Jumat, 10 Juni 2011

Ittiba Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Sebagai Perwujudan Konsekwensi Syahadatain,

Ittiba Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Sebagai Perwujudan Konsekwensi Syahadatain, 

Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yg telah dikaruniakan kepada kita. Nikmat yg Allah karuniakan kepada kita sangat banyak & yg tdk dapat kita hitung. Allah berfirman:
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) & segala apa yg kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim & sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim: 34)
Menurut Imam Ibnul Qayyim, nikmat terbagi menjadi dua.
Pertama: Nikmat mutlaqah (mutlak). Yaitu nikmat Islam, iman, hidup berlandaskan sunnah, terhindar dari marabahaya. Hal ini dilimpahkan oleh Allah hanya kepada orang-orang mukmin, yg mereka mencintai Allah.
Kedua: Nikmat muqayyadah (terbatas). Yaitu nikmat sehat, rizki, keturunan, makanan, tempat tinggal & lain sebagainya. Nikmat ini diberikan oleh Allah, tdk hanya bagi kaum Mukminin, namun juga kepada orang-orang kafir & munafiqin, sebagai bukti bahwa Allah adalah Maha Pemurah kepada setiap hambaNya, baik yg taat maupun yg ingkar.
Kita wajib bersyukur kepada Allah atas nikmat yg telah diberikan kepada kita, berupa nikmat Islam & nikmat berada di atas Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yg mulia, serta nikmat ‘afiat & keselamatan.
Setiap orang yg meyakini Islam sebagai agamanya, pd hakikatnya telah menyatakan persaksian & pengakuannya dg dua kalimat syahadat
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
(asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah). Artinya, aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak diibadahi dg benar kecuali Allah, & aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Demikian juga halnya dg orang yg hendak masuk Islam, maka dia wajib mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (asyhadu an laa ilaha illallah), yg berarti “aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak diibadahi dg benar kecuali Allah”, mengandung makna laa ma’buda bi haqqin ilallah لاَ مَعْبُوْدَ بِِِِِحَقٍّ إِلاَّ اللهُ (tidak ada yg berhak disembah dg benar kecuali hanya Allah Azza wa Jalla).
Adapun makna syahadat Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ adalah, tdk ada yg diikuti dg benar kecuali hanya Muhammad Rasulullah. Oleh karena itu, mengikuti selain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa dalil, berarti telah mengikuti kebatilan. Allah berfirman:

اتَّبِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
Ikutilah apa yg diturunkan kepadamu dari Rabb-mu & janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya, amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (al A’raaf: 3).
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tdk beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yg mereka perselisihkan. Kemudian mereka tdk merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yg kamu berikan, & mereka menerima dg sepenuhnya. (an Nisaa’: 65)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mukmin & tdk (pula) bagi perempuan yg mukmin, apabila Allah & RasulNya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah & RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata. (al Ahzaab: 36).
Syahadat Muhammad Rasulullah mengandung konsekuensi sebagai berikut:
a. طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ , yaitu mentaati yg diperintahkan oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalilnya antara lain:
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Barangsiapa taat kepada Allah & RasulNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yg mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; & itulah kemenangan yg besar. (an Nisaa’:13).
b. تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ , yaitu membenarkan yg beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sampaikan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَءَامِنُوا بِرَسُولِهِ
Hai orang-orang yg beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah & berimanlah kepada RasulNya. . . (al Hadiid: 28).
c. اجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَ زَجَرَ , yaitu menjauhkan diri dari yg beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam larang.

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
…Dan apa yg diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (al Hasyr: 7).
d. أَنْ لاَ يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ , yaitu tdk beribadah kepada Allah melainkan sesuai dg cara yg telah disyariatkan. Dengan kata lain, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yg beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam syari’atkan.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31).
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada jin & manusia, & kita diperintahkan utk beriman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam & ittiba’ kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan nikmat yg besar bagi kaum Mukminin, sebagaimana Allah berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yg beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yg membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, & mengajarkan kepada mereka al Kitab & al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yg nyata. (Ali ‘Imran: 164).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata,”Kebahagiaan itu disebabkan karena mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan kesesatan & celaka disebabkan karena menyalahi petunjuk beliau. Sesungguhnya, setiap kebaikan di alam semesta ini, baik yg sifatnya umum / khusus, sumbernya dari diutusnya Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu juga semua kejelekan di alam semesta yg menimpa manusia, disebabkan penyimpangannya terhadap petunjuk Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam & tdk mengetahui apa yg dibawa beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahwasanya kebahagiaan manusia dalam kehidupan dunia & akhirat disebabkan ittiba’ (mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam). Risalah kenabian dibutuhkan oleh seluruh makhluk. Kebutuhan mereka kepada diutusnya Rasulullah di atas seluruh kebutuhan. Diutusnya Nabi Muhammad merupakan ruh bagi alam semesta, cahaya & kehidupan. ”
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallamjuga berkata,”Ar Risalah (diutusnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) merupakan kebutuhan yg sangat penting utk memperbaiki kehidupan seorang hamba dalam hidupnya ini di dunia & juga kelak di akhirat. Sebagaimana seorang hamba, dia tdk akan baik utk kehidupan akhiratnya melainkan dg mengikuti risalah, yaitu risalah Nabi Muhammad. Sebagaimana juga seorang hamba, dia tdk akan baik dalam kehidupan dunianya, melainkan dg ittiba’ risalah. Sesungguhnya manusia sangat membutuhkan kepada agama ini, karena dia hidup di antara dua gerak; (yaitu) gerak yg mendatangkan manfaat baginya & gerak yg dapat menolak bahaya baginya. Adapun syar’iat itu, adalah cahaya yg dapat menjelaskan apa-apa yg bermanfaat baginya & apa-apa yg berbahaya. Syari’at Islam yg dibawa oleh Nabi Muhammad utk menjelaskan apa-apa yg bermanfaat bagi manusia, & menjelaskan pula tentang apa yg berbahaya. Dan syari’at ini adalah cahaya Allah di muka bumi ini, merupakan keadilan Allah di antara hamba-hambanya, & benteng Allah yg sangat kokoh. Barangsiapa yg masuk ke dalamnya, maka dia akan aman. Yang dimaksud dg syari’at ini, bukan hanya sekedar membedakan yg bahaya & manfaat dg perasaan. Sebab kalau hanya dg perasaan, maka hewan pun bisa membedakannya, keledai & unta pun bisa membedakannya. Bahkan unta dapat membedakan debu dg tepung. Tetapi yg dimaksud disini, ialah membedakan antara manfaat iman, tauhid, keadilan, kebaikan, jujur, amanah, sabar, amar ma’ruf nahi munkar, silaturahmi, berbuat baik kepada kedua orang tua & tetangga, memenuhi hak, mengikhlaskan amal semata-mata karena Allah, tawakal kepadaNya, ridha dg qadha & qadharNya, tunduk kepada hakNya, taat kepada perintahNya, loyal kepada wali-wali Allah & memusuhi musuh-musuhNya, & seterusnya. ”
Apa yg kalian sembah? Dan bagaimana kalian menjawab seruan / mengikuti para rasul?
Imam Ibnul Qayyim, dalam muqadimmah kitabnya, Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ’Ibad , beliau menjelaskan tentang makna dua kalimat syahadat:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (asyhadu an laa ilaha illallah) yg berarti, aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak diibadahi dg benar kecuali Allah.
Kalimat ini, yg dengannya tegak bumi & langit, yg dengannya Allah menciptakan seluruh makhluk & mengutus seluruh rasul. Dengan kalimat ini, Allah menurunkan kitab-kitabNya, Allah menetapkan syariat-syariatNya. Dan dg kalimat ini, Allah menegakkan timbanganNya, Allah meletakkan semua catatan amal. Dan dengannya manusia digiring ke surga / ke neraka. Dengan kalimat ini, manusia terbagi menjadi dua. Yaitu mukminin (orang-orang yg beriman) & kufar (orang-orang yg kafir), orang-orang yg baik & yg jahat.
Kalimat ini merupakan sumber dari ciptaan & perintah, ganjaran & siksa. Kalimat ini merupakan kalimat yg hak, yg dengannya Allah menciptakan seluruh makhluk. Dan tentang kalimat ini & hak-haknya terhadap kalimat ini, manusia akan hisab. Dengan kalimat ini, kiblat & agama ini ditegakkan, dihunusnya pedang & ditegakkannya jihad fi sabilillah. Dan ia merupakan hak Allah yg wajib dipenuhi oleh seluruh hambaNya.
Kalimat Laa ilaha illallah, merupakan kalimat Islam, & kunci utk masuk ke surga. Dengan kalimat ini, seluruh makhluk yg pertama & terakhir akan ditanya oleh Allah, serta tdk akan bergeser kedua kaki hambaNya pd Hari Kiamat di hadapan Allah, sehingga dia ditanya oleh Allah tentang dua masalah:
Pertama, مَاذَا كُنْتُمْ تَعْبُدُوْنَ ؟ (apa yg kalian sembah?). Kedua, وَمَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِيْنَ ؟ (bagaimana kalian memenuhi panggilan para utusanKu (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam))?
Jawaban yg pertama, yaitu dg mengimani kalimat Laa ilaha illallah, dg mengucapkannya, mengetahuinya & mengamalkannya. Jawaban yg kedua, yaitu dg mengimani bahwa Muhammad adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dg mengucapkannya, menetapkannya, dg mentaati & tunduk kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba & utusanNya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yg amanah atas wahyu yg diturunkan Allah kepadanya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang yg terbimbing dari seluruh makhluk yg ada. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusan Allah kepada para hambaNya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus dg membawa agama yg lurus, dg manhaj yg lurus, sebagai rahmat bagi sekalian alam, sebagai imam bagi orang-orang yg bertaqwa, sebagai hujjah (bukti) kebenaran atas seluruh makhlukNya. Allah mengutus beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika terjadi masa kekosongan para Rasul. Allah tunjuki dengannya jalan yg paling lurus, & jalan yg paling jelas. Allah wajibkan atas seluruh hambaNya utk mentaati, menolong, membantu, menghormati, mencintai beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam & menegakkan hak-hak atas beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua jalan akan ditutup oleh Allah, kecuali jalan yg ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada jalan yg dapat membawa seseorang masuk ke dalam surga, kecuali dg mengikuti jalan yg ditempuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah menjadikan kerendahan & kehinaan bagi orang-orang yg menyelisihi jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau:
بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ بَيْنَ يَدِي السَّاعَةِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَ جُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي ، وَ جُعِلَ الذِّلَةُ وَ الصَّغاَرُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ ، وَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Aku diutus dg pedang di hadapan Kiamat, sehingga Allah disembah semata, tdk ada sekutu bagiNya, & dijadikan rizkiku di bawah naungan panahku, dijadikan kehinaan & kerendahan bagi orang-orang yg menyalahi perintahku. Barangsiapa yg menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka. (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya, II/50, 92; sanadnya hasan, dari sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma . Dihasankan oleh al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalany dalam Fathul Bari, VI/98).
Di dalam muqadimmah kitab tersebut, Ibnul Qayyim menjelaskan secara tuntas tentang makna dua kalimat syahadat. Beliau menegaskan, setiap makhluk akan ditanya oleh Allah tentang dua masalah besar & penting. Yaitu, apa yg kalian sembah, & bagaimana kalian memenuhi panggilan para utusanKu (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam)?
Disebutkan dalam firman Allah:
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
Maka sesungguhnya, Kami akan menanyai ummat-ummat yg telah diutus rasul-rasul kepada mereka, & sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (al A’raaf: 6).
Firman Allah:
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: “Bagaimana jawabanmu terhadap seruan para Rasul?” (al Qashash: 65).
Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah? Apakah kita mentauhidkan Allah dalam beribadah? Apakah kita mengikhlaskan setiap amal ibadah karenaNya? Hal ini merupakan perkara besar yg akan ditanyakan oleh Allah kepada seluruh hambaNya.
Adapun pertanyaan yg kedua, apakah kita ittiba` (mengikuti/meneladani) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ataukah tidak? Hal inipun merupakan pertanyaan besar yg akan ditanyakan Allah kepada seluruh hambaNya pd Hari Kiamat. Oleh karenanya, wajib bagi kita utk ittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Billahi taufiq.
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296)
Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

 

Tidak ada komentar: