Rabu, 24 April 2013

Turunnya Al maidah: 3 (Detik-detik terakhir Kehidupan SAW)

Turunnya Al maidah: 3 (Detik-detik terakhir Kehidupan SAW)  


Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aalii Muhammad semua selalu tercurah bagi Rasulullah saw..
Diriwayatkan, bahwa setelah turun wahyu Al quran Surat Almaidah ayat 3, menangislah Umar bin Khattab ra. Maka Nabi SAW berkata kepadanya : ” apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis hai Umar ? ” tanya RAsulullah. Umar menjawab : “kita semua sudah berada dalam Agama yang sempurna. Tetapi bila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan, maka diatas itu tidak ada lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran:. Nabi menukas: benar engkau!”.

Ayat almaidah 3 diturunkan di padang arafah pada hari jumat sesudah Ashar, yakni di saat nabi berkendaraan di atas untanya. sesudah itu apa-apa yang berkenaan dengan perintah- perintah yang fardhu tidak turun- turun lagi dari langit.

pada mulanya Nabi tidak mampu untuk mendugaduga kemungkinan- kemungkinan yang terselip dalam arti yang di atas sehingga beliau  hanya terengah dan bertelekan di atas untanya saja. Unta pun berhenti terhenyak dan malaikat jibril pun datanglah sambil berkata kepada nabi: “Ya Muhammad! HAri ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Dari itu, kumpulkanlah semua sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa saya tidak akan turun- turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudaj hari ini!”.

maka pulanglah Nabi dari Makkah jembali ke MAdinah. dan di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakanlah ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril padanya itu.
semua sahabat menjadi gembira mendengarnya kecuali Abu Bakar ra, dan para sahabat itu berkata : “Telah sempurnalah agama kita!” Tetapi Abu Bakar Asshidiq ra pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih. dikuncinya pintu rumahnya dan ia pun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal itu didengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu bakar assidiq ra.

- Sahabat bertanya: ” kenapa kerjamu menangis saja hai Abu bakar di saat orang lain semua bersuka ria, bukankah Tuhan telah menyempurnakan agama kita?”.
- Abu bakar sidiq ra menjawab: “Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai kepada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya. Dalam ayat terbayang perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib HAsan Husein yang akan menjadi anak yatim, serta para isteri NAbi yang menjadi janda.”

MEndengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu bakar sidik itu oleh para tetangga yang lain dan mereka ini datang langsung kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau tentang hakikat kejadian yang sebenarnya.

” YA RAsul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami hanya mendengar pekik tangis mereka belaka”. Mendengar itu berubahlah wajah RAsulullah dan ia pun bertanya : ” Apakah yang kalian tangiskan?” menjawablah Ali: ” Abu bakar sidik berkata kepada kami: ” Sesungguhnya saya mendengar angin kematian RAsulullah berdesir melalui ayat ini,” dan bukankah daoat dijadikan bukti ayat ini bagi kematian engkau?”.

Nabi menjawab: “Benarlah Abu bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa kepergianku dari atara kamu semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kamu semua.”
Penegasan nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu bakar seorang yang paling arif di antara para sahabat Nabi. Dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan NAbi itu ia pun berteriak dan lantas jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menajdi gelisah; mereka semua ketakutan dan menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhluk-makhluk yang melata di bumi. HEwan- hewan di daratan dan di lautan semuanya turut berkabung berduka cita. KEmudian Nabi bersalam berjabat tangan dengan satu demi satu para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliau pun menangislah sambil memberikan amanah nasihat kepada mereka semua.

SEtelah turun ayat Alquran yang terakhir itu NAbi Muhammad SAW menjalani hidupnya 81 hari lagi. Ya, demikianlah setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil menagis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi di samping itu juga khutbah yang mengungkapkan harapan- harapan dan peringatan- peringatan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya setelah dekat waktu wafatnya Rasulullah, beliau memerintahkan bilal supaya adzan, memanggil manusia sholat berjamaah. Maka berkumpullah kaum muhajirin dan Anshor ke masjid Rasulullah SAW. Setelah selesai sholat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji da nsanjung kepada Allah SWT. Dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati dan mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain:
” Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan Bapa yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah ia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan KISAS  kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti.”

sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin’, ia berdiri di hadapan Rasulullah sambil berkata: “Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya RAsul Allah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku berani tampil untuk memperkenankannya. sesuai dengan permintaanmu. Dulu aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. KEmudian Engkau  mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri?”.
Rasulullah menjawab: ” Maha suci Allah ya ‘Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud memukul engaku dengan sengaja”.
Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, supaya Fatimah memberikan kepadaku cambukku”., kata beliau. Bilal segera ke luar masjid dengan tangannya diletakkannya di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian: “inilah Rasulullah memberikan kesempatan kisas terhadap dirinya!” diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam: ” Siapakah di luar?” “saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah” jawab Bilal.
- ” Apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya fatimah ke Bilal.
- ” Ya fatimah! ayahmu memberikan kewempatan kepada orang untuk mengambil kisas atas dirinya” Bilal mengaskan.
- ” Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengisas RAsulullah?” tukas fatimah keheranan.
Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan RAsulullah pun menyerahkannya ke tangan Ukasyah.
Tatkala hal itu dilihat Abu bakar sidik dan Umar ra, keduanya berkata kepada ‘Ukasyah: ” Hai Ukasyah! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul-kisaslah kami berdua, dan jangan sekali- kali engkau pukul RAsulullah saw!” Rasulullah menyela dengan katanya: ” Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”.
Kemudian berdiri pula Ali bin Abi tholib sambil berkata: “Hai ukasyah! saya ini sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!” Nabi menukas pula: ” Allah telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”. Kemudian tampil pula kedua kakak beradik, HAsan dan husein. ” Hai Ukasyah! bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung RAsulullah, dan kisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengkisas Rasulullah sendiri!”. Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau: ” Duduklah kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!”.
Dan akhirnya Nabi berkata:
“hai Ukasyah! pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil kisas!”
“ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku”, kata ukasyah. Lantas tanpa bicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum muslimin yang hadir sambil menangis.
maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekat tubuh Nabi dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata:
“Tebusanmu Rohku ya RAsul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengisas engkau ya Rasul Allah? sayasengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”.
Akhirnya berkatalah Nabi SAW:
“Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yang ingin melihat penduduk syurga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini.”
Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai mencium Ukasyah diantara kedua matanya. dan mereka berkata: ” Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!”.
YA Allah! demi kemuliaan dan kebesaran Engkau mudahkan jugalah kami mendapatkan Syafaatnya RAsulullah saw di negeri akhirat yang abadi! amin! (Mau’idzatul Hasanah)

(Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah.1974.KH FIrdaus AN. Jakarta: PEdoman Ilmu jaya.)

Tidak ada komentar: