Rabu, 29 Februari 2012

Islam Bukan Agama Revolusi



TRIBUNNEWS.COM - Islam berkembang dibawah dakwah Rasulullah SAW kemudian diteruskan oleh para pengikutnya secara berangsur-angsur. Tahap demi tahap, step by step yang mereka lalui untuk memperjuangkan dakwah Islam itu sendiri. Islam adalah agama dakwah bukan agama revolusi yang didalamnya terdapat kudeta yang berprinsip siapa yang kuat dia yang menang. Seperti yang kita saksikan sekarang dari kejadian revolusi yang paling dekat dengan catatan sejarah umat manusia adalah berupa kudeta-kudeta atau mengadakan perubahan drastis dengan cara mengandalkan power (kekuatan) semata. Jadi, eksistensi revolusi selalu tunduk kepada kaidah siapa yang kuat dia yang menang.
Islam tidak mengenal revolusi dalam mengembangkan dakwah Islam. Sehingga tidak ada alasan mengatakan bahwa Islam berkembang dengan tumpahan darah. Dengan demikian Islam tidak mengenal ciri-ciri revolusi sebagai berikut:
Pemaksaan dan Pengorbanan Kebebasan Pribadi
Dalam revolusi tidak ada hak untuk pribadi-pribadi dalam masyarakat untuk menolaknya, pendapat mereka tidak dihargai, baik ketika berlangsungnya revolusi atau setelah revolusi. Dalam situasi revolusi manusia tidak dapat hidup secara normal. Disebabkan oleh kebebasan-kebebasan pribadi lenyap begitu saja. Tidak ada kesempatan untuk menulis, membaca, mengarang, berkumpul, berdiskusi dan lain-lainnya.
Akan tetapi dalam Islam tidak dikenal seperti itu. Dalam Islam tidak berlaku hukum rimba (siapa yang kuat dia yang menang). Bahkan jangankan seperti itu pemaksaan saja dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutdan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.al-Baqarah:256).
Begitulah indahnya Islam, hingga dalam menyebarkannya pun dilarang adanya pemaksaan. Sikap toleransi sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Namun sikap tersebut hanya berlaku dalam hal muamalah, sosial dan hubungan bermasyarakat. Toleransi tidak berlaku dalam hal aqidah (keyakinan) dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Maka Allah SWT berfirman: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (1), Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (2), Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3), Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4), dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5), Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (6)”. (Q.S.al-Kafirun:1-6).
Setiap revolusi selalu menyandarkan pada power fisik dan bergerak atas nama undang-undang dan kepentingan rakyat. Padahal semuanya adalah dusta, revolusi hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu saja yaitu para penguasa dan antek-anteknya (pengikutnya). Revolusi bergerak dengan mengadakan perombakan secara paksa dalam segala bidang demi tercapainnya tujuan-tujuan yang diinginkan. Karena menyadari berapa sulitnya merubah tatanan masyarakat yang sudah ada. Bahkan sudah mengakar sebagai adat-istiadat dan budaya, andaikan mampu itupun membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena merubah itu bukan hal yang gampang, jangankan orang lain diri kita pribadi saja susah dan sulit untuk dirubah. Padahal Allah SWT berfirman tidak akan mengubah sesuatu sehingga mereka mau merubahnya sendiri. Tentunya semua itu dengan ikhtiar (usaha) dan do’a kepada Allah SWT.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S.ar-Ra’d:11).
Namun, Nabi Muhammad SAW mampu merubah masyarakat jahiliyah kepada Islamiyah dalam jangka waktu 23 tahun. Bisa membentuk masyarakat yang Islami sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya, tentunya semua itu dengan izin Allah SWT dan usaha yang keras. Kenapa dan mengapa bisa terjadi hal yang seperti itu? Karena satu kata dan perbuatan dalam setiap tindak dan tanduknya. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2), Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3)”. (Q.S.ash-Shaff:2-3).
Pengaruh Lingkungan
Segala revolusi yang sekalipun semuanya mengandung unsur-unsur yang mendadak dalam merombak struktur yang ada sampai keakar-akarnya. Dengan cara yang tidak manusiawi yang membasmi seluruh kawan dan lawan. Demi untuk mengamankan revolusi dan kelanggengan, tetapi tujuan akhirnya adalah hanya terbatas pada lingkungan setempat dan golongan tertentu.
Nilai-nilai yang digembar-gemborkan kaum revolusioner hanya sekadar slogan semata seperti kebebasan, keadilan sosial, kemerdekaan dan lain-lain. Semuanya hanya berlaku pada lingkungan tertentu saja tidak untuk semua manusia. Akan tetapi tidak dengan Islam, Islam adalah Rahmatan Lil’alamin. Sesuai dengan firmanNya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S.al-Anbiya:107).
Ketiga ciri pokok revolusi sungguh bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Islam hadir di setiap tempat tidak mengadakan perombakan secara mendadak. Islam tidak pernah menghancurkan tatanan masyarakat yang ada secara radikal. Dalam mencapai tujuan dakwah Islam tidak memakai yang tidak manusiawi demi kelangsungan dakwah Islam. Pun, Islam tidak berpihak hanya satu golongan, akan tetapi seluruh manusia yang ada di jagat raya ini.
Penulis: Mahasiswa SI Dakwah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta/Jubir Perkumpulan mahasiswa bumoe Aceh (Peuhaba) UMY.

Tidak ada komentar: