalam permasalahan ini sama dengan permasalahan lainnya, bahwa Islam itu mudah dan lengkap, serta senantiasa menjaga keselamatan jiwa, badan, dan akal manusia. Islam menghalalkan yang baik untuk jiwa, badan dan akal, sebaliknya mengharamkan yang buruk dan merusak, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah:172)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan dalam kitab Taurat dan Injil tentang salah satu ciri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu menghalalkan hal-hal yang baik dan mengharamkan segala yang buruk, sebagaimana firman-Nya:

لَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS. Al A’raf:157)

Demikianlah Islam melarang semua makanan yang merusak badan dan akal manusia atau dapat membunuhnya, seperti racun dan narkoba dan ini dijelaskan dalam firmanNya:

وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.“ (QS. An Nisaa:29-30)

Segala sesuatu yang merusak dilarang memakannya termasuk juga larangan memakan barang-barang najis seperti bangkai dan sejenisnya. Semua ini menunjukkan kemudahan Islam dan perhatian yang besar terhadap keselamatan manusia.

Jangan berlebihan dan mengada-ada

Namun tentunya semua ini dilakukan sesuai kebutuhan, tanpa berlebih-lebihan (Israf) dan kikir (bakhil). Oleh karena itu, kita dilarang mengharamkan sesuatu yang telah diperbolehkan Islam. Sebaliknya, kita juga dilarang menghalalkan sesuatu yang sudah diharamkan, karena penghalalan dan pengharaman merupakan hak Allah dan Rasul-Nya, tidak semua orang boleh menetapkannya. Allah berfirman:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik.” Katakanlah:”Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”“(QS.Al A’raf: 32)

dan firman-Nya:

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلالا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَشْكُرُونَ

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.” Katakanlah: “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).“ (QS. Yunus: 59-60)

Untuk itulah Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al Mai’dah:87-88)

Celaan Allah terhadap orang yang menghalalkan yang haram, dan sebaliknya

Pelanggaran perintah Allah dalam permasalahan ini, bila sampai menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal merupakan perkara besar yang sangat tercela. Lihatlah Allah mencela orang Yahudi dan Nashrani yang mentaati para tokoh agama dan pendeta mereka dalam penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal seperti dalam firman-Nya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah:31)

Demikian juga mencela orang-orang jahiliyah yang telah menghalalkan bangkai yang telah Allah haramkan dan mengharamkan beberapa jenis binatang ternak yang Allah halalkan karena fanatik buta pada nenek moyang mereka dan mengikuti hawa nafsu. Hal ini Allah jelaskan dalam firman-Nya:

مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلا سَائِبَةٍ وَلا وَصِيلَةٍ وَلا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ

“Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.’ Mereka menjawab: ‘Cukuplah untuk kami apa yang kamu dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.’ Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk” (QS. Al Ma’idah:103-104)

Marilah kita taati semua perintah dan larangan Allah agar selamat dari celaan dan siksaan Allah.

Bersyukurlah atas nikmat ini

Semua ini Allah tetapkan agar manusia bersyukur. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah:172)

Bersyukur dengan tiga rukun yaitu mengakui dengan hatinya bahwa semua itu berasal dari Allah, lalu menampakkannya dengan lisannya dan menjadikannya sebagai sarana mencapai ketaatan kepada Allah. Dengan terealisasinya rukun-rukun syukur ini maka rasa syukur akan menjadi sempurna. Dengan syukur ini Allah akan menganugerahkan kembali kenikmatan yang berlipat, sehingga makanan tersebut menjadi tonggak tercapainya kehidupan yang bahagia di dunia dan akherat. Apabila rasa syukur ini tidak terwujud, bisa jadi semua itu menjadi sebab kehancuran manusia, sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)

Dan firman-Nya:

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun:55-56)

Mudah-mudahan semua ini menjadikan kita segera bersyukur atas semua nikmat Allah.

Penulis: Kholid Syamhudi Lc

Pohon di Kuburan Meringankan Siksa?

Pohon di Kuburan Meringankan Siksa?

Posted by tri.subekti

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

“Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu , beliau berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda, ‘Sungguh keduanya sedang disiksa, mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing, sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namimah.’ Kemudian beliau mengambil pelepah basah, beliau belah jadi dua, lalu beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini ?’ Beliau menjawab, ‘Semoga mereka diringankan siksaannya selama keduanya belum kering.” “

Takhrij

Hadits ini diatas dikeluarkan oleh:

Imam Bukhari dalam Al Jami’ As Shahih (1/317-Fathul Baari) No. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055
Imam Muslim dalam As Shahih (3/200 – syarah Imam Nawawi) No. 292
Imam Tirmidzi dalam Al Jami‘ (1/102) No. 70, dan beliau mengatakan, “Hadits Hasan Shahih”
Imam Abu Daud dalam As Sunan (1/5) No. 20
Imam Nasa’I dalam Al Mujtaba (1/28)
Imam Ibnu Majah dalam As Sunan (1/125) No. 237

Pemahaman Yang Benar Terhadap Hadits

Sabda beliau, إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ (Sesungguhnya mereka berdua sedang disiksa.). Kata ganti (mereka berdua-pent) adalah kata ganti untuk kubur, (namun) yang dimaksudkan adalah penghuni kubur.

Sabda beliau, وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ (Mereka berdua disiksa bukan karena perkara besar(dalam pandangan keduanya)). Dalam riwayat lain Imam Bukhari,

يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ وَإِنَّهُ لكَبِيْرٌ

“Mereka berdua disiksa karena perkara besar (dalam pandangan keduanya) namun sungguh itu adalah perkara besar.”

Dalam Shahih Bukhari juga dalam Kitab Wudhu terdapat lafadz,

وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ بَلْ إِنَّهُ كَبِيْرٌ

“Mereka berdua tidak disiksa karena perkara besar(dalam pandangan keduanya), bahkan sungguh itu adalah perkara besar.”

Dengan dua tambahan lafadz yang shahih ini, dapat ditetapkan bahwa penyebabnya adalah dosa besar. Maka sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, “Mereka berdua disiksa bukan karena perkara besar.” Perlu di jelaskan.

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim (3/201) mengatakan, para ulama telah menyebutkan dua penafsiran dalam hadits ini

Pertama, itu bukanlah perkara besar dalam pandangan mereka berdua.

Kedua, meninggalkan kedua perkara ini bukanlah sesuatu yang besar (susah).

Al Qadli Iyadh menyampaikan tafsir ketiga yaitu, tidak termasuk dosa besar.

Saya (Syaikh Raid) katakan, berdasarkan tafsir ketiga ini, maksud hadits ini adalah larangan dan memberikan peringatan yang keras kepada orang lain selain dua penghuni kubur ini, agar tidak mengira bahwa adzab Allah itu hanya ada akibat dari dosa besar yang membinasakan, karena adzab itu (kadang) ada akibat dari selainnya. Wallahu a’lam.

Sebab kedua perbuatan ini (yaitu tidak menjaga diri dari air kencing dan namimah-pent) menjadi dosa besar adalah perbuatan tidak bersih dari kencing mengakibatkan batalnya shalat. Sehingga tidak diragukan lagi tidak membersihkan diri dari kencing merupakan perbuatan dosa besar. Demikian juga menebar namimah (adu domba) dan berusaha berbuat kerusakan termasuk perbuatan yang paling buruk, apalagi jika bersesuaian dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wassalam yang menggunakan kata YAMSYI (fi’il mudhari’) yang biasanya menunjukkan keadaan yang terus berkelanjutan (artinya dia terus-terus melakukannya selama hidupnya-pent).

Sabda beliau لَا يَسْتَتِرُ . Al Hafiz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari mengatakan, “Beginilah dalam kebanyakan riwayat yaitu dengan dua huruf yang bertitik dua diatas (dua huruf Ta’-pent), huruf pertama difathahkan dan huruf kedua dikasrahkan. Dalam riwayat Ibnu Asakir[1] يَسْتَبْرِئُ (membesihkan diri-pent) dengan huruf ba’ disukunkan, berasal dari kata اسْتِبْرَاءُ

Dalam hadist riwayat Imam Muslim dan Abu Dawud dari hadits Al A’masy[2] يَسْتَنْزِهُ dengan huruf nun yang disukunkan, setelah itu huruf zai lalu huruf ha. Makna kata لَا يَسْتَتِرُ adalah tidak membuat antara dia dengan kencingnya sesuatu yang bisa melindunginya dari percikan kencing. Dengan demikian, maka maknanya sejalan dengan riwayat يَسْتَنْزِهُ .

Al hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari (1/318) menyatakan, “Dalam riwayat Abu Nu’aim berbunyi لاَيَتَوَقَّى (tidak menjaga diri-pent) dan kata ini merupakan penjelas maksud (kata-kata diatas-pent). Sebagian para ulama memberlakukan kata لَا يَسْتَتِرُ sesuai zhahirnya. Mereka mengatakan, bahwa arti kata itu adalah tidak menutup auratnya.

Sabda beliau يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ yaitu mengutip dan menceritakan perkataan seseorang dengan tujuan mencelakakan. Adapun jika tujuannya untuk mewujudkan satu kemaslahatan atau menghindari kerusakan secara syar’i maka hal itu dibenarkan.

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (3/201) mengatakan, “(Namiimah) adalah menceritakan perkataan seseorang ke orang lain dengan tujuan merusaknya (Adu domba).”

Sedangkan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam menaruh dua potong pelepah basah diatas dua kubur, menurut pandangan para ulama, perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wassalam itu dipahami bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wassalam memintakan syafa’at untuk penghuni kubur itu, lalu permintaan beliau shallallahu ‘alaihi wassalam dikabulkan dengan diberi keringanan adzab kepada kedua penghuni kubur itu sampai kedua potong pelepah itu kering.

Imam Muslim rahimahullah menyebutkan di akhir kitab Shahih-nya sebuah hadits yang panjang yaitu hadits Jabir tentang dua penghuni kubur, (beliau shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda-pent):

“… maka syafa’atku untuk meringankan adzab dari kedua penghuni kubur itu dikabulkan selama dua batang kayu ini masih basah.”

Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang menunjukkan bolehnya menanam pelepah kurma atau yang lainnya di atas kuburan. Itu merupakan (kekhususan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, karena Allah Ta’ala memperlihatkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wassalam keadaan dua penghuni kubur tersebut dan adzab yang mereka alami. Ini merupakan kekhususan diantara kekhususan-kekhususan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sebagaimana penjelasan yang akan datang insya Allah Ta’ala .

Pemahaman keliru tentang hadits ini

Ada yang memahami hadits diatas dengan pemahaman keliru. Sebagian mereka berdalil (berargumentasi) dengan hadits ini, tentang bolehnya menanam kurma dan pepohonan diatas kuburan. Mereka mengatakan bahwa illah (penyebab) diringankan adzab dari kedua penghuni kubur ini adalah dua pelepah yang masih basah karena keduanya senantiasa bertasbih kepada Allah selama masih basah sedangkan yang kering tidak bertasbih.

Pendapat ini menyelisihi firman Allah Ta’ala ,

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّيُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِن لاَّتَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ

“Dan tak ada suatupun melainkan nertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS Al Isra’ 44)

Kalaulah seandainya, penyebab diringankan adzab adalah tasbih, tentu tidak ada seorangpun yang mendapatkan siksa di dalam kuburnya karena debu dan bebatuan yang berada di atas mayit bertasbih kepada Allah Ta’ala .

Syaikh kami Al Albani rahimahullah mengatakan dalam Ahkamul Janaaiz (hal. 201), “Kalau seandainya kondisi basah pelepah itu yang dimaksud, pasti para salafus shalih telah memahaminya dan mengamalkan penunjukkannya serta telah meletakkan pelepah atau batang pohon di atas kubur ketika mereka berziarah. Kalau seandainya mereka melakukan hal tersebut, tentu beritanya akan masyhur kemudian dinukil para perawi terpercaya kepada kita. Karena ini termasuk perkara yang menarik perhatian dan mesti dinukil. Jika tidak dinukil, maka menunjukkan bahwa hal itu tidak pernah terjadi. Cara seperti ini dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah bid’ah”.

Adapun hadits Buraidah Al Aslamiy radhiallahu ‘anhu yang berisi bahwa beliau berwasiat agar ditaruhkan dua pelepah diatas kuburnya. Maka hal ini merupakan hasil ijtihad beliau semata dan ijtihad itu kadang benar dan kadang salah. Dan kebenaran bersama orang yang meninggalkan perbuatan itu.

Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah dalam komentar beliau atas kitab Fathul Baari (3/223) mengatakan, “Pendapat yang mengatakan bahwa hal itu merupakan kekhususan Nabi merupakan pendapat yang benar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tidak pernah menanamkan pelepah kecuali di atas kuburan yang beliau ketahui penghuninya sedang disiksa dan tidak melakukan hal itu kepada semua kuburan. Kalau seandainya perbuatan itu sunnah, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam akan melakukannya kepada semua kuburan. Juga karenakan para khulafa’ Ar Rasyidin dan tokoh besar shahabat tidak pernah melakukan hal itu. Kalau seandainya itu disyari’atkan tentu mereka akan segera melakukannya”.

Imam Bukhari rahimahullah membuat satu bab dalam kitab shahihnya (3/222) Bab Al Jariidati Ala Al Qabri. Ibnu Rusydi mengatakan, tampaknya dari penjelasan Imam Bukhari rahimahullah bahwa hal itu khusus untuk dua orang itu saja, oleh karena itu beliau melanjutkannya dengan membawakan perkataan Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma ketika melihat sebuah tenda di atas kuburan Abdurrahman,

انْزِعْهُ يَا غُلَامُ فَإِنَّمَا يُظِلُّهُ عَمَلُهُ

“Wahai anak muda, cabutlah itu! Hanya amal perbuatannya saja yang (bisa) menaunginya”.

Para ahli ilmu menjelaskan bahwa ini adalah satu kejadian khusus yang mungkin dikhususkan kepada orang-orang yang Allah perlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keadaan sang mayit.

Al Khathabi berkata dalam Ma’alimus Sunan (1/27) mengomentari hadits ini, “Ini termasuk bertabarruk (mengharapkan barakah-pent) dengan atsar dan do’a beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diringankan adzab dari keduanya. Seakan-akan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan waktu basahnya ranting itu sebagai batas dari permintaan keringanan adzab dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam , bukan karena pelepah basah memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki pelepah kering. Kebanyakan orang di banyak negara menanam pepohonan di atas kubur-kubur mereka, saya lihat mereka melakukan ini tidak mengambilnya dari sisi ini”.

Syaikh Ahmad Syakir dalam komentar beliau terhadap Sunan Tirmidzi (1/103) berkata setelah hadits ini: “Benarlah (apa yang dikatakan-pent) Al Khattaby. Kebanyakan orang semakin menjadi-jadi melakukan amal yang tidak ada dasarnya ini dan berlebih-lebihan dalam hal ini. terutama di negeri Mesir, karena taklid kepada orang-orang nasrani, sampai-sampai mereka meletakkan bunga-bunga diatas pekuburan, saling menghadiahkan bunga diantara mereka. Lalu mareka taruh diatas pusara keluarga dekat mereka dan kenalan mereka sebagai penghormatan kepada penghuni kubur dan sikap pura-pura baik kepada yang masih hidup. Bahkan kebiasaan ini menjadi setengah resmi dalam acara persahabatan antar bangsa. Engkau dapatkan, para pembesar Islam, jika berkunjung ke salah satu negara Eropa pergi ke kuburan para pembesar negera itu atau ke kubur yang mereka sebut kuburan pahlawan tak dikenal dan menabur bunga diatasnya. Sebagian mereka meletakkan bunga plastik yang tidak ada unsur basah padanya karena ikut-ikutan orang Prancis dan mengikuti perbuatan-perbuatan Nashara dan Yahudi. Dan para ulama tidak mengingkar mereka atas perbuatan tersebut apalagi orang awam, bahkan engkau melihat mereka sendiri meletakkan di kuburan orang mati mereka.

Saya tahu kebanyakan wakaf-wakaf yang mereka namakan wakaf khairiyah ditanami pohon kurma dan bunga-bunga yang berbau harum yang diletakkan di atas kuburan. Semua ini adalah perbuatan bid’ah dan mungkar yang tidak memiliki dasar sama sekali, tidak memiliki sandaran dari Al-Qur’an maupun Sunnah. Para ahli ilmu wajib mengingkari dan memberantas kebiasaan-kebiasaan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing.”

Syaikh kami Al Albani mengatakan dalam kitab Ahkaamul Janaiz (hal. 201),

“Ada beberapa perkara yang menguatkan (pendapat yang mengatakan) bahwa meletakkan pelepah di atas kuburan merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam dan peringanan adzab bukan disebabkan pelepah yang beliau n bagi dua. -beliau t menyebutkan, diantaranya:

Hadits Jabir radhiallahu ‘anhu yang terdapat dalam shahih Muslim , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Sesungguhnya aku melewati dua kuburan yang sedang disiksa, maka dengan syafa’atku aku ingin agar adzabnya diperingan dari keduanya selama dua ranting ini masih basah.”

Ini jelas sekali, (menerangkan) bahwa keringanan adzab itu disebabkan oleh syafa’atnya shallallahu ‘alaihi wassalam dan do’anya n bukan karena unsur basah (yang ada pada ranting itu-pent), baik kisah Jabir radhiallahu ‘anhu ini satu kejadian dengan kisah Ibnu Abbaz radhiallahu ‘anhu yang terdahulu sebagaimana yang dirajihkan oleh Al ‘Aini atau yang ulama lain, ataupun dua kejadian yang berbeda sebagaimana dirajihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.

Adapun berdasarkan kemungkinan pertama (yaitu kisah Jabir radhiallahu ‘anhu satu kejadian dengan kisah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu ) maka cukup jelas. Adapun berdasarkan kemungkinan kedua, karena penelitian yang benar menunjukkan bahwa penyebabnya satu dalam dua kisah tersebut karena adanya kemiripan yang ada dalam dua kisah tersebut. Juga karena keberadaan pelepah basah sebagai sebab diringankan adzab dari mayit ini termasuk perkara yang tidak diketahui secara syar’i atau akal. Kalau seandainya hal ini benar, tentu orang yang paling ringan adzabnya adalah orang-orang kafir yang menanamkan pepohonan dikuburan seperti layaknya sebuah taman karena banyaknya tanaman dan pepohonan yang selalu hijau di musim panas ataupun dingin. Ditambah juga bahwa sebagian ulama seperti Imam Suyuthi t menjelaskan bahwa sebab pengaruh pelepah basah dalam peringanan adzab adalah karena dia bertasbih kepada Allah Ta’ala . mereka mengatakan, “Jika hilang sifat basah dari pelepah itu dan kering, maka berhentilah dari tasbih!.

Alasan ini menyelisihi keumuman firman Allah Ta’ala ,

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّيُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِن لاَّتَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ

“Dan tak ada suatupun melainkan nertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.“ (QS. Al Isra’:44)

Jika hal ini sudah jelas, maka mudah untuk memahami kebathilan qiyas lemah yang dikutip oleh Imam Suyuthi rahimahullah dari orang yang tidak beliau sebutkan, “Jika adzab kubur diringankan dari keduanya dengan sebab tasbbih pelepah tersebut, maka bagaimana pula dengan al-Qur’an yang dibacakan seorang mukmin ? Dia mengatakan, “Hadits ini merupakan dalil menanam pohon di kuburan”

Saya (Syaikh Al Albani) mengatakan, “Kokohkan dulu kursi singgasana baru dipahat”[3], Apakah (mungkin) bayangan sesuatu itu lurus sementara batang (empunya bayangan) bengkok. Kalau seandainya qiyas ini benar, tentulah para salafusshalih akan bersegera melakukannya karena mereka lebih bersemangat dalam kebaikan dibandingkan kita.

Keterangan yang telah lewat menunjukkan bahwa meletakkan pelepah di kuburan itu merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam dan rahasia peringanan adzab dari dua penghuni kubur diatas bukan karena pelepah yang basah akan tetapi karena syafa’at dan do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam . Kejadian ini termasuk kejadian yang tidak mungkin terulang lagi setelah beliau n wafat dan tidak juga orang lain setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam , karena mengetahui adzab kubur termasuk kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam . Hal ini termasuk perkara ghaib yang tidak akan diketahui kecuali oleh Rasul, sebagaimana berita dalam firman Allah Ta’ala ,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.“ (QS.Al Jin:26)

[Diterjemahkan oleh Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. dari kitab Tashihul Akhtha' wal Auhaam all Waqi'ah fi fahmi Ahaditsin Nabi alaihis shalatu was salam, Syaikh Raid Shabri Bin Abu Alfah, hal 72-78]

Artikel UstadzKholid.com