Rabu, 28 Agustus 2013

Televisi Amerika Akan Tayangkan Dokumenter Nabi Muhammad SAW

 Kamis, 22 Agustus 2013, 19:40 WIB


REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jaringan televisi Amerika Serikat (AS) menayangkan film dokumenter tentang Nabi Muhammad SAW. Tayangan tersebut dimulai pekan ini.

John Esposito, profesor studi Islam di Universitas Georgetown menilai sebagian dari masyarakat Eropa dan AS tidak tahu tentang Islam dan memiliki ketakutan mendalam terkait pertumbuhan populasi Muslim. Itu sebabnya, dokumenter ini sangat penting dalam memperkenalkan Islam dan Muslim, utamanya sosok Nabi Muhammad SAW.

Seperti dilansir The Huffington Post, film berjudul "Life of Muhammad" ini akan ditayangkan jaringan PBS.  Sesuai judulnya, dokumenter ini akan dibagi menjadi tiga bagian, seperti awal kehidupan Rasulullah SAW, Israa dan Miraj dan warisan setelah meninggalnya beliau. Selangkapnya, berikut videonya.

Video Editor: Kingkin Jiwanggo
Reporter : Agung Sasongko
Redaktur : Sadly Rachman

Noorhana, Ingin Bagikan Keindahan Islam

Selasa, 20 Agustus 2013, 10:54 WIB Noorhana, Ingin Bagikan Keindahan Islam

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Tepat 20 tahun lalu, Noorhana kembali pada Islam. Itu terjadi, ketika seorang pria Muslim mengenalkannya pada konsep monoteisme Islam kepadanya. Seperti dikutip onislam.net, Noorhana percaya keesaan Tuhan. Tapi ia tak tahu dimana dan bagaimana cara berkomunikasi kepada sang Pencipta. Noorhana pun menikah dengan pria Muslim itu. Bersama suaminya, ia pelajari Islam. Atas kehendak Allah, melalui pernikahan itu, Noorhana menjadi Muslim. Sejak itu, ia merasakan keindahan Islam. Ia temukan Islam sebagai agama yang begitu lengkap guna memandu manusia melalui kehidupannya. Ketika ia membaca Alquran, ada hal kuat yang dirasakannya. Keyakinannya pada Islam pun menguat. Alhamdulillah, Noorhana mulai mengenakan hijab. Namun, Noorhana tak mau merasakan keindahan itu sendiri. Ia berniat untuk berbagi kepada mereka yang belum merasakan keindahan itu. Atas khendak Allah pula, Noorhana diajak sahabatnya berdakwah di Filipina. Selengkapnya, berikut videonya. Video Editor: Kingkin Jiwanggo Reporter : Agung Sasongko Redaktur : Sadly Rachman

Lantunan Azan Menuntun Gadis Berdarah Yunani Memeluk Islam

Sabtu, 24 Agustus 2013, 07:43 WIB

Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Friska Yolandha

Lantunan azan yang berkumandang dari pengeras suara masjid terdengar begitu merdu di telinga Janna. Gadis berdarah Yunani yang lahir dan tumbuh di Jerman -- saat itu berusia 13 tahun – merasakan getaran dalam hatinya saat mendengar kumandang azan.

Saat itu, Janna sedang berlibur ke Uni Emirat Arab. Inilah pertama kalinya, Janna mendengar lantunan azan. Hari itu bertepatan dengan Jumat. Ia bersama keluarganya sedang singgah di sebuah pasar.

‘’Aku melihat semua orang tiba-tiba berhenti melakukan kegiatan,’’ ujarnya seperti dikutip dalam laman onislam.net.

Janna menyaksikan orang-orang menghentikan mobil mereka dan keluar sambil membawa sajadah. “Dan orang-orang itu shalat di jalanan,” tuturnya. Suara azan  benar-benaar telah menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam. Cahaya hidayah perlahan mulai menyinari kalbunya.

Ia merasa  kumandang azan telah mengubah sesuatu yang ada di dalam dirinya.  Namun, saat itu Janna tidak mengetahuinya. Dalam hati kecilnya, ia meyakini ada sesuatu yang hebat dan menggelitik sanubarinya. ‘’Ingin rasanya aku mengetahui apa arti dari kalimah azan itu,’’ ucapnya.

Sejak itulah muncul sebuah tekad untuk mencari tahu tentang Islam. Di dalam Islam, ia mengaku menemukan kebenaran yang selama ini tidak pernah ditemukan di dalam agama lain. Janna berasal dari keluarga yang menganut agama Yunani Ortodoks. Meski begitu, ia tidak begitu memahami agama tersebut.

Janna  mengaku tidak  pernah menemukan kebenaran dalam ajaran agama yang diwariskan orangtuanya itu. Ia hanya diminta untuk percaya dan menurut saja pada agama Yunani Ortodoks itu.

Perlahan namun pasti, ia membaca tentang Islam. Janna menemukan jawaban yang tidak dapat ditemukannya dalam agamanya. Keyakinannya terhadap Islam menjadi semakin besar ketika ia membaca biografi Nabi Muhammad SAW.

‘’Membaca biografi beliau mengingatkan saya pada apa yang harus saya tahu dan baca tentang Yesus,” kata dia. Dengan penuh semangat, ia terus membaca dan membaca biografi Rasulullah. Dalam hatinya tumbuh rasa kekaguman kepada sosok manusia yang berakhlak paling mulia itu.

‘’Rasulullah SAW begitu gagah dan dan berwibawa,’’ ungkapnya.  Lelaki pilihan yang diutus Tuhan itu,  kata Janna, adalah seorang yang memiliki karakter dan sifat yang sangat hebat. Ia mengaku belum pernah membaca biografi seseorang tokoh yang semulia itu.

                                                                                       ****
Setelah membaca membaca seluruh biografi Nabi Muhammad, pikiran buruk tentang Islam yang selama ini diketahuinya langsung lenyap. Ia semakin tertarik pada Islam. Janna pun melakukan pencarian tentang Islam dari nol dan mencari kebenaran sendiri dengan meneliti Islam.

“Semua yang saya tahu tentang Islam sebelumnya adalah salah,” ujarnya menegaskan. Tidak butuh waktu lama bagi Janna untuk mengikrarkan diri menjadi pemeluk Islam. Ia sangat yakin tidak ada agama lain yang dapat menjawab seluruh pertanyaannya, kecuali Islam.

Akan tetapi, meskipun telah meyakini Islam sebagai agama yang benar, namun Janna masih terlalu takut untuk bersyahadat.  Janna mengaku takut menghadapi reaksi orangtua dan keluarganya yang lain apabila ia menganut Islam. Keluarganya tidak akan menerima kenyataan ini. Dan kalaupun mereka mengetahuinya, maka hidupnya akan berubah secara dramatis.

Ia  lalu menemui seorang temannya di Jerman. Ia bernama Noha dan berasal dari Mesir. Kepada Noha-lah Janna belajar  tentang Islam. Ia belajar shalat dan berdiskusi tentang Islam. Noha dengan sabar menjelaskan banyak hal yang ditanyakan temannya itu mengenai Islam.

Janna menanyakan banyak hal yang ia rasa janggal dalam agamanya. Dengan penuh kesabaran Noha menjawabnya. Jawaban Noha membuatnya semakin yakin mengenai Islam. Setelah pertemuannya dengan Noha, sekitar satu setengah bulan kemudian Janna mengucap dua kalimah syahadat.

Ia melakukan itu di asrama mahasiswa di Jerman. Tadinya ia hanya akan bersyahadat di depan Noha. Akan tetapi ketentuannya tidak boleh hanya satu orang saja yang menjadi saksi. Akhirnya Janna bersyahadat di depan dua puluh mahasiswa di ruangan tersebut.

“Saya tidak pernah melupakan hari ketika saya bersyahadat. Dan saya tidak pernah melupakan hari pertama saya shalat sebagai Muslim,” kata dia bahagia. Kumandang azan memang  telah menginspirasi banyak orang untuk mencari tahu tentang Islam.

Dari seruan merdu suara azan ini pula telah banyak melahirkan mualaf-mualaf yang menemukan kebenaran dalam Islam. Panggilan shalat bagi umat Muslim itu telah menjadi sebuah panggilan menuju Islam.
                                                                                    ***


Janna adalah seseorang yang tidak senang mendengar pembicaraan tentang kematian. Ia membenci percakapan mengenai tema itu dan memilih meninggalkan orang-orang ketika percakapan tentang kematian dimulai. Percakapan tentang seseorang yang meninggal saja dia tidak suka, apalagi datang ke pemakaman.

Suatu hari, salah satu pamannya meninggal dunia di depan matanya. Peristiwa itu memunculkan sebuah pertanyaan besar dalam diri Janna. Selama ini, ia berpikir hidup hanyalah sebatas kehidupan di dunia saja. Namun setelah melihat pamannya menghembuskan napas terakhirnya di depan mata Janna, ia menyadari keberadaannya di dunia lebih dari apa yang  dipikirkan sebelumnya.

“Setiap orang berinvestasi waktu terlalu banyak dan tidak menyadari hal itu dapat direnggut dalam satu detik,” ujarnya. Setelah kematian sang paman, ia melewati waktu dengan penuh kecemasan. Ia terbangun tiga kali dalam semalam hanya untuk mengecek ayah dan ibunya masih bernapas di tempat mereka tidur. Ia sangat takut kehilangan mereka.

Ketakutan Janna terhadap kematian bukannya tidak beralasan. Selama ini ia berpikir kematian adalah akhir dari segalanya. Namun ketika ia membaca tentang Islam, Janna menemukan jawaban apa yang akan terjadi terhadap manusia ketika ia meninggal. Ada kehidupan kekal setelah manusia mati.

Janna sempat mempelajari beberapa agama selain Islam. Akan tetapi tidak ada satu agama pun dapat memberi penjelasan yang sangat logis kecuali Islam. Kini hatinya telah terpaut pada Islam.

Dai Bertarif

Selasa, 27 Agustus 2013, 03:00 WIB

Seorang dai memberikan ceramah agama di masjid.  (ilustrasi)REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA
Pada akhir tahun 1980-an seorang psikiater kondang Prof Dr H Ayyub Sani Ibrahim menulis sebuah artikel di sebuah
koran nasional berujudul Dai Berbulu Musang.

Artikel ini dimaksudkan untuk menasehati dan mengkritisi para dai yang prilaku kesehariannya bertentangan dengan
materi dakwah yang ia sampaikan. Sebagai sebuah nasehat, semoga Allah SWT telah memberikan pahala kepada beliau.

Namun fenomena dai berbulu musang pada masa berikutnya justru kian bermunculan, bahkan lebih parah daripada
sekadar dai berbulu musang.

Muncul oknum dai yang berani memungut imbalan alias upah dari masyarakat yang didakwahinya. Alias Dai Walakedu  (jual ayat kejar duit).
   
Berangkat dari fenomena ini Ittihadul Muballigin, organisasi para dai yang dipimpin shahibul fadhiilah KH
Syukron Ma’mun pada tanggal 25-28 Juni 1996 dalam musyawarah nasional (Munasnya yang ke-4), yang dihadiri 350 peserta, para ulama dan dai seluruh Indonesia merumuskan enam butir kode etik dakwah.

Diantara kode etik dakwah itu, dai tidak boleh memungut imbalan dari masyarakat yang didakwahi. Apa yang
dirumuskan Munas Ittihadul Muballigin mendapat apresiasi masyarakat termasuk Menteri Agama ketika itu Dr Tarmizi Taher.
   
Kendati demikian, fenomena dai berbulu musang maupun dai yang memungut imbalan tidaklah surut jumlahnya, bahkan belakangan jauh lebih parah, karena berkembangnya dai-dai yang masang tarif dalam berdakwah.
   
Kami sungguh sangat kenyang menerima pengaduan masyarakat tentang kekecewaan mereka terhadap oknum-oknum dai yang memasang tarif dalam berdakwah.

Banyak masyarakat yang gagal mendatangkan seorang dai karena setelah tawar menawar seperti layaknya berdagang sapi mereka tidak mampu membayar tarif yang diminta dai yang bersangkutan.
   
Masyarakat juga banyak yang bertanya kepada kami, apa hukumnya memasang tarif dalam berdakwah dan memberikan uang sebesar itu kepada dai bertarif.

Dalam kajian fiqh memang ada tiga pendapat yang berkembang, yang pertama: pendapat yang mengharamkan secara mutlak, baik ada perjanjian sebelumnnya maupun tidak, pendapat ini memiliki dalil-dalil yang kuat baik dari al-Qur’an maupun Hadis.

Pendapat kedua yang membolehkan  berdakwah dengan memungut imbalan, pendapat ini berlandaskan kepada Hadis riwayat Imam Bukhori, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang paling berhak diambil upahnya adalah al-Qur’an.

Dalil ini memang kuat, namun penggunaan (Istidlal) hadis ini untuk membolehkan memungut imbalan dalam berdakwah sangat lemah, karena berdasarkan sabab wurud hadis ini, hadis ini tidak berkaitan dengan berdakwah melainkan berkaitan dengan mengobati orang yang sakit dengan pengobatan Ruqyah (membacakan surah al-Fatihah).
   
Sementara pendapat ketiga, dan inilah yang diambil oleh Munas ke-4 Ittihadul Muballigin tahun 1996 adalah
pendapat yang mengatakan, apabila ada perjanjian sebelumnya seorang dai akan menerima upah dalam dakwahnya hal itu tidak dibolehkan. Sedangkan apabila tidak ada perjanjian apa-apa kemudian dai diberi uang saku, hal itu dibolehkan.
   
Dakwah adalah sebuah kewajiban agama, seperti halnya shalat dan puasa, kendati tidak menjadi rukun Islam. Surah al-Baqarah ayat 159 mengancam orang-orang yang tidak mau berdakwah, mereka akan dilaknat Allah SWT dan para makhluk yang melaknat.

Orang yang tidak mau berdakwah kecuali diberi imbalan sama artinya dia tidak mau berdakwah kalau tidak ada
imbalan. Fenomena memungut imbalan ini belakangan sungguh sangat memprihatinkan karena banyak dai yang dalam dakwahnya memakai cara berdagang sapi dengan tawar menawar, perjam, pertitik dan sebagainya.
   
Sepanjang pengamatan kami, tarif termahal dalam berdakwah ini adalah Rp 100 juta satu kali ceramah (satu
titik) dan yang paling murah adalah Rp 10 juta.

Wajar bila masyarakat mengeluh terhadap fenomena pasang tarif ini, karena uang yang mereka kumpulkan adalah uang sumbangan dari orang-orang miskin yang mengumpulkan dengan memeras keringat kemudian dirampok begitu saja oleh oknum dai berbulu musang itu.

Dai seyogianya adalah orang yang memecahkan masalah umat bukan orang yang membuat masalah bagi umat. Dai adalah orang yang meringankan beban umat bukan orang yang membebani umat.

Dai-dai yang kepingin cepat kaya lebih baik berdagang sapi saja, karena terbukti banyak orang yang berdagang
sapi mendapatkan uang ratusan milyar rupiah, mobil pun banyak dan istri pun berderet-deret.

Bersyukurlah dai yang dibuka aibnya oleh Allah SWT di dunia karena ia masih punya kesempatan untuk bertaubat.

Dan celakalah dai ketika aibnya dibuka oleh Allah SWT di akhirat karena dia tidak punya kesempatan lagi untuk bertaubat.

 Pulanglah pada istrimu, bila engkau tergoda seorang wanita (HR Muslim)





 

Akibat Tidak Peduli Seruan Azan

Sabtu, 24 Agustus 2013, 05:44 WIB

Azan (ilustrasi)REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Yunahar Ilyas
Sudah setahun Anwar sekolah di kota, di sebuah madrasah tingkat Aliyah. Dia bangga sekali, karena tidak semua anak lulusan Tsanawiyah di desanya dapat melanjutkan pendidikan menengah atas di ibu kota propinsi.

Sebagian besar hanya melanjutkan sekolah di ibu kota kabupaten atau malah berhenti sekolah dan mulai bekerja di sawah atau ladang membantu orang tua yang umumnya petani.
   
Liburan setelah ujian smester dua kali ini dia manfaatkan untuk pulang ke desa berkumpul dengan teman-teman sebaya.

Berbagai macam agenda sudah tersusun di kepalanya, salah satunya yang paling menarik adalah makan bersama dengan teman-teman sebaya.

Mereka iyuran membeli bahan-bahan masakan yang diperlukan, bisa berupa uang atau bahan mentahnya langsung. Mereka akan masak sendiri, dengan kemampuan sekadarnya, yang penting tidak asin.

Bekal ilmu memasaknya paling-paling dari sekali-sekali memperhatikan ibu atau kakak perempuannya memasak di dapur.

Membayangkan acara makan bersama itu, Anwar tidak sabar segera sampai di desa. Perjalanan 60 km dengan mobil dirasakannya terlalu lama.
   
Pada hari H, sepuluh anak remaja sudah berkumpul di bawah sebuah pohon, tidak jauh dari pinggir sungai. Itulah tempat favorit mereka.

Pada saat azan Zhuhur berkumandang, mereka tengah sibuk-sibuknya memasak sambil bercanda penuh tawa. Sebenarnya Anwar ingin segera ke masjid melaksanakan shalat Zhuhur berjamaah seperti yang sudah biasa dilakukannya sejak kecil.

Ayahnya selalu membimbingnya shalat berjamaah ke masjid. Sejak sekolah dasar sampai tamat Tsanawiyah dia sudah terbiasa shalat di masjid. Sebenarnya motif utamanya shalat berjamaah di masjid adalah karena takut ayahnya.

Kalau ketahuan tidak shalat di masjid, ayahnya pasti marah besar. Ingat ayahnya, Anwar ingin segera shalat ke masjid meninggalkan teman-temannya. Tetapi dia merasa tidak enak, apalagi masakan hampir matang.
   
Sedang bimbang begitu, ayahnya lewat menuju masjid dan mengingatkan Anwar untuk segera ke masjid. Dia mengangguk, tetapi tidak melaksanakannya.

Begitu ayahnya kembali dari masjid dan melihat Anwar masih  bersama teman-temannya di bawah pohon, beliau marah dan segera memanggil puteranya dengan suara keras: "War, apabila acaramu selesai, segera ke rumah!"

Untunglah ayahnya masih memberinya kesempatan menikmati hidangan yang sudah mereka siapkan susah payah. Tetapi hati Anwar sudah tidak tenang, ayahnya pasti marah besar. Dia siap menerima hukuman yang akan diberikan.
   
Setelah benar-benar menerima hukuman, Anwar kaget bukan kepalang. Hukumannya benar-benar di luar dugaannya. Dengan tenang ayahnya memutuskan: "Anwar, kamu tidak boleh kembali ke kota. Kamu harus berhenti sekolah. Tinggal saja di desa bertani, lalu menikah!''

''Tidak ada gunanya kamu sekolah tinggi di kota, kalau hasilnya kamu mengabaikan panggilan azan. Ayah tidak ingin kamu sekolah tinggi tetapi tidak peduli dengan panggilan shalat. Baru setahun kamu di kota, kamu sudah berani meninggalkan shalat berjamaah di masjid."
   
Anwar tahu watak bapaknya. Jika sudah memutuskan sesuatu, sukar untuk mengubahnya. Dia minta maaf sambil menangis, tetapi keputusan tetap tidak berubah.

Liburan sekolah sudah habis seminggu yang lalu, tetapi dia belum juga diberi izin kembali ke kota. Anwar betul-betul sangat menyesal telah mengabaikan panggilan shalat Zhuhur di masjid. Walaupun sebenarnya, baru sekali itu dia lakukan. Tapi penyesalan tidak ada gunanya.
   
Untunglah kemudian, pamannya membantu membujuk ayahnya dan menjamin pelanggaran itu tidak akan terulang kembali. Akhirnya ayahnya membolehkannya kembali sekolah ke kota atas jaminan pamannya itu.

Menunggak Bayar Zakat, Apa Hukumnya?

Jumat, 26 Juli 2013, 11:16 WIB

Kantor Lembaga Zakat PKPU di Jakarta.REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah

Zakat harta kekayaan (mal) adalah kewajiban bagi tiap Muslim yang telah dinyatakan cukup syarat, seperti haul (masa satu tahun) dan nishab (batas minimal kekayaan wajib zakat). Perintah berzakat ini, seperti yang ditegaskan di ayat ke-43 surah al-Baqarah, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat.”
Lalu, bagaimana bila orang yang telah dinyatakan wajib zakat tersebut tidak membayar kewajibannya? Bagaimana dengan hukum zakatnya pada tahun-tahun yang telah lewat dan belum terbayar?   

Prof Husamuddin bin Musa Affanah dalam bukunya yang berjudul Yas’alunaka ‘An az-Zakat menjelaskan bahwa mestinya yang bersangkutan dengan alasan apa pun tak boleh meninggalkan kewajiban tersebut.

Bila dengan sengaja mengurungkan pembayaran zakat, yang bersangkutan terancam akan mendapatkan balasan yang setimpal, yakni neraka. “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah SWT maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS at-Taubah [9]:34).

Husamuddin menjelaskan, sebagai solusinya  para “penunggak” zakat tersebut harus bertobat dan memperbanyak meminta ampun. Ini karena pada hakikatnya, zakat juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah.

Bila telah bertobat dan menunjukkan komitmen nyata dari pertobatannya itu, insya Allah dosanya akan terampuni. “Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS asy-Syura [42]:25).

Akan tetapi, lanjut sosok yang pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Ilmu Fikih Universitas al-Quds Palestina tersebut, ini bukan berarti menggugurkan kewajiban untuk membayar zakatnya yang tertunggak. Karena, sejatinya zakat adalah hak bagi para mustahik. Maka selama hak tersebut belum ditunaikan, tetap saja dinyatakan memiliki tunggakan zakat. Para ulama telah bersepakat zakat yang terlewatkan itu dianggap sebagai tunggakan yang tetap dibayar.

Husamuddin pun menukilkan sejumlah pendapat para salaf. Imam an-Nawawi, misalnya. Tokoh bermazhab Syafi’i itu menegaskan, jika zakat-zakat di masa lalu terlewati dan belum terbayar, wajib menunaikan keseluruhannya. Ketidaktahuan akan perintah zakat tidak memengaruhi kewajiban tersebut. Termasuk, soal domisili si empunya kekayaan, baik di negara Islam ataupun non-Islam, tetap wajib menunaikan zakatnya yang terlewatkan.  

Demikian pula, dalam pandangan Ibnu Qudamah al-Maqdisi. Ulama bermazhab Hanbali itu menyatakan, jika harta yang telah capai nisab dan telah masuk waktu satu tahun, lalu belum juga membayarkannya, ini tidak berpengaruh pada tahun berikutnya. Tetapi, wajib membayar zakat yang tertunggak. Tidak berlaku diskon atau potongan nisab jika terjadi penumpukan nisab berzakat.

Maka, apa pun alasannya, haram hukumnya mengelak dari kewajiban berzakat. Pendapat yang sama juga dikuatkan oleh Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Menurut Ketua Persatuan Ulama Islam se-dunia itu, zakat adalah kewajiban yang bersifat tanggungan, bukan terletak pada pokok hartanya. Artinya, selama tanggungan itu belum terbayarkan maka tetap terkena kewajiban berzakat. Sekalipun, telah terlewat.

Di sinilah, sebut al-QaradIawi, letak perbedaan antara zakat dan pajak. Ada dispensasi tertentu yang diberlakukan pemerintah terkait tunggakan pajak. Besarannya sesuai dengan ketentuan regulasi pajak di tiap-tiap negara. Tetapi, tidak demikian dengan zakat.

Rukun Islam keempat ini selamanya akan tetap menjadi utang bagi Muslim yang telah dinyatakan sebagai wajib zakat, selama belum terbayar. Ini akan berimbas pada kualitas keislaman dan keimanannya. “Tanggungan zakatnya akan kekal,” ujar Syekh Yusuf. Jika tanggungan tersebut belum dibayar sekalipun telah lewat bertahun-tahun.

Lembaga Wakaf dan Fatwa Uni Emirat Arab menambahkan, cara pembayaran zakat yang tertunggak pada tahun-tahun lalu disesuaikan dengan kadar nisab hartanya di tahun itu. Ini bisa diketahui melalui pembukuan keuangan dari perputaran kekayaan yang dimiliki. Bila tidak ada data pasti dan sulit terlacak, cukup dikira-kirakan batas maksimal dari harta yang dimiliki saat itu.


Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (HR Muslim)

Zikir Menggunakan Pengeras Suara di Masjid, Bolehkah?

Jumat, 26 Juli 2013, 16:03 WIB

Siluet pengeras suara MasjidREPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb
Imam masjid di tempat saya tinggal selalu dengan sengaja memperdengarkan bacaan shalatnya dan wiridan (membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan doa) selesai shalat melalui pengeras suara eksternal sehingga terdengar jauh keluar lingkungan masjid.

Apakah memperdengarkan bacaan shalat oleh imam sehingga terdengar bukan hanya oleh makmum di masjid tapi juga oleh orang yang jauh di luar masjid ini dianjurkan oleh Alquran dan sunah? Jazakumullah khair.

Hamba Allah

Waalaikumussalam wr wb

Masjid adalah “rumah Allah” (QS al-Jin [72]: 18). Selain fungsi peribadatan, masjid memiliki banyak fungsi, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Fungsi peribadatan, dengan pengertian menjalankan ritual keagamaan adalah yang utama, meski di dalam Islam semua aktivitas manusia harus bernilai ibadah. Fungsi peribadatan ini dijelaskan dalam firman Allah, “Di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang ….” (QS an-Nur [24]: 36).

Di masjid itulah umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak zikir; tasbih, tahmid, tahlil, membaca Alquran dan sebagainya. Di dalam sebuah hadis Rasulullah dijelaskan, “Bila ada suatu komunitas berkumpul di salah satu 'rumah Allah' (masjid), membaca dan mempelajari Alquran, atau berzikir maka komunitas itu akan dikelilingi para malaikat, mendapat limpahan rahmat, diberi ketenangan dan akan disebut sebagai orang yang akan berada di sisi Allah kelak di hari Akhir.” (HR Muslim).

Bacaan Alquran dan zikir lainnya yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang, bukan hanya mendatangkan pahala bagi yang melakukannya, tetapi juga bagi yang mendengarkannya (QS al-A`raf [7]: 204). Apa yang dilakukan oleh beberapa kalangan umat Islam dengan sengaja memperdengarkan bacaan shalatnya dan wiridan (membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan doa) melalui pengeras suara sehingga terdengar jauh keluar lingkungan masjid, mungkin didorong oleh keinginan agar bacaan-bacaan itu mendatangkan rahmat bagi orang lain di luar masjid, baik yang Muslim maupun non-Muslim (QS al-Taubah [9]: 6).

Selain itu, keinginan untuk menunjukkan syiar agama, sesuai firman Allah dalam QS al-Hajj ([22]: 32), terutama di bulan Ramadhan, boleh jadi memotivasi mereka melakukan itu. Niat baik untuk mendatangkan rahmat dan menunjukkan syiar agama patut dihargai dan dihormati. Tetapi, yang juga perlu diperhatikan adalah kegiatan tersebut tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban lingkungan sekitar.

Boleh jadi ada orang di lingkungan masjid yang sedang sakit atau membutuhkan kenyamanan beristirahat, dan lainnya. Tindakan seorang Muslim sejati, seperti kata Nabi, tidak boleh ada yang mengganggu kenyamanan orang lain (HR Bukhari). Tetangga dalam Islam memiliki hak yang harus dihormati. Bila menurut dugaan kuat kegiatan tersebut mengganggu orang lain maka di sini berlaku kaidah, dar'ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih (menghilangkan mafsadat/ kerusakan didahulukan daripada mendatangkan kemaslahatan).

Mafsadat dalam kasus di atas adalah mengganggu lingkungan sekitar dan maslahat yang dimaksud adalah mendatangkan pahala, rahmat, dan syiar agama. Bukankah di dalam Alquran, Allah menjelaskan, salah satu etika dalam berdoa dan berzikir adalah merendahkan suara, bahkan dengan sembunyi-sembunyi (QS al-A'raf [7]: 55), karenanya zikir dan shalat tengah atau akhir malam yang utama? Wallahua'lam bish shawab.

Dr M Muchlis Hanaf

Berniat Puasa Qadha Sekaligus Syawwal, Bolehkah?

 Sabtu, 17 Agustus 2013, 23:53 WIB

BerpuasaREPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Nashih Nashrullah

Sebuah riwayat dari Abu Ayyub al-Anshari yang dinukilkan oleh Muslim menyatakan tentang kesunahan berpuasa enam hari selama Syawal. “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian disertai dengan puasa enam hari Syawal, maka ia ibarat berpuasa selama setahun (dahr).”

Mayoritas ulama, seperti diungkapkan oleh Syekh Dr Muhammad Mushlih az-Za'abi, dalam kitabnya yang berjudul Shiyam Sittin Min Syawwal; Dirasah Haditsiyyah Fiqhiyyah, berpandangan hukum puasa tersebut adalah sunah. Ketentuan ini juga berlaku untuk Muslimah.

Muncul pertanyaan, bolehkah menggabungkan niat qadha puasa Ramadhan yang terlewati dengan niat berpuasa enam hari Syawal?

Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti Dar Al Ifta, Mesir, Prof Ali Jum'ah Muhammad, menggabungkan puasa sunah ke dalam puasa wajib hukumnya boleh. Ini tidak berlaku sebaliknya, yaitu menyatukan puasa wajib dalam niat puasa sunah. Pendapat ini banyak dirujuk oleh mayoritas ulama.

Atas dasar ini, Muslimah yang ingin mendapatkan pahala puasa enam hari Syawal, ia bisa melakukannya dengan mengganti puasa Ramadhan yang terlewat pada bulan tersebut. Pandangan ini menggunakan analogi hukum dalam kasus shalat  tahiyyat al-masjid dua rakaat.

Ini seperti dinukil dari al-Bajirami dalam Hasyiah-nya. Penjabarannya, bila seseorang shalat dua rakaat saat memasuki masjid dengan niat shalat wajib (Subuh, misalnya), ia mendapat pahala sunah tahiyyat al-masjid.

Hal tersebut karena inti dari tahiyyat al-masjid ialah pelaksanaan shalat sebelum duduk di masjid. Dan, maksud itu telah terpenuhi dengan shalat wajib atau sunah apa pun selain tahiyyat al-masjid.

Namun, Syekh Ali Jum'ah menegaskan pahala dari penggabungan itu tidak bersifat utuh. Mereka yang menggabungkan niat puasa qadha dengan sunah Syawal itu hanya memperoleh pahala dari pokok sunah berpuasa.

Lantas, manakah yang didahulukan antara mengqadha puasa Ramadhan atau melaksanakan puasa enam hari Syawal?

Guru Besar Fikih Universitas Qassim Arab Saudi Khalid bin Abdullah al-Mushlih mengatakan, lebih baik mendahulukan qadha Ramadhan sebelum berpuasa sunah Syawal.

Ia lantas menjelaskan perbedaan di kalangan mazhab fikih seputar hukum mana yang lebih didahulukan antara kedua puasa itu.

Pendapat mayoritas ulama menyatakan, tak jadi soal berpuasa sunah Syawal sebelum membayar puasa Ramadhan. Kendati dalam kubu ini ada yang mengatakan boleh secara mutlak atau boleh dengan disertai makruh.

Mazhab Hanafi mengatakan, qadha puasa tidak mesti dibayar secara langsung seusai Ramadhan. Waktu pelaksanaannya cukup luas.

Karena itu, mazhab yang berafiliasi pada Imam Abu Hanifah tersebut membolehkannya mutlak. Ini juga merupakan salah satu riwayat pendapat dari Ahmad.

Dalam pandangan Mazhab Maliki dan Syafi'i, kebolehan tersebut tidak berlaku mutlak. Ada unsur makruh di sana.
Ini lantaran berpuasa sunah Syawal berdampak pada kesibukan menjalankan ibadah sunah sementara puasa qadha tertunda.

Argumentasi kelompok pertama ini merujuk pada ayat 185 surah al-Baqarah. Ayat itu tidak memberikan batasan waktu kapankah qadha tersebut mesti dibayar.

Ini diperkuat dengan riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah. Istri Rasulullah tersebut mengqadha puasa semampunya tanpa harus dibatasi waktu. Akan tetapi, ia tidak membayar puasa Ramadhan ketika Sya'ban tiba.

Sedangkan, menurut kelompok kedua, yaitu Mazhab Hambali, haram hukumnya berpuasa sunah Syawal sementera ketika itu ia belum membayar puasa Ramadhan yang terlewat.

Pendapat ini merujuk pada hadis lemah riwayat Ahmad dari Abu Hurairah. Riwayat ini menyatakan, mereka yang berpuasa sunah, sementara masih berutang puasa wajib, maka puasanya itu tidak diterima.

Jenna Govan: Islam Begitu Sederhana dan Logis

Senin, 19 Agustus 2013, 19:23 WIB

Mualaf (ilustrasi).REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Jenna Govan lahir dan besar di Australia. Orang tuanya bercerai ketika ia remaja. Sejak itu, ia dididik ibunya.

Secara psikologis, perceraian orang tuanya memberikan pengaruh. Namun, ketelatenan ibunya mendekatkan Jenna dengan agama sangat membantu.

Bersama ibu dan adiknya, ia rutin pergi ke gereja setiap Ahad. Jenna juga aktif menjalani aktivitas gereja. Selama menjalani aktivitas itu, ia mengagumi kisah-kisah para Nabi. Namun, pemahaman agama yang masuk dalam pemikirannya adalah berdoa hanya dilakukan di gereja.

Memasuki usia remaja, ibu Jenna kembali menikah. Pernikahan itu rupanya tidak membuat Jenna bahagia. Ia selalu bertengkar dengan ayah tirinya itu.

Ketika bertengkar, Jenna mulai melampiaskan kemarahannya dengan narkoba. Saat itu pula, ia mulai berkenalan dengan teman suaminya kelak yang seorang Muslim. Melalui dia, ia banyak mendapat pengetahuan tentang Islam dan Muslim.

Melalui pengetahuan yang didapatnya, Jenna kembali ingat tentang konsep Ketuhanan Yesus dari sudut pandang Kristen. Ketika membandingkan dengan pandangan Islam, ia menemukan satu fakta sederhana dan logis. Ia pun mengucapkan syahadat di usianya yang masih belia. Di saat bersamaan, ia dilamar seorang pria Melayu.

Ketika menjadi Muslim, Jenna banyak bergaul dengan komunitas Melayu di Australia. Sejujurnya ia sangat kurang nyaman dengan pandangan komunitas itu terhadap dirinya. Sejak itu, ia merasa terisolasi. Merasa terisoloasi, membuat Jenna kurang lepas dalam mempelajari Islam. Itu terlihat ketika ia merasa ragu ketika mencoba mengenakan jilbab. Ia semakin bingung bagaimana ia menjalani kehidupannya sebagai Muslim.

Pada satu fase memuncak, ia memutuskan meninggalkan suaminya. Rasa frustasi kembali mendera. Godaan menghabiskan waktu di dunia malam mulai datang. Alhamdulillah, Jenna ogah menyerah dengan gaya hidup yang dilarang Islam.

Selang beberapa lama, Jenna mulai menemukan kembali dirinya, ia kembali berteman dengan komunitas Muslim yang kali beragam. Bersama mereka, ia mempelajari Islam lebih intensif. Selanjutnya, Jenna kembali menikah dengan seorang pria Muslim. Ia juga kembali kuliah sembari mendalami Islam.

"Sejak itu, aku mencoba untuk membantu mereka yang menjadi mualaf,” kenang dia seperti dikutip onislam.net, Senin (19/8).

Pernikahan kali ini membuatnya begitu bahagia. Keluarga suaminya begitu mendukung usaha Jenna untuk menjadi Muslim yang kaffah. Kebahagiaan Jenna kembali bertambah ketika keluarganya mulai menerima statusnya sebagai Muslim. “Ibuku melihat banyak perubahan dalam diriku. Aku dinilai begitu bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang lebih baik,” tutup Jenna.

 Reporter : Agung Sasongko Redaktur : Karta Raharja Ucu

Caleg Australia Mundur Setelah Berkomentar Rasis Tentang Islam

Sabtu, 10 Agustus 2013, 21:46 WIB

Stephanie BanisterREPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang calon legislatif Australia, Stephanie Banister mundur dari pencalonannya setelah berkomentar rasis tentang Islam. Dia mendapat ejekan karena mengira Islam adalah sebuah negara.

Banister, 27 tahun, sebelumnya mencalonkan diri untuk Partai Satu Bangsa (One Nation Party) di Quennsland. Dia mencalonkan diri hanya selama 48 jam. Dalam wawancana, Banister kebingungan dengan istilah haram di Al-quran.
"Saya tidak menentang Islam sebagai sebuah negara, tapi saya merasa bahwa hukum mereka tidak boleh diterima di sini, di Australia," ujarnya dikutip BBC.

Dia menyatakan mundurSabtu (10/8). Menurutnya, wawancaranya yang mendapat editan, membuatnya terlihat cukup bodoh. "Saya ingin meminta maaf kepada One Nation, untuk teman-teman dan keluarga, untuk setiap malu yang saya buat pada mereka," ujarnya.
Karena komentar di wawancara itu, Banister mengatakan berada di bawah tekanan, termasuk ancaman terhadapnya dan keluarga. Ibu dua anak tersebut terkenal setelah ditangkap karena menempelkan stiker bertuliskan "Makanan Halal Danai Terorisme" pada produk Nestle yang dijual di supermarket.

Dia menghadapi tuduhan mencemari atau mengganggu barang yang dijual. Jika terbukti bersalah sebelum hari pemungutan suara, dia juga akan dilarang untuk pencalonan.

Reporter : Nur Aini Redaktur : Mansyur Faqih

Syekh Yusha Evans, Kisah Misionaris Memeluk Islam

Sabtu, 10 Agustus 2013, 06:08 WIB

Syekh Yusha EvansREPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha
Ia terperangah dan terpesona dengan Alquran yang dibacanya. Yusha begitu yakin akan kebenaran yang tercantum dalam kitab suci itu.

Suatu hari di musim panas 1996. Yusha Evans, seorang misionaris muda kedatangan seorang teman bernama Benjamin. Ia tak pernah menyangka, kehadiran temannya itu bakal menggoyahkan imannya. Sebuah pertanyaan tak terduga yang dilontarkan temannya membuatnya melepaskan keyakinannya sebagai seorang Kristen.

‘’Apakah kau pernah membaca seluruh isi Alkitab?’’ Tanya Benjamin.

‘’Apa maksudmu? Saya seorang misionaris Kristen dan bagaimana mungkin kau bertanya seperti itu padaku?’’ cetus Yusha.

‘’Apakah kau pernah membaca Alkitab seperti membaca sebuah novel: mengetahui tokoh-tokoh yang ada di dalamnya, mengetahui plot dan tempatnya serta tahu seluruh detail isinya?’’

Yusha mengaku tak pernah membaca Alkitab dengan cara itu. Lalu Benjamin menantangnya untuk membaca kembali Alkitab dari awal hingga akhir. Ia memintanya untuk membaca Alkitab selama beberapa bulan dan tidak menyentuh buku lain, kecuali Alkitab.

Maka mulailah Yusha membaca Alkitab dari Kejadian 1:1. Ia sangat tertarik dengan kisah para nabi. Dalam Alkitab, dikisahkan bahwa Nabi Nuh menyampaikan wahyu Allah, tapi tidak ada satupun umatnya yang mengikuti seruannya. Lalu Allah menghukum umat Nabi Nuh dengan mendatangkan banjir besar, dan hanya Nabi Nuh serta orang-orang yang naik ke kapal saja yang selamat.

Setelah banjir, seperti dikisahkan dalam Alkitab, Nabi Nuh  meminum anggur dan keluar dalam keadaan mabuk. Yusha mengaku sangat heran, mengapa Nuh seorang utusan Tuhan bisa bersikap seperti itu. 

‘’Tidak mungkin seorang nabi bersikap seperti itu. Maka saya tahu mengapa umat Nabi Nuh tidak mendengarkan apa yang ia sampaikan, karena ia mabuk,” kata Yusha kecewa.

Yusha  kembali melanjutkan bacaannya. Semakin dalam membaca, kian banyak ia  menemukan kesenjangan dalam Alkitab. Beberapa kisah nabi yang dibacanya justru tak mencerminkan nabi itu sebagai utusan Tuhan. Mereka malah seperti pelaku kriminal,  yang justru dicari-cari polisi.

Ia pun amat penasaran. Yusha lalu bertanya kepada pendeta di gereja tempat melakukan misa. Ia mempertanyakan banyak hal. Namun Yusha tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Para pendeta yang ditemuinya berkata, ‘’Janganlah ilmu pengetahuan yang sedikit mempengaruhi keyakinannya terhadap Yesus.’’

Yusha diminta agar tidak perlu mempelajari segala hal. Ia diminta hanya cukup percaya saja pada apa yang diajarkan. Sejumlah pendeta memintanya agar tidak membaca Perjanjian Lama. Alasannya, Alkitab tersebut sudah tidak lagi terpakai. Mereka  memintanya untuk membaca Perjanjian Baru.

Di dalam Perjanjian Baru, Yusha menemukan sebuah ayat yang menyebut bahwa Yesus berkata Tuhan itu satu. Dan hal tersebut terus diulang-ulang di ayat dan surat berikutnya dengan cara yang berbeda. Sama seperti ajaran Musa dalam 10 Perintah Allah, hal pertama yang diperintahkan adalah menyembah Allah dan tidak ada yang lain.

Yusha lalu mencari tahu mengenai Yesus. Ia menemukan ayat yang menyebutkan bahwa Yesus memerintahkan hal yang sama: menyembah satu Tuhan. Rasa penasarannya semakin menggebu. Ia pun mulai mempertanyakan tentang penyaliban Yesus. Dalam ajaran yang ia terima, Yesus dipaku pada bagian tangannya.

Dalam hatinya muncul kegamangan. Yusha berpendapat, hal tersebut sangatlah konyol. Seseorang yang telapak tangannya disalib tidak akan bertahan lama di atas tiang. Ia pun menyampaikan pendapatnya itu kepada para pendeta. Alih-alih mendapatkan jawaban, ia justru dilarang untuk melakukan khutbah Kristen di gerejanya.

Saat kondisi imannya sedang goyah, Benjamin kembali menemui Yusha. ‘’Aku telah membaca Alkitab berulang kali. Alitab itu pula dicetak berulang kali, namun selalu masih saja ada salah penulisan. Padahal, Tuhan itu sempurna. Ciptaannya pun sempurna dan kitabnya juga haruslah sempurna,’’ ujar Benjamin.

Sejak hari itu, Yusha melepas Kristen sebagai agama yang diyakininya. Ia memutuskan meninggalkan agamanya dan memilih untuk mencari agama lain. Ia mempelajari Buddha dan beberapa agama lain, termasuk Islam. Yusha juga sempat membaca sebuah buku tentang Islam, tetapi hal itu tidak membuatnya senang. Ia akhirnya tidak mengikuti satu agama dunia pun.

‘’Tuhan, jika Engkau tidak memberi saya petunjuk, maka saya akan mencari jalan sendiri,’’ Yusha memanjatkan sebuah doa. Saat itu, ia berusia 17 tahun.


****

Yusha Evans lahir dan besar di South Carolina, Amerika Serikat.  Ia dibesarkan oleh kakek (Indian Amerika) dan nenek (Irlandia) yang sangat konservatif. Kakek dan neneknya selalu mengajarkannya berdoa sebelum makan, sebelum tidur, tidak boleh menyalakan musik keras-keras, tidak membawa perempuan ke rumah.
‘’Itu yang saya pelajari di sekolah Minggu,’’ ujar Yusha. Masa kecilnya dihabiskan bersama nenek dan kakeknya. Menginjak usia 14 tahun, neneknya mengajak Yusha ke sebuah pelayanan Sabtu yang benar-benar berbeda dengan apa yang dialaminya di sekolah Minggu.

Di sana mereka bermain bola, voli, basket. Di pelayanan Sabtu, Yusha juga menemukan banyak makanan, kue, dan permen. Di kahir pertemuan, pastor yang memimpin acara itu mulai memberikan pengajaran tentang agama. Ia sangat menyukainya, karena tempat itu seperti sekolah normal.

Ketika berumur 15 tahun,  nenek Yusha meminta pastor muda yang biasa melayaninya di gereja untuk mengantarkan cucu kesayangannya itu ke sekolah. Yusha belum memiliki surat izin mengemudi (SIM),  sehingga belum boleh mengendarai mobil sendirian. Pastor yang usianya tiga tahun lebih tua dari Yusha itu menjadi teman baiknya.

Bersama pastor muda itu, Yusha diajak ke sebuah perkumpulan remaja yang bernama “Kehidupan Remaja”. Perkumpulan ini tidak seperti perkumpulan biasanya. ‘’Kelompok itu seperti yang kau lihat di televise. Ada orang bernyanyi dan bermain gitar. Khutbah yang dilakukan dalam kelompok itu tidak seperti khutbah yang ada gereja. Dalam menyampaikan khotbahnya, ia (pastor) berteriak-teriak dan menyampaikannya dengan lantang langsung ke orang-orang.’’

Hal ini sangat menarik bagi Yusha. Mereka mengajarkan Kristen dengan cara yang berbeda dari yang dipelajari saat masih kecil. Menginjak usia 16 tahun,  ia sudah tahu apa yang diinginkannya. Yusha ingin menjadi seorang misionaris. Sebagai seorang yang perfeksionis, ia ingin mendalami Kristen secara utuh. Ketika ia ingin sesuatu, maka apa yang ia lakukan harus terselesaikan.


****

Pada suatu hari, Yusha pergi ke New York bersama beberapa temannya. Di kota terbesar di dunia itu,  ia kehabisan uang dan memutuskan untuk mengambil uang dari sebuah mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Ketika mengambil uang, ia dirampok oleh orang-orang bersenjata.

Kejadian itu membuatnya sangat takut,  sehingga hari itu juga  Yushakembali ke rumah neneknya. Ia tidak menceritakan peristiwa yang menimpanya kepada sang nenek. Ia menyimpannya,  sampai akhirnya mendapatkan mimpi buruk.

Dalam mimpi itu, orang yang merampoknya di ATM menembaknya hingga mati. Lalu, ia melihat sesuatu tengah menantinya di sisi lain kehidupan. Ia tidak mengetahuinya.Yusha sangat ketakutan. Ia terbangun dari mimpinya sambil berteriak.

Sang nenek datang dan bertanya, ‘’Mengapa kau berteriak? Lalu, Yusha menceritakan segalanya, tentang perampokan dan mimpi yang dialaminya.

‘’Tuhan mempunyai satu rencana untukmu, percayalah,’’ ujar sang nenek.

‘’Lalu apa yang harus kulakukan?” tanyanya.

“Kau harus kembali pada-Nya. Kau harus mencari-Nya.”

Yusha pun linglung. Ia sudah mencari Tuhan kemana-mana, namun tidak menemukannya. Neneknya berkata, ‘’Tuhan tidak akan pergi kemana-mana, kau hanya perlu menemukannya.’’ Sang nenek tidak menyuruhnya untuk kembali ke gereja, hanya memintanya untuk mencari Tuhan.

Yusha mulai menjadi agnostik: mempercayai adanya Tuhan, namun tidak menganut agama apapun. Ia melakukan doa dengan caranya sendiri. Ia merasa jenuh dengan hal tersebut dan akhirnya memohon pada Tuhan, “Kalau Engkau ingin aku mengenal-Mu, maka bimbinglah aku.”

Sejak saat itu, ia tidak mau mendengar lagi apa yang harus dipercayainya. Tusha ingin melihat apa yang harus dipercayainya. Ia telah membaca banyak buku dan kitab agama lain, namun tidak satu pun yang sesuai dengan apa yang dipercayai olehnya.


****

Sampai pada suatu hari, Yusha berkunjung ke rumah seorang temannya bernama Musa yang beragama Islam. Selama bertahun-tahun Yusha mengenalnya, ia sama sekali tidak menyadari kalau temannya itu adalah seorang Muslim. Dalam pertemuan itu, mereka membicarakan tentang agama. Dari situlah, Yusha berkenalan dengan Islam yang sebenarnya.

Karena tidak mempercayai adanya komunitas Islam di lingkungannya, teman Afro-Amerika yang Muslim itu mengajak Yusha ke masjid, sebuah tempat yang tepat untuk menanyakan tentang Islam. Yusha selama ini tidak pernah menyadari bahwa di lingkungannya terdapat masjid. Apalagi letaknya tidak jauh dari gereja.

“Dan saya tidak menyadarinya!” ujarnya.

Ia lalu berkunjung ke masjid. Saat sedang menunggu Musa, seorang lelaki mendekatinya dan bertanya, ‘’ Apa sedang kau lakukan di sini?’’

‘’Aku sedang menunggu Musa.’’

‘’Musa tidak terlalu sering datang ke masjid. Namun, jika kau ingin melihat masjid, saya dengan senang hati akan mengantarkanmu.’’

Awalnya. Yusha merasa takut. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya untuk masuk ke masjid. Selama ini, pikirannya tentang Islam sangat buruk, namun pria itu memperlakukannya dengan sangat baik.

Ia pun masuk ke dalam masjid tersebut dan mendengarkan khutbah. Awalnya, ia berpikir bahwa lafal ayat-ayat dalam bahasa Arab yang disampaikan khatib bermaksud untuk membunuhnya. Namun, ketika khatib tersebut menerjemahkan kalimat-kalimat Arabnya, Yusha menyadari apa yang dikatakan khatib itu adalah tentang menyembah Tuhan yang satu.

Usai shalat Jumat, ia menemui khatib dan bertanya, ‘’Apa yang barusan kalian lakukan tadi?’’

‘’Tadi kami melaksanakan shalat, menyembah Allah.’’

Ketika sang khatib hendak menjelaskan kepada Yusha tentang Islam, ia segera memotongnya, ’’Saya tidak ingin penjelasan. Saya ingin bukti. Apabila memang agama Anda benar, maka buktikanlah.’’

Kakeknya pernah berkata pada Yusha. Ketika orang mengklaim sesuatu itu benar, maka perlu pembuktian. Karena Yusha meminta bukti pada khatib, ia lalu diajak ke ruangannya. Khatib itu memberikannya Alquran, kitab suci umat Islam. Lalu Yusha membawanya pulang dan membacanya.

Ia terperangah dan terpesona dengan Alquran yang dibacanya. Selama tiga hari, ia tidak dapat berhenti membacanya. Ia begitu meyakini kebenaran yang tercantum dalam Alquran. Hidayah Allah SWT memancar dalam kalbunya. Yusha pun bertekad untuk menjadi seorang Muslim.
Yusha kembali ke masjid dan menemui sang khatib. Lalu ia berkata, ’’Saya ingin menjadi Muslim.”

‘’Kau harus memahami satu hal lain apabila ingin menjadi seorang Muslim. Anda harus tahu tentang Nabi Muhammad SAW.’’

Yusha pun membaca tentang kisah Nabi Muhammad. Ia pun meyakini Muhammad sebagai utusan Allah. Pada Desember 1998,  Yusha yang bernama asli Joshua akhirnya memeluk Islam. ‘’Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.’’

Sejak itu, ia mempelajari Islam dari sejumlah ulama di Mesir dan Amerika Serikat.  Kini, Yusha menjadi seorang dai dan penceramah. Umat Islam di negeri Paman Sam memanggilnya, Syekh Yusha Evans. Ia berkhidmat di jalan Allah SWT, dengan menyebarkan ajaran Islam.

Sumber: islamevents.com/yushaevans.com

Redaktur : Heri Ruslan

Mukjizat Alquran Bikin Dr Shekharan Memeluk Islam

Kamis, 15 Agustus 2013, 14:51 WIB

Terjemahan AlquranREPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Tahun lalu, Dr Indu Chadra Shekharan begitu takjub dengan ceramah Mohammed Ali, Direktur rumah sakit tempat ia bekerja. Saat itu, Ali mengatakan Islam dalam bahasa Arab berarti penyerahan diri, tunduk dan perdamaian.

Perkataan itu yang selanjutnya menunjukan seorang Muslim sejati berkomitmen menjaga perdamaian dan stabilitas dunia. Dr Shekharan pun semakin kagum ketika Ali bercerita tentang Alquran.

Ia ingat betul, dan telah dibuktikannya sendiri, Alquran memiliki fakta-fakta empiris yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Hal ini sekaligus membuktikan Alquran bukanlah buatan Rasulullah Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam melainkan pencipta-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

"Tidak ada manusia yang bisa membuat Alquran. Banyak fakta ilmiah yang ditemukan dalam Alquran dan terbukti kebenarannya," katanya seperti dilansir Arabnews.com, Kamis (15/8).

Menurut Dr Shekharan, Alquran bukanlah kitab ilmu pengetahuan biasa melainkan sebuah kitab peringatan dan mukjizat. "Saya percaya, apa yang dikatakan dalam Alquran ini akan ditemukan para ilmuwan di abad-abad mendatang," katanya yang akhirnya memutuskan untuk menjadi Muslim.

Sebagai satu contoh, lanjutnya, teori Big Bang yang dijelaskan dalam Alquran. Lalu ada posisi gunung yang menjaga kestabilan bumi. Keindahan cerita lebah dan semut yang secara khusus dikisahkan dalam Alquran.

Melihat dari begitu luar biasanya mukjizat Alquran, Dr Shekharan mengajak umat Islam untuk mempelajarinya. Menjadikan Alquran sebagai panduan menciptakan harmonisasi dan perdamaian dunia. "Alquran menawarkan solusi kebutuhan atas manusia modern yang kerap dilanda konflik dan masalah," imbuh Dr Shekharan.

Dr Shekharan lahir dan dibesarkan dalam keluarga Hindu di Thiruvanandapuran, Kerala. Orang tuanya, profesor medis. Ia ibu dari dua anak.

Reporter : Agung Sasongko
Redaktur : Karta Raharja Ucu