Senin, 11 Maret 2013

RAHASIA SHALAT

الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقنهم ينفقون البقرة:4

Tiga hal utama yang harus dilakukan hamba Allah SWT ketika menjadi orang Islam, yaitu beriman (Syahadat), menyembah (shalat), beramal (Shadaqah). Iman kepada Allah SWT sebagai asas pokok setiap agama, sedangkan Tauhid Ilahi menjadi inti ajaran Islam. Keimanan dapat diwujudkan menjadi sebuah keyakinan dalam hati setiap hamba jika dimanifestasikan dalam bentuk amal ibadah. Shalat sebagai salah satu sarana yang utama untuk mewujudkan keimanan menjadi suatu keyakinan yang nyata akan wujud Allah SWT. Karena itulah shalat harus diamalkan secara rohani dan jasmani, hal ini dimaksudkan sebagai,

a. Bentuk rasa syukur yang ditunjukan ruh dan tubuh, atas nikmat yang diberikan
b. Permohonan pertolongan, kareana ruh dan tubuh juga memilki kelemahan
c. Pengaruh ruh terhadap tubuh, hati senang wajah akan berseri
d. Sebagai teladan bagi lingkungan, memberi tarbiyat bagi yang melihat
Shalat harus kita amalkan sesuai makna yang terkandung didalamnya. Perintah mengerjakan shalat fardhu adalah ويقيمون الصلاة yang memiliki makna sebagai berikut,
1. Dawam, الذين هم على صلاتهم دآئمون [Al Ma’arij: 23]
Mengerjakan shalat harus secara dawam tanpa sekalipun ditinggalkan. Shalat yang kadang-kadang ditinggalkan, bukanlah shalat namanya menurut Islam. Karena shalat bukanlah amal yang tergantung olerh masa, bahkan baru dianggap amal yang sempurna jika shalat dikerjakan sejak pertama taubat atau diwaktu baligh sampai meninggal dunia tidak ditinggalkan sekalipun.
Orang-orang yang biasa meninggalkan shalat dimasa itu, semua shalatnya tidak akan diterima. Jadi kewajiban seorang muslim ialah apabila ia telah baligh atau taubat, maka dari saat itu hingga meninggal janganlah meninggalkan shalat, karena shalat adalah pengganti ziarah kepada Allah SWT. Dan barang siapa enggan bertemu dengan yang dicintainya, berarti dia menyatakan sendiri bahwa cintanya bohong.
2. Khusyu’, الذين هم فى صلاتهم خاشعون [Al Mu’minun: 3]
Dalam mengerjakan shalat harus sempurna, yaitu sesuai dengan syarat-syaratnya yang zahir dan peraturan syang sudah ditetapkan. Contohnya ketika sedang sehat dan ada air, maka dia harus mengambil air wudhu baru shalat, dan wudhunya juga harus dikerjakan sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan syari’at. Shalatpun harus dikerjakan dalam waktu yang tepat, gerakan sholat harus tuma’ninah, do’a-do’a dan ayat-ayatnya dibaca dengan sebaik-baiknya sesuai tempatnya. Ringkasnya semua syarat dan rukun shalat dekerjakan dengan setertib-tertibnya.
Disini juga harus diperhatikan walaupun menurut syariat, shalat harus dikerjakan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, tetapi bukan berarti jika terpaksa syarat-syaratnya tidak lengkap lantas shalat boleh ditinggalkan. Bagaimanapun juga shalat harus didahulukan daripada syarat-syaratnya. Apabila tidak ada kain yang bersih boleh memakai kain yang kotor. Apalagi hanya sekedar ragu-ragu apakah kain bersih atau tidak karena anak-anaknya, atau ketika dalam perjalanan tidak mungkin ada kebersihan seratus persen lantas meninggalkan shalat, semua ini adalah was-was syaitan.
“Allah Ta’ala tidak memberatkan seseoarang melebihi kemampuannya” [Al Baqarah: 286]. Perintah Allah SWT adalah selama syarat-syarat masih bisa disempurnakan, meninggalkannya adalah dosa. Tatapi apabila syarat-syarat tidak mungkin bisa disempurnakan, lalu meninggalkan shalat adalah dosa. Ini semua adalah halangan, jadi harus berhati-hati benar.
3. Memelihara, Menegakkan, والذين هم على صلوتهم يحافظون [Al Mu’minun: 9]
Terkadang shalat terganggu karena pengaruh dirinya atau lingkungan sekitar yang membelokkan perhatiannya dari shalat kepada pikiran yang lain. Sudah menjadi tabiat manusia, pikiran berubah-ubah jika ada yang mempengaruhinya.
Pengaruh ini timbul bisa karena tekanan kesedihan, kegembiraan atau kondisi lain yang menyebabkan pikirannya melayang dari satu hal ke hal lain yang amat berbeda keadaannya. Suara, gerak-gerik orang, bau busuk atau harum, tempat dia shalat atau hal-hal lain semacam ini dapat memalingkan perhatiannya. Apabila ia tidak dapat mengendalikan pikiran, maka hal ini aka sangat menyusahkannya sehingga ia lupa bacaan dan gerakan shalatnya. Oleh karena itu kita harus berusaha dan jangan sampai putus asa jika keadaan ini masih sering kita alami dalam shalat. Kita harus meningkatkan kesempuranaan sholat agar memperoleh kemajuan. Jika kita berkorban berjuang sekuat tenaga supaya pikiran tidak melayang kian kemari dalam shalat, yaitu mengerjakannya dengan penuh perhatian, maka Allah SWT tidak akan mensia-siakan shalat kita. Bahkan akan menerimanya dan memandang orang yang selalu menegakkan shalat itu akan masuk dalam golongan orang-orang mutaqi.
4. Menganjurkan, Mengajak, وامر اهلك بالصلوة واصطبر عليها [Thaha: 133]
Biasanya suatu pekerjaan terus dilaksanakan jika dibiasakan dalam kalangan orang banyak dan menggerakan orang-orang supaya terus mengerjakannya. Jadi Yuqimunasshalat bukan hanya dirinya sendiri yang mengerjakan tetapi menganjurkan, mengajak, memberi nasihat dan pengertian kepada orang lain supaya ikut mengerjakannya.
5. Berjamaah, واذا كنت فيهم فأقمت لهم الصلوة [An Nisa: 103]
Shalat berjamaah pada saat sekarang sudah banyak ditinggalkan, inilah yang menjadi salah satu sebab besar terjadinya perpecahan, persengketaan dalam kalangan kaum muslim. Sebenarnya begitu banyak berkat yang Allah Ta’ala sediakan untuk ibadah ini, baik untuk pribadi atau untuk bersama. Dalam Al Qur an sendiri, perintah shalat adalah dengan berjamaah, kecuali ada halangan yang tidak bisa dihindari. Jadi shalat berjamaah adalah salah satu tiang agama yang begitu penting.
Seseorang yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa uzur karena sakit atau safar, lupa atau tidak ada teman, maka shalatnya batal dan dianggap meninggalkan shalat.
Dalam Al Qur an karim dimana saja ada perintah shalat senantiasa perintah itu dengan perkataan Aqimusshalata “kamu (kalian) tegakkanlah shalat”Sekali-kali tidak pernah dengan perkataan sholu “sembahyanglam kamu (kau).
Hal ini merukan keterangan yang sudah sangat jelas bahwa, shalat fardhu wajib dikerjakan dengan berjamaah dan boleh tidak berjamaah jika ada halangan yang tidak dapat dihindari. Seperti halnya orang boleh shalat sambil duduk jika tidak kuat berdiri, tetapi akan berdosa jika ia kuat berdiri shalat sambil duduk, demikian pulalah akan berdosa orang yang tidak shalat berjamaah padahal ada kelonggaran. Banyak orang karena kelalaiannya tidak mengerjakan shalat berjamaah, sehingga terhalang pahala yang sangat besar.
6. Sigap, Semangat, فويل للمصلينلا الذين هم عن صلاتهم ساهون [Al Maun: 5-6]
Dalam mengerjakan shalat harus dengan kesigapan, penuh perhatian, tidak boleh lalai dan bermalas-malasan. Sebagaimana Allah SWT melarang umat Islam melaksanakan shalat jika dalam keadaan malas ولا يأتون الصلوة الا وهم كسلى “Dan janganlah kamu mendekati shalat jika dalam keadaan malas”[At Taubat:54]. Inilah sebabnya Rosulullah SAW memerintahkan mengerjakan shalat dengan tidak bersandar, meletak tangan (lengan) kelantai waktu sujud, sebaliknya Rosulullah SAW menyuruh meratakan punggung waktu ruku’, meluruskan kaki waktu tegak atau ruku’, membagi berat badan keatas kaki, lutut, tapak tangan dan kening sambil merenggangkan pinggang dan perut dari paha dan menegakkan anak jari kaki sambil menghadapkannya kekiblat diwaktu sujud. Jika semua ini dilakukan dengan benar akan menimbulkan sikap siap, sigap dan perhatian sehingga menghilangkan kantuk dan kemalasan. Inilah sebabnyasebelum shalat juga diperintahkan mengambil air wudhu, supaya kepala serta anggota badan yang lainnya merasa sejuk dan dingin yang akan menimbulkan kesigapan dan kebulatan fikiran yang fokus pada shalat.
Ketika mengerjakan shalat harus dalam keadaan sadar, dan mengerti apa yang kita kerjakan dan ucapkan. Seperti diperintahkan dalam Al Qur an: يايها الذين امنوا لا تقربو الصلوة وانتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون “Hai orang-ortang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat disaat kamu mabuk, sehingga kamu tidak mengetahui apa yang kamu ucapkan”. [An Nisa:43]. Tetapi bukan berarti bahwa ketika sedang tidak sadar lantas tidak boleh shalat, justru hindarkanlah keadaan ini ketika akan shalat. inilah sebabnya mengapa diserukan adzan untuk memanggil umat muslim shalat yang dimaksudkan supaya orang meninggalkan kesibukannya dan mempersiapkan dirinya untuk shalat. Dan melaksanakan shalat sunat, serta berzikir dimasjid sambil menunggu shalat berjamaah.
Jika semua ini diamalkan maka lenyaplah kemalasan zahir dan batin. Dengan persiapan sebelum shalat, yaitu dengan meninggalkan pekerjaannya, mengambil air wudhu, kemudian berangkat ke masjid lalu shalat sunat, berzikir, maka ketika melaksanakan shalat fardhu berjamaah akan lebih fojkus dan penuh perhatian.
Supaya lebih focus dalam shalat, Rosulullah SAW melarang hambanya shalat jika sedang ada hajat buang air kecil atau air besar. Begitu pula ada sabda beliau SAW, “Apabila makan malam sudah dihidangkan dan waktu Isya telah tiba, maka makanlan dulu”. Disini diisyarahkan bahwa dengan terhidangnya makanan, pikiran akan tertuju pada makanan, oleh karena itu lebih baik makan dulu baru shalat.
Allah SWT memperingatkan orang-orang mukmin supaya tidak shalat dalam kondisi “malas” [At Taubat: 54], dan “lalai” [Al Ma’un: 5], akan tetapi harus selalu “menjaga” [Al Mu’minun: 10] sholatnya sehingga mampu mencapai derajat “khusyu’” dan menjadi orang-orang mukmin yang memperoleh “keberhasilan” [Al Mu’minun: 2].

Tidak ada komentar: