Kamis, 27 Desember 2012

Realisasi Cinta Kepada Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam


 Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Jamaah Jumat rahimakumullah, marilah kita kenang, kita ingat kembali, dua sifat agung yang merupakan pangkat dan keagungan khusus bagi umat Islam, bagi hadirin jamaah Jumat, khusus bagi kita yang beriman. Dua sifat itu adalah syukur dan sabar.
Dari saat yang mulia ini dan seterusnya sampai akhir hayat, marilah tetap kita sandang dua sifat itu, “syukur dan sabar”. Dalam kesempatan kali ini, setelah mensyukuri hidayah iman, Islam, dan taqwa, marilah kita sedikit membahas “Cinta kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, serta sabar dalam menegakkan sunah beliau.
Saat ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak di antara mereka yang mengadakan acara ritual keagamaan sebagai manifestasi rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perintah agama. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam itu kita ekspresikan secara serampangan dan tanpa mengindahkan syariat agama, maka bukannya pahala yang kita terima, tetapi malahan dapat menuai dosa.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ ، وَوَالِدِهِ ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya, dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)
Dengan mengacu pada hadis shahih di atas, dapat kita ambil poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa harus cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?, apa tanda-tanda cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?,

Pertama, Kewajiban Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

Hadis shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini, meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri‘. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.”
Oleh karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum sampai pada tingkat ini maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman hakiki sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu ‘anhu , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الإِيْمَان أَنْ يَكُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya…
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.

Kedua, Mengapa kita harus mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan agamanya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya.
Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Adapun cinta keluarga, istri dan anak-anak, maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya hari kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri, dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada istri, anak-anak, dan harta benda duniawi, maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam .
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Ketiga, tanda-tanda Cinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

Cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
Menaati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam manakala mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada istri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menerjang berbagai kemungkaran, maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
Menolong dan mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan menyosialisasikan, menyebarkan, dan mengagungkan sunah-sunahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunahnya. Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur, dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran, dan zuhudnya dsb.
Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hal shalawat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab: “Ucapkanlah:
اَاللهُم صَلِّي عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّد
Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad.” (HR. Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).
Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radhiallahu ‘anhum, dan segenap orang-orang yang disebutkan hadis bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan, dan sesuatu lainnya.
Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menaati beliau, sabar dalam menghidupkan sunah-sunahnya, mengikuti beliau dalam segala hal, mencintai beliau, dan orang-orang yang dicintainya dan bershalawat kepadanya. Mencintai beliau bukanlah dengan melakukan aktifitas, perayaan-perayaan khusus yang sama sekali tidak pernah beliau ajarkan, sebab hal itu sama saja dengan menyelisihi perintah dan ketetapannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan dosa dan maksiat kepadanya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita keimanan dan rasa cinta yang tinggi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga segala apa yang telah beliau tetapkan dapat kita terima dan laksanakan tanpa ada keberatan sedikitpun.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ.

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

download ebook khotbah Realisasi Cinta Kepada Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam (298)

Read more about sunnah mulia by null

Tidak ada komentar: