Senin, 23 Juli 2012

Ramadhan, Bulan Penggemblengan Diri (1)



REPUBLIKA.CO.ID, Para ulama salaf sering melantunkan syair-syair yang mengekspresikan suka cita mereka menyambut Ramadhan. Seperti dalam sebuah syair yang berbunyi,
"Ramadhan telah tiba. Marhaban (selamat datang). Berbahagialah orang yang meraih kemenangan dan mempunyai kesemangatan yang kuat dalamnya. Bulan Ramadhan adalah madrasah pettmjuk, ketakwaan, kemuliaan, dan madrasah segala kebaikan yang bisa dicari dalamnya."
Genteng yang asalnya dari tanah liat yang diinjak- injak oleh kaki manusia. Tidak ada harganya. Namun, setelah tanah berubah menjadi genteng, ia diletakkan di bagian rumah yang paling atas, jauh di atas kepala, memberikan perlindungan
Ramadhan berasal dari akar kata bahasa Arab yang artinya 'panas membakar'. Panas membakar ini bisa berasal dari sinar matahari. Orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya.
Kebetulan bulan Ramadhan masa itu melalui masa panas akibat sengatan terik matahari. Apalagi bagi pejalan kaki di atas padang pasir pada masa itu.
Ramadhan bermakna panas membakar juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan minum seharian. Panas membakarnya bulan Ramadhan bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia. (Mukhtarus Shihah: 265 dan Tartib Qamus Muhith: 390).
Dari latar belakang ini, bulan Ramadhan yang senantiasa hadir setiap tahun pada dasamya adalah madrasah atau wahana untuk penggemblengan dan pemanasan diri agar manusia menjadi baik di antara khalayak manusia (hubungan horizontal) dan baik pula dengan Sang Pencipta, Allah SWT (hubungan vertikal).