Rabu, 06 Februari 2013

Pintu Kebahagiaan

Rabu, 06 Februari 2013, 01:01 WIB



REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung MA
Kebahagiaan (as-sa’adah) adalah harapan meski dipahami berbeda oleh setiap insan sesuai keyakinan dan pemahaman hidupnya. Karena itu, jalan yang ditempuh untuk meraihnya pun berbeda pula.
Kebahagian harus dicari dan diusahakan, tidak datang dengan sendirinya (QS.28:77).

Makna kebahagiaan seorang Muslim adalah pencapaian dunia dan akhirat, material dan spritual, individual dan sosial, emosional dan intlektual. Sebuah kebahagiaan yang utuh (integrated) dan menyeluruh (komprehensif).

Mahatma Gandhi pernah mengatakan .”Happiness is when what you think, what you say and what you do are in harmony”.(Kebahagian adalah ketika apa yang Anda pikirkan, katakan dan lakukan terdapat kesesuaian).
 
Imam Al-Gazali  membagi kesenangan manusia itu pada dua tingkatan yakni lazaat yaitu kepuasan (lezat) dan sa’adah (kebahagiaan). Yang pertama lebih pada aspek indrawi dan sesaat (material) sedangkan yang kedua pada aspek batini (rasa dan langgeng).

Puncak tertinggi dari kepuasan dan kebahagiaan manusia adalah ma’rifatullah yakni mengenal Allah. Kebahagiaan itu bergerak dalam ranah kalbu (rasa), tapi ekspresinya kongkrit berupa keceriaan, keindahan, kelapangan, ketaatan dan kemanfaatan hidup. 

Hati manusia adalah tempat berlabuhnya sifat ilahiyyah, maka setiap kata, sikap dan perilaku yang bersesuaian (yang tergambar dalam asma al-husna) akan menentramkan. Sebaliknya, segala yang bertentangan dengannya akan merisaukan. (QS.91:8-10),

Dalam sebuah Riwayat, Nabi saw berpesan : “Kebahagiaan manusia itu ada tiga dan deritanya pun ada tiga. Kebahagiaan itu adalah istri yang shalehah, rumah yang bagus dan kendaraan yang baik. Sedangkan derita manusia yaitu : istri yang jahat, rumah yang buruk dan kendaraan yang jelek”. (Hadits Riwayat. Ahmad dari Sa’ad bin Abi Waqash ra).

Pertama ; Istri shalehah (al-mar’atush shalihah).  Ia adalah jalan mendapatkan anak yang saleh dan rumah yang nyaman (keluarga sakinah).  Kriteria kesalehan istri adalah menyenangkan jika dipandang, merasa nyaman jika ditinggalkan, menjaga kehormatan, harta dan patuh jika diperintahkan (HR. Al-Hakim dan An-Nasai).

Agama menuntun agar menikah karena agamanya, bukan karena kecantikan dan hartanya sebab akan membuatnya binasa dan durhaka (sombong). “Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri salehah”.  (Hadits Riwayat Muslim dari Abdullah bin Umar). 

Kedua ; Rumah yang bagus (al-maskanush shalih).  Dalam riwayat lain dijelaskan dengan “rumah besar yang banyak didatangi tamu” (ad-daru takuunu waasi’atan katsiroh al-marofiqi).

Rumah tidak hanya tempat berteduh dari panasnya terik matahari dan dinginnya udara malam serta melepaskan lelah. Tapi ia juga tempat  membangun kehidupan keluarga dan  pemimpin umat masa depan.

Rumah adalah tempat menyusun strategi perjuangan dakwah dan sumber inspirasi meraih kesuksesan. Baitii jannatii (rumahku adalah surgaku). Demikian Nabi saw.

Secara fisik, rumah yang bagus adalah besar, lega, bersih dan indah dengan pekarangan  tertata rapi. Tapi, secara sosial ia terbuka menerima tamu (silaturrahim) terutama orang-orang lemah (dhuafa dan mustad’afin).

Secara spritual ia menjadi tempat dilantunkan ayat suci Al-Qur’an, mengkaji dan mengajarkannya kepada anak-anak (madrasah), ditegakkan shalat dan untuk taqarrub kepada Allah.  

Ketiga ; Kenderaan yang baik (al-markabush shalih).  Kendaraan adalah simbol status sosial, mobilitas dan interaksi sosial dalam mencari keberuntungan hidup. Kendaraan adalah alat untuk mencapai tujuan dengan cepat, mudah, aman dan nyaman.

Jika kita menempuh perjalanan dengan kendaraan yang bagus, ber-AC, harum dan cepat, maka perjalanan akan mudah dan menyenangkan. Ketika panas terik tak berkeringat, ketika hujan tak kebasahan, takkala angin kencang tak terhempaskan. 

Tapi, jangan lupa kendaraan juga harus bermafaat dalam membangun umat, menolong sesama dan mempermudah jalan dakwah. Ketiga pintu kebahagiaan tersebut merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Jika salah satunya tiada, yang lain tak bermakna. 

Kita mesti sadari, ketiga hal tersebut bukan tujuan hidup, tapi hanya sarana untuk meraih kebahagiaan hakiki, yakni berjumpa dengan Allah kelak di surga.  

Jika ketiga hal itu sebagai faktor eksternal, maka kebahagiaan harus ditopang dengan kualitas internal yakni dikokohkan dengan pondasi keimanan, buka pintunya dengan kunci keikhlasan, hiasi dengan pengharum kesyukuran.

Selain itu, pagari dengan tembok kesabaran, isi dengan mebeler ilmu pengetahuan dan selalu bersihkan dengan sapu ketauhidanAllahu a’lam bish-shawab.

Redaktur : Damanhuri Zuhri            

Ini Doa Terbaik Masuk Surga

Minggu, 27 Januari 2013, 06:51 WIB 


REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb

Ustaz, setahu saya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan sebaik-baiknya doa istighfar yang disebut dengan sayyidul istighfar. Hal yang ingin saya tanyakan, adakah doa yang paling baik un tuk memohon masuk surga dan mohon supaya dijauhkan dari api neraka?

Zainal Kautsar M, Banjarnegara

Waalaikumussalam wr wb
Sungguh Allah SWT sangat menyukai orang yang selalu berdoa penuh harap dalam meminta kepada-Nya. Dan, Allah menganggap sombong orang yang tidak berdoa dan meminta kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan, Tuhanmu ber firman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembah- Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (QS Ghafir [40]:60).

Doa untuk memohon surga dan agar dijauhkan dari siksaan neraka sangat banyak dan beragam redaksi yang dapat dipilih. Berdoa juga kalau tidak bisa dalam bahasa Arab dapat dila kukan dengan bahasa sendiri. Hal yang penting adalah kita berdoa dengan kesadaran sepenuh hati, kerendahan diri, dan penuh pengharapan kepada Allah SWT karena Allah Maha Mengetahui dan Maha mendengar. Di antara doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah:

Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkannya doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu seluruh kebaikan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang lambat (di akhirat), baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari seluruh kejelekan, baik yang cepat maupun yang lambat, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan apa saja yang dimohonkan oleh hamba-Mu dan nabi-Mu (Muhammad SAW). Dan, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang dimohonkan perlindungannya oleh hamba-Mu dan nabi-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pada-Mu surga dan setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan dari setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Dan, aku mohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketentuan yang Engkau tentukan untukku adalah kebaikan.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Allah SWT dan Rasul-Nya juga mengajarkan bahwa dalam berdoa harus bertawasul dengan menyebut asma Allah yang agung karena dengan itu doa lebih cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Sambil tetap berhati-hati terhadap penyimpangan menggunakan asma-Nya. Allah SWT menegaskan, “Hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf [7]:180).

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan, Dari Anas, ia berkata, “Saya pernah duduk bersama Rasulullah SAW dalam suatu halaqah, sedangkan seorang laki-laki melaksanakan shalat, dan ketika rukuk dan sujud, kemudian dia duduk dan membaca tasyahud, lalu ia berdoa dengan membaca, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dengan perantara bahwa Engkaulah pemilik segala puji, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Penyayang, pencipta langit dan bumi, ya Allah, Maha Gagah lagi Maha Mulia, ya Allah, Tuhan yang Mahahidup dan berdiri sendiri, ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu.’ Maka, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, ‘Apakah kalian tahu dengan apa ia berdoa?’ Mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung yang jika orang berdoa kepada-Nya dengan nama itu maka akan dikabulkan-Nya dan jika orang me minta kepada-Nya dengan nama itu maka akan diberikannya.’” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ketika hendak berdoa kepada Allah SWT mulailah dengan memuji dan mengagungkan Allah SWT lewat asma-Nya kemudian mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan baru memohon keperluan kita.

Dengan memulai doa lewat memuji dan mengagungkan Allah SWT dan diikuti dengan penghambaan diri kepada-Nya serta pengakuan akan kekurangan dan kelemahan diri di hadapan-Nya maka itu tentu lebih baik daripada orang yang langsung meminta dan memohon keperluannya. Dan, itulah yang dilakukan oleh para nabi Allah, seperti Adam AS yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS al-A’raf [7]:23).


Wallahu a’lam bish shawab.

Ustaz Bachtiar Nasir

Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaknya dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya.((HR. Muslim))


















 

Shalat Fajar, Qabliyah Subuh, Qiyamul Lail, dan Tahajud

Minggu, 03 Februari 2013, 14:07 WIB
 
REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb
Ustaz, apa beda antara shalat Fajar dengan sunah Qabliyah Subuh? Dan, apa beda shalat Tahajud dengan shalat qiyamul lail? Karena ada yang mengatakan antara shalat itu berbeda. Mohon penjelasannya.

Warni Hs - Denpasar

Waalaikumussalam wr wb
Yang dimaksud shalat Fajar adalah shalat Subuh, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Jadi, shalat Fajar dan shalat Subuh adalah dua nama untuk satu shalat fardhu yang waktunya dimulai dari terbitnya fajar hingga terbitnya matahari.

Jabir bin Samurah meriwayatkan sesungguhnya di antara kebiasaan Nabi adalah duduk di tempat shalatnya setelah shalat Fajar (Subuh) sampai matahari agak meninggi. (Hadits Riwayat Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Ketika shalat Fajar (Subuh) pada hari Jumat, Nabi saw membaca Alif Lam Mim (surah as-Sajdah) dan Hal ata ‘ala al-insan hinum mina al-dahri (surah al-Insan). (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam kedua hadis tersebut, yang dimaksudkan dengan shalat Fajar adalah shalat Subuh. Dan, shalat Subuh mempunyai shalat sunah rawatib yang dilakukan sebelumnya, yaitu sebanyak dua rakaat dan shalat ini selalu dilakukan oleh Nabi saw.

Shalat sunah rawatib sebelum Subuh inilah yang disebut shalat sunah Fajar dan dinamakan juga shalat sunah Subuh atau sunah dua rakaat Fajar (rak’ataa al-fajr).

Dari Aisyah ra, ia berkata, “Nabi saw tidak melakukan satu pun shalat sunah secara berkesinambungan melebihi dua rakaat (shalat rawatib) Subuh.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi, shalat sunah Fajar, shalat sunah Qabliyah Subuh, atau shalat sunah dua rakaat Fajar adalah nama untuk satu shalat sunah yang dilakukan sebelum shalat Subuh sebanyak dua rakaat.

Sedangkan, qiyamul lail adalah menggunakan waktu malam atau sebagiannya meskipun sebentar untuk shalat, membaca Alquran atau berzikir kepada Allah SWT, dan tidak disyaratkan untuk menggunakan seluruh waktu malam.

Dalam Ensiklopedi Fikih Kuwai disebutkan maksud dari qiyam adalah menyibukkan diri pada sebagian besar malam dengan ketaatan, tilawah Alquran, mendengar hadis, bertasbih atau bershalawat.

Jadi, qiyamul lail berlaku umum untuk shalat atau ibadah lainnya yang dilakukan pada malam hari, baik sebelum tidur atau setelah tidur, termasuk shalat Tahajud. Sedangkan, Tahajud adalah khusus untuk shalat malam.

Sebagian ulama mengatakan, Tahajud itu berlaku umum untuk seluruh shalat malam. Sedangkan menurut sebagian ulama lain, Tahajud adalah shalat malam yang dilakukan setelah tidur terlebih dahulu.

Dalam tafisrnya, Imam al-Qurthubi mengatakan, Tahajud adalah bangun setelah tidur (haajid), kemudian menjadi nama shalat karena seseorang bangun untuk mengerjakan shalat, maka Tahajud adalah mendirikan shalat usai tidur.
Hal yang sama dikatakan oleh al-Aswad, al-Qamah, dan Abdurrahman bin al-Aswad.

Ustaz Bachtiar Nasir

Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap((HR Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi))



David Sanford Scherer: Takbir yang Menggetarkan (1)

Selasa, 05 Februari 2013, 10:22 WIB
REPUBLIKA.CO.ID -- Gema takbir di malam Idul Fitri 20 tahun silam, menggetarkan hati David Sanford Scherer. Kalimat yang mengagungkan sang Khalik itu membuatnya merinding.

Cahaya iman pun menyala dalam hatinya. Seketika itu pula, pria kelahiran Yokohama, Jepang itu memutuskan memeluk Islam.

''Langsung saya bilang mau masuk Islam. Alhamdulillah, di malam takbiran itu saya memeluk Islam,'' ujar ayah dua anak itu kepada Republika di sela-sela acara pengajian yang digelar Mushala Al-Muhajirin, Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

Tak hanya gema takbir yang membuatnya memeluk Islam. Suara azan yang berkumandang lima kali sehari juga menjadi pembuka pintu hidayah. Pengusaha catering terkemuka di Pulau Dewata itu mengaku selalu merinding setiap kali mendengar takbir di malam hari raya.

''Makanya, malam takbiran saya nggak di Bali. Biasanya ke Jakarta. Metua saya di Ciputat,''papar suami dari Indriani Kuntowati itu menjelaskan.

David hijrah ke Indonesia bersama orang tuanya pada 1980-an. Kedua orang tuanya mencoba berbagai usaha hingga akhirnya menetap di kawasan Menteng Dalam.

Seperti halnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama, David pun mulai mengenal puasa, shalat, serta takbir dari lingkungan masyarakat Menteng Dalam.

Ia amat bersyukur menjadi seorang Muslim. Menurut David, umumnya orang Indonesia terlahir sebagai seorang Muslim. Namun, kata dia, mualaf umumnya lebih cepat memahami, menjiwai serta mengamalkan ajaran Islam.

''Itu, karena para mualaf menyadari Islam agama terbaik,'' ungkap aktivis tadabbur Alquran bersama Ar-Rahman Quranic Learning Center Bali. Ia mengatakan untuk dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik, para orang tua harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya.

Seringkali, kata dia, orang tua menyuruh anak-anaknya mengaji, sementara mereka tidak melakukannya. Padahal, contoh terbaik dimulai dari orang tua di rumah.

Kebaikan apa saja, kata David, bila dicontohkan orang tua dengan baik, akan diikuti anak. Kalau cuma perintah dan orang tua tidak melakukannya, sulit dilaksanakan dengan baik.

Sebagai seorang Muslim, David berupaya menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya. David tak pernah henti bersyukur. Semangat menjalankan ajaran Islam yang dilakukannya diikuti kedua anaknya.

Bersama putranya waktu itu, ia berhasil mewujudkan mushala di sekolah anaknya waktu itu. ''Alhamdulillah, ini semua berkat rahmat Allah SWT, sehingga memudahkan siapa pun melaksanapakan ibadah,'' ungkap David penuh syukur.

Redaktur : Damanhuri Zuhri


Sebaik-baik menjenguk orang sakit adalah berdiri sebentar (tidak berlama-lama) dan ta'ziah (melayat ke rumah duka) cukup sekali saja.((HR. Ad-Dailami))