Jumat, 10 Juni 2011

Jika Hendak Berdakwah!

Jika Hendak Berdakwah!

Dakwah, adalah satu ibadah yg sangat agung, ladang utk menuai pahala, & tugas sangat mulia yg Allah embankan di pundak para rasul & orang-orang yg mengikuti mereka dg baik sampai hari kiamat, para pengembannya merupakan manusia-manusia terbaik perkataanya. Akan tetapi banyak yg tdk memahami makna serta tujuan dakwah yg sebenarnya, sehingga tdk mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapi justru mengajak kepada selain-Nya. Ada yg mengajak kepada kelompok & golongan tertentu. Ada yg menjadikan dakwah sebagai sarana utk mencari dunia & popularitas. Bahkan ada dg tujuan utk merekrut massa (pengikut). Maka, bagaimanakah tujuan dakwah yg sebenarnya, serta apa saja yg harus diperhatikan oleh seorang dai ketika ia berdakwah? Simaklah uraian berikut ini.
Dakwah ilallah, adalah mengajak kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala, kepada syariat-Nya, & melarang semua yg menyelisihinya, baik yg berupa akidah, perbuatan, perkataan maupun akhlak.
Tujuan utama dakwah, ialah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Memberi petunjuk kepada manusia & menjelaskan kebenaran kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji pengemban amanah dakwah dg firman-Nya:
"Kamu adalah umat yg terbaik yg dilahirkan utk manusia, menyuruh kepada yg ma'ruf, & mencegah dari yg munkar, & beriman kepada Allah" (Ali 'Imrân/3: 110)
Maka memerintahkan yg ma'ruf & melarang yg mungkar adalah satu bentuk dakwah Ilallah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yg ma'ruf & mencegah dari yg munkar; merekalah orang-orang yg beruntung" (Ali 'Imrân/3: 104)
Dakwah merupakan tugas utama para rasul, lebih khusus lagi Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku & orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dg hujjah yg nyata, Maha Suci Allah, & aku tiada termasuk orang-orang yg musyrik" (Yûsuf/12:108)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengajak para hamba-Nya menuju kebaikan, kebahagiaan & kepada jannah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), & menunjuki orang yg dikehendaki-Nya kepada jalan yg lurus (Islam)" { Yunus/10: 25)
Dan firman-Nya:
Dia menyeru kamu utk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu & menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yg ditentukan. (Qs. Ibrâhîm/14: 10).
Dan firman-Nya:
". . sedang Allah mengajak ke surga & ampunan dg izin-Nya" (al-Baqarah/2: 221)
yaitu Allah mengajak manusia utk masuk ke dalam agama-Nya & selalu taat kepada-Nya agar mereka mendapatkan kebahagiaan & keselamatan dunia akhirat.
Apabila kita mencermati perintah & larangan yg terdapat di dalam Al-Qur`ân, maka kita mendapatkan kandungan makna yg agung ini. Artinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala & Rasul-Nya serta kaum mukminin mengajak kepada kebaikan serta kebahagiaan dunia akhirat. Sebaliknya, setan & bala tentaranya selalu mengajak kepada neraka & kebinasaan dunia akhirat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yg menyala-nyala" (Fâthir/35: 6)
Dan sebagaimana dikhabarkan oleh Rasulullah dg sabdanya:
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا
"Para dai yg berdiri di tepi neraka jahannam; siapa yg mentaatinya akan terjerumus ke dalamnya" (HR Bukhâri)
Maka berhati-hatilah dari para dai tersebut, & marilah kita kembali kepada al-haq. Dakwah Ilallah memiliki pilar-pilar yg dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur`ân & dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits-haditsnya. Di antara pilar serta syarat yg terpenting adalah:
Pertama: Seorang dai, hendaklah membekali diri dg ilmu. Apabila seorang dai mengajak kepada Islam, hendaklah ia memiliki pengetahuan tentang Islam; karena mustahil seseorang mengajak kepada sesuatu yg ia tdk mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku & orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dg hujjah yg nyata". (Yûsuf /12: 108)
Makna dari "bashirah" adalah ilmu serta pengetahuan yg sempurna terhadap apa yg ia dakwahkan. Demikian itulah wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu ketika beliau mengutusnya menuju khaibar. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ
"Berangkatlah menuju tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam. Beritahukanlah hak-hak Allah yg wajib mereka tunaikan" (HR Bukhâri)
Maksudnya, jelaskan kepada mereka tentang hakikat Islam dg sejelas-jelasnya, karena terkadang seseorang berada di atas kesesatan tetapi menganggap berada di atas kebenaran, sehingga perlu adanya penjelasan. Dan ini, tdk mungkin dilakukan oleh orang yg jahil yg tdk mengetahui hakikat kebenaran, karena ia tdk memiliki kemampuan utk membantah syubhat-syubhat & menjelaskan kesesatan mereka.
Kedua: Hendaklah tujuan utamanya ialah ikhlas karena Allah & hanya meraih ridha Allah, serta memberikan manfaat kepada orang lain, bukan karena riya', sum'ah, ingin mendapat ketenaran & keinginan pribadi lainnya. Apabila seorang dai mengedapankan hal-hal tersebut, maka dakwahnya bukan mengajak kepada Allah tetapi mengajak kepada dirinya, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Aku mengajak (kamu) kepada Allah" (Yûsuf/12: 108)
Dakwah juga bukan mengajak kepada golongan & kelompok serta madzhab tertentu, / selain ajaran Rasulullah. Demikian pula, dakwah bukanlah sarana utk mencari dunia. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tdk meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu," (al-Furqân/25: 57)
Ketiga. Memulai dg yg terpenting.
Masalah terpenting di dalam agama Islam adalah masalah aqidah. Oleh sebab itu, seorang dai hendaklah memulai dakwahnya dg menjelaskan aqidah yg benar sebelum dia menyampaikan yg lainnya. Inilah yg diwasiatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
"Sesunguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada syahadat La Ilaha Illallah wa Anna Muhammadar-Rasulullah. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan zakat yg diambil dari orang-orang kaya & dibagikan utk orang miskin" (HR Bukhâri)
Demikian pula para rasul sepakat dakwah pertama yg mereka sampaikan adalah tauhid. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sembahlah Allah & janganlah kamu mempersekutukan-Nya dg sesuatu pun" (an-Nisâ`/4:36)
Oleh karena itu, setiap dakwah yg tdk mengutamakan tauhid padahal banyak manusia yg terjerumus ke dalam perbuatan syirik dg berbagai macam bentuknya, maka telah menyelisihi dakwah para rasul & tdk akan membuahkan hasil.
Keempat: Berusaha mengamalkan ilmu yg ia miliki sebelum menyampaikan kepada orang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (al-Baqarah/2: 44)
Allah juga berfirman:

"Wahai orang-orang yg beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yg tdk kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tdk kamu kerjakan" (ash-Shaf/61: 2-3)
Kelima: Berhias diri dg kesabaran.
Seorang dai hendaklah bersabar atas gangguan yg ia dapatkan di jalan dakwah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yg beriman & mengerjakan amal shalih & nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran & nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran" (al-'Ashr:1-3)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman mengisahkan tentang perkataan Luqmân kepada anaknya:
"Hai anakku, dirikanlah shalat & suruhlah (manusia) mengerjakan yg baik & cegahlah (mereka) dari perbuatan yg mungkar & bersabarlah terhadap apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yg demikian itu termasuk hal-hal yg diwajibkan (oleh Allah)" (Luqmân/31: 17)
Keenam: Tidak putus asa dalam dakwahnya.
Seorang dai hendaklah tdk putus asa dalam menyampaikan dakwahnya kepada manusia sekalipun memerlukan waktu yg lama, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisahkan tentang Ashabu Assabti
"Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yg Allah akan membinasakan mereka / mengadzab mereka dg adzab yg amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu, & supaya mereka bertakwa". (al-A'râf/7: 164)
Kesabaran dalam berdakwah akan membuahkan dua hal.
Pertama. Apabila menerima maka itu petunjuk bagi manusia dg dakwahnya tersebut.
Kedua. Apabila mereka menolak maka lepaslah tanggung jawab dari pundak seorang dai, karena tugas utamanya ialah menyampaikan kebenaran; adapun hidayah maka hanya di tangan Allah Azza wa Jalla
Demikian, beberapa perkara yg harus diketahui oleh seorang dai sebelum ia berdakwah. Mudah-mudahan bermanfaat.
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016)
Penulis: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzân al-Fauzân & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: