Jumat, 10 Juni 2011

Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah Secara Ijmal Mengenai Sifat-Sifat Allah,

Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qthani
Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan sifat-sifat Allah Ta'ala, tanpa ta'thil, tamtsil, tahrif, & takyif. Mereka mempercayainya sebagaimana tersebut dalam nash Al-Qur'an & Al-Hadits.
. Tahrif
Tahrif secara bahasa berarti merubah & mengganti. Menurut pengertian syar'i berarti: merubah lafazh Al-Asma'ul Husna & Sifat-sifat-Nya Yang Maha Tinggi, / makna-maknanya. Tahrif ini dibagi menjadi dua:
Pertama:
Tahrif dg cara menambah, mengurangi, / merubah bentuk lafazh. Contohnya adalah ucapan kaum Jahmiyah, & orang-orang yg mengikuti pemahaman mereka, bahwa istawa Adalah istaula Disini ada penambahan huruf lam. Demikian pula perkataan orang-orang Yahudi, "Hinthah ketika mereka diperintah utk mengatakan "Hiththah" Contoh lain adalah perkataan Ahli Bid'ah yg memanshubkan lafazh Allah dalam ayat:
"Artinya: Dan Allah berbicara kepada Musa dg langsung. "(An-Nisa': 164).
Kedua:
Merubah makna. Artinya, tetap membiarkan lafazh sebagaimana aslinya, tetapi melakukan perubahan terhadap maknanya. Contohnya adalah perkataan Ahli Bid'ah yg menafsirkan Ghadhab (marah), dg iradatul intiqam (keinginan utk membalas dendam); Rahmah (kasih sayang), dg iradatul in' am (keinginan utk memberi nikmat); & Al-Yadu (tangan), dg an-ni'mah (nikmat).
. Ta'thil
Ta'thil secara bahasa berarti meniadakan. Adapun menurut pengertian syar'i adalah: Meniadakan sifat-sifat Ilahiyah dari Allah Ta'ala, mengingkari keberadaan sifat-sifat tersebut pd Dzat-Nya, / mengingkari sebagian darinya. Jadi, perbedaan antara tahrif & ta'thil yaitu: ta'thil adalah penafian suatu makna yg benar, yg ditunjukkan oleh Al-Qur'an & As-Sunnah, sedangkan tahrif adalah penafsiran nash-nash Al-Qur'an & As-Sunnah dg interpretasi yg bathil.
MACAM-MACAM TA'THIL
Ta'thil ada bermacam-macam.
(a). Penolakan terhadap Allah atas kesempurnaan sifat-Nya yg suci, dg cara meniadakan Asma' & Sifat-sifat-Nya, / sebagian dari-nya, sebagaimana yg dilakukan oleh para penganut paham Jahmiyah & Mu'tazilah.
(b). Meninggalkan muamalah dengan-Nya, yaitu dg cara meninggalkan ibadah kepada-Nya, baik secara total maupun sebagian, / dg cara beribadah kepada selain-Nya di samping beribadah kepada-Nya.
(c). Meniadakan pencipta bagi makhluk. Contohnya adalah pendapat orang-orang yg mengata-kan: Sesungguhnya, alamlah yg menciptakan segala sesuatu & yg mengatur dg sendirinya.
Jadi, setiap orang yg melakukan tahrif pasti juga melakukan ta'thil, akan tetapi tdk semua orang yg melakukan ta'thil melakukan tahrif. Barangsiapa yg menetapkan suatu makna yg batil & menafikan suatu makna yg benar, maka ia seorang pelaku tahrif sekaligus pelaku ta'thil. Adapun orang yg menafikan sifat, maka ia seorang mu'athil, (pelaku ta'thil), tetapi bukan muharif, (pelaku tahrif).
. Takyif
Takyif artinya bertanya dg kaifa, (bagaimana). Adapun yg dimaksud takyif di sini adalah menentukan & memastikan hakekat suatu sifat, dg menetapkan bentuk/keadaan tertentu untuknya. Meniadakan bentuk/keadaan bukanlah berarti masa bodoh terhadap makna yg dikandung dalam sifat-sifat tersebut, sebab makna tersebut diketahui dari bahasa Arab. Inilah paham yg dianut oleh kaum salaf, sebagaimana dituturkan oleh Imam Malik Rahimahullah Ta'ala ketika ditanya tentang bentuk/keadaan istiwa', -bersemayam-. Beliau Rahimahullah menjawab:
"Istiwa' itu telah diketahui (niaknanya), bentuk/ keadaannya tdk diketahui, mengimaninya wajib, sedangkan menanyakannya bid'ah. "
Semua sifat Allah menunjukkan makna yg hakiki & pasti. Kita mengimani & menetapkan sifat tersebut utk Allah, akan tetapi kita tdk mengetahui bentuk, keadaan, & bentuk dari sifat tersebut. Yang wajib adalah meyakini & menetapkan sifat-sifat tersebut maupun maknanya, secara hakiki, dg memasrahkan bentuk/keadaannya. Tidak sebagaimana orang-orang yg tdk mau tahu terhadap makna-maknanya.
. Tamtsil
Tamtsil artinya tasybih, menyerupakan, yaitu menjadikan sesuatu yg menyerupai Allah Ta'ala dalam sifat-sifat Dzatiyah maupun Fi'liyah-Nya.
Tamtsil ini dibagi menjadi dua, yaitu:
Pertama:
Menyerupakan makhluk dg Pencipta. Misalnya orang-orang Nasrani yg menyerupakan Al-Masih putera Maryam dg Allah Ta'ala & orang-orang Yahudi yg menyerupakan 'Uzair dg Allah pula. Maha Suci Allah dari itu semua.
Kedua:
Menyerupakan Pencipta dg makhluk. Contohnya adalah orang-orang yg mengatakan bahwa Allah mempunyai wajah seperti wajah yg dimiliki oleh makhluk, memiliki pendengaran sebagaimana pendengaran yg dimiliki oleh makhluk, & memiliki tangan sebagaimana tangan yg dimiliki oleh makhluk, serta penyerupaan-penyerupaan lain yg bathil. Maha Suci Allah dari apa yg mereka ucapkan.
ILHAD TERHADAP ASMA' DAN SIFAT-SIFAT ALLAH
Pengertian ilhad terhadap Asma' & Sifat-sifat Allah adalah menyimpangkan nama-nama & sifat-sifat Allah, hakekat-hakekatnya, / makna-maknanya, dari kebenarannya yg pasti. Penyimpangan ini bisa berupa penolakan terhadapnya secara total / pengingkaran terhadap makna-maknanya, / pembelokannya dari kebenaran dg menggunakan interpretasi yg tdk benar, / penggunaan nama-nama tersebut utk menyebut hal-hal yg bid'ah, sebagaimana yg dilakukan oleh para penganut paham "Ittihad". Jadi, yg termasuk dalam kategori ilhad adalah tahrif, ta'thil, takyif, tamtsil & tasbih.
(Disalin dari kitab Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah Li Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah, Penulis Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy, Edisi Indonesia Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Penerjemah Hawin Murtadho, Penerbit At-Tibyan)
__ Foote Note.
. Serta tanpa tafwidh
. Istawa artinya berada di atas; (setelah dahulunya tidak)
. Istaula artinya menguasai
. Hinthat artinya gandum
. Hiththah artinya bebaskan kami dari dosa
. Maksudnya, lapazh Allah dibaca dg harakat akhir fathah, padahal semestinya harakat akhirnya dibaca dg dhammah . Dengan dimanshubkan, maka kedudukan lapazh Allah dalam ayat tersebut menjadi obyek, sehingga arti ayat tersebut berubah menjadi, Dan Musa berbicara kepada Allah secara langsung.
. Fatawa Ibnu Taimiyyah, V/144
. Al-Kawasyif Al-jaliyah an Ma'ani Al-Wasithiyah, hal. 86.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz hafizhahullah berkata: Ada tasybih jenis ketiga, yaitu menyerupakan Sang Pencipta dg ma'dumat, (sesuatu yg tdk ada), tdk sempurna & benda-benda mati. Inilah tasybih yg dilakukan oleh orang-orang yg menganut paham Jahmiyah & Mu'tazilah.
. Lihat Al-Ajwibah Al-Ushuliyah, hal. 32 & Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Al-Haras, hal. 24.
Penulis: Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qthani & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: