Jumat, 10 Juni 2011

Pengertian Ibadah, Paham Yang Salah Tentang Ibadah, Syarat Diterimanya Ibadah,

Pengertian Ibadah, Paham Yang Salah Tentang Ibadah, Syarat Diterimanya Ibadah,

(A). Definisi Ibadah
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara', ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna & maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah.
. Ibadah ialah taat kepada Allah dg melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya.
. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu tingkatan tunduk yg paling tinggi disertai dg rasa mahabbah (kecin-taan) yg paling tinggi.
. Ibadah ialah sebutan yg mencakup seluruh apa yg dicintai & diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan / perbuatan, yg zhahir maupun yg batin. Ini adalah definisi ibadah yg paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan & anggota badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) & rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dg hati). Sedangkan shalat, zakat, haji & jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik & hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yg berkaitan dg hati, lisan & badan.
Ibadah inilah yg menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya: Dan Aku tdk menciptakan jin & manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tdk menghendaki rezki sedikitpun dari mereka & Aku tdk menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. " (Adz-Dazariyat: 56-58)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin & manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Dan Allah Mahakaya, tdk membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yg membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dg aturan syari'atNya. Maka siapa yg menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yg menyembahNya tetapi dg selain apa yg disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yg hanya menyembahNya & dg syari'atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah).
(B). Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam keta-atan yg nampak pd lisan, anggota badan & yg lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil & membaca Al-Qur'an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin & ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah & RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dg qadha' -Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya & takut dari siksaNya.
Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) / apa-apa yg membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal utk taat kepadaNya. Seperti ti-dur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah & sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yg berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pd syi'ar-syi'ar yg biasa dikenal.
PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH
Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tdk ada suatu bentuk ibadah pun yg disyari'atkan kecuali berdasarkan Al-Qur'an & As-Sunnah. Apa yg tdk disyari'atkan berarti bid'ah mardudah (bid'ah yg ditolak), sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Artinya: Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tdk atas perintah kami, maka ia ditolak. " (Hadits Riwayat. Al-Bukhari & Muslim)
Maksudnya, amalnya ditolak & tdk diterima, bahkan ia ber-dosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta'at. Ke-mudian manhaj yg benar dalam pelaksanaan ibadah yg di-syari'atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan & malas dg sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Artinya: Maka tetaplah kamu pd jalan yg benar, sebagaimana di-perintahkan kepadamu & (juga) orang yg telah taubat be-serta kamu & janganlah kamu melampaui batas. " (Hud: 112)
Ayat Al-Qur'an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yg benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dg ber-istiqamah dalam melaksanakan ibadah pd jalan tengah, tdk kurang / le-bih, sesuai dg petunjuk syari'at (sebagaimana yg diperintahkan padamu). Kemudian Dia menegaskan lagi dg firmanNya: "Dan janganlah kamu melampaui batas. "
Tughyan adalah melampaui batas dg bersikap terlalu keras & memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dg ghuluw.
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw dalam ibadah, di mana seorang dari mereka berkata, "Saya puasa terus & tdk berbuka", & yg kedua berkata, "Saya shalat terus & tdk tidur", lalu yg ketiga berkata, "Saya tdk menikahi wanita". Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya: Adapun saya, maka saya berpuasa & berbuka, saya shalat & tidur, & saya menikahi perempuan. Maka barangsiapa tdk menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian / golongan)-ku. " (Hadits Riwayat Al-Bukhari & Muslim)
Ada Dua Golongan Yang Saling Bertentangan Dalam Soal Ibadah.
Golongan Pertama.
Yang mengurangi makna ibadah serta mere-mehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah & hanya melaksanakan ibadah-ibadah yg terbatas pd syi'ar-syi'ar tertentu & sedikit, yg hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, politik, juga tdk dalam peradilan kasus sengketa & dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.
Memang masjid mempunyai keistimewaan & harus diperguna-kan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.
Golongan Kedua.
Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pd batas ekstrim; yg sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yg mubah mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat & salah orang yg menyalahi manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.
Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam & seburuk-buruk perkara adalah yg bid'ah.
PILAR-PILAR UBUDIYAH YANG BENAR
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pd tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) & raja' (harapan).
Rasa cinta harus dibarengi dg sikap rasa rendah diri, se-dangkan khauf harus dibarengi dg raja' . Dalam setiap ibadah ha-rus terkumpul unsur-unsur ini.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang sifat ham-ba-hambaNya yg mukmin:
"Artinya: Dia mencintai mereka & mereka mencintaiNya. " (Al-Ma'idah: 54)
"Artinya: Adapun orang-orang yg beriman sangat cinta kepada Allah. " (Al-Baqarah: 165)
Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman menyifati para rasul & nabiNya.
"Artinya: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yg selalu ber-segera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yg baik & mereka berdo'a kepada Kami dg harap & cemas. Dan mereka adalah orang-orang yg khusyu kepada Kami. " (Al-Anbiya': 90)
Sebagian salaf berkata: "Siapa yg menyembah Allah dg rasa hubb (cinta) saja maka ia zindiq. Siapa yg menyembahNya dg raja' (harapan) saja maka ia adalah murji'. Dan siapa yg menyembahNya hanya dg khauf (takut) saja, maka ia adalah haruriy. Siapa yg menyembahNya dg hubb, khauf & raja' maka ia adalah mukmin muwahhid. " Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah Ubudiyah.
Beliau juga berkata: "Dien Allah adalah menyembahNya, ta'at & tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adzdzull (hina). Dikatakan " " jika jalan itu dihinakan & diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yg diperintahkan mengandung makna dzull & hubb. yaitu mengandung makna dzull yg paling dalam dg hubb yg paling tinggi kepadanya. Siapa yg tunduk kepada seseorang dg perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyem-bah) kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tdk tunduk kepadanya, maka ia pun tdk menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak / rekannya. Karena itu tdk cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu & Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yg berhak men-dapat mahabbah (cinta) & khudhu' (ketundukan) yg sempurna selain Allah . Inilah pilar-pilar kehambaan yg merupakan poros segala amal ibadah.
Ibnu Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya:
"Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yg dalam kepada-Nya,
beserta kepatuhan penyembahNya.
Dua hal ini adalah ibarat dua kutub.
Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar.
Ia tdk beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak.
Sumbunya adalah perintah,
perintah rasulNya.
Bukan hawa nafsu & syetan. "
Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta & tunduk bagi yg dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala dg beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul & syari'atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu & setan. Karena hal yg demikian bukanlah ibadah. Apa yg disyari'atkan baginda Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam itulah yg memutar orbit ibadah. Ia tdk diputar oleh bid'ah, nafsu & khurafat.
SYARAT DITERIMANYA IBADAH
Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tdk benar kecuali dg ada syarat.
. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar & kecil.
. Sesuai dg tuntunan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam
Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya utk Allah & jauh dari syirik kepadaNya.
Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya ta'at kepada Rasul, mengikuti syari'atnya & meninggalkan bid'ah / ibadah-ibadah yg diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yg menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pd sisi Tuhannya & tdk ada kekhawatiran terhadap mereka & tdk (pula) mereka bersedih hati. " (Al-Baqarah: 112)
Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahuwa muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Syaikhul Islam mengatakan: "Inti agama ada dua pokok yaitu kita tdk menyembah kecuali kepada Allah, & kita tdk menyembah kecuali dg apa yg Dia syariatkan, tdk dg bid'ah. " Seba-gaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya: Barangsiapa mengharap perjumpaan dg Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yg saleh & janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. " (Al-Kahfi: 110)
Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah & Muhammad Rasulullah.
Pada yg pertama, kita tdk menyembah kecuali kepadaNya. Pada yg kedua, bahwasanya Muhammad adalah utusanNya yg menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan & mempercayai beritanya serta menta'ati perintahnya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, & beliau melarang kita dari hal-hal baru / bid'ah. Beliau mengatakan bahwa bid'ah itu sesat.
(Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq)
__ Foote Note
. Zindiq adalah istilah utk setiap munafik, orang yg sesat & mulhid, -pent.
. Murji' adalah orang Murji'ah, yaitu golongan yg mengatakan bahwa amal bukan bagiandari iman. Iman hanya dg hati ,-pent
. Harury adalah orang dari golongan Khawarij, yg pertama kali muncul di Harurro, dekat Kufah, yg berkeyakinan bahwa orang mukmin yg berdosa adalah kafir ,-pebt
. Majmu'ah Tauhid Najdiyah 542
Penulis: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: