Jumat, 10 Juni 2011

Waktu Pemberian Nama Anak Dan Hukum Merayakan Pemberian Nama Anak,

Waktu Pemberian Nama Anak Dan Hukum Merayakan Pemberian Nama Anak, 

Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya: Hari apa yg paling utama utk menamai anak, sesudah kelahirannya langsung / pd hari ke tujuh? Apakah boleh dirayakan bersama dg orang-orang yg tercinta, para sahabat & tetangga?
Jwaban
Waktu penamaan anak cukup longgar. Boleh menamainya pd hari kelahirannya / pd hari ke tujuh, masing-masing memiliki dasar hukumnya. Imam Al-Bukhari & Muslim membawakan suatu hadits dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi, dia berkata.
“Al-Mundzir bin Usaid dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pd hari kelahirannya. Rasulullah memangkunya. Sedangkan ayahnya duduk. Rasulullah memainkan sesuatu di hadapan sang bayi. Abu Usaid meminta orang lain utk mengambil Usaid dari pangkuan Rasulullah. Maka diambillah bayi itu dari pangkuan Rasulullah, Rasulullah bertanya: “Dimana bayinya”. Abu Usaid menjawab: “Kami pindahkan wahai Rasulullah”. Lalu beliau bertanya: “Siapa namanya?”. Ayahnya menjawab: “Fulan”. Rasulullah menyanggah: “Tidak, namanya (yang tepat) Al-Mundzir”.
Dalam Shahih Muslim dari hadits Sulaiman bin Al-Mughirah dari Tsabit dari Anas, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Malam ini bayiku lahir, Aku beri nama mirip nama moyangku, Ibrahim”.
Dari Samurah Radhiyallahu ‘anhu, Imam Ahmad & Ahlus Sunnah meriwayatkan, ia berkata: “Rasulullah bersabda:
“Setiap anak tergadaikan dg aqiqahnya yg disembelih pd hari ke tujuh (kelahirannya) sekaligus dinamai & dicukur rambut kepalanya” (At-Tirmidzi menetapkan hadits ini Hasan Shahih)
Wabillahit taufiq. Washallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi washahbihi wasallam.
(Fatawa Islamiyah 4/489)
HUKUM MERAYAKAN PEMBERIAN NAMA ANAK
Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya: Apakah boleh orang-orang yg tercinta, tetangga & kawan-kawan berkumpul pd hari penamaan bayi? Apakah ini bid’ah & kekufuran?
Jawaban
Merayakan hari pemberian nama kepada bayi bukan sunnah Nabi, juga tdk pernah terjadi pd sahabat semasa Nabi masih hidup. Barangsiapa melakukannya dg keyakinan sebagai bagian dari ajaran Islam, maka ia telah berbuat perkara baru dalam agama. Dan ini adalah suatu bid’ah yg tertolak darinya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya: Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama kami yg bukan darinya maka akan tertolak”
Tetapi ini bukan tindakan kufur.
Jika perkumpulan itu hanya sekedar ekspresi kegembiraan & kebahagian / undangan makan daging aqiqah, tdk dilakukan sebagai sunnah, maka tdk masalah. Telah diriwayatkan dari Rasulullah secara shahih riwayat yg menunjukkan disyariatkannya penyembelihan hewan aqiqah & penamaan bayi pd hari ke tujuh.
(Fataw Islamiyah 4/490)
(Disalin dari kitab Fatawa Ath-thiflul Muslim, edisi Indonesia 150 Fatwa Seputar Anak Muslim, Penyusun Yahya bin Sa’id Alu Syalwan, Penerjemah Ashim, Penerbit Griya Ilmu)
Penulis: Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: