Jumat, 10 Juni 2011

Pendeta Roma Masuk Islam,

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga & para sahabatnya, serta siapa saja yg mengikuti sunnahnya & menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.
Sejarah Islam, baik yg dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yg mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yg begitu tinggi dalam mencari agama yg benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa & mengorbankan milik mereka yg berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, & sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.
Sesungguhnya siapa saja yg bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’ala, pasti Dia Azza wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, & dapat dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmati Islam. Semoga Allah merahmati Syaikh kami Al-Albani yg sering mengulang-ngulangi perkataan.
“Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam & As-Sunnah”.
Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah. :
“Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam & pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dg pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yg berhak disembah dg benar kecuali Allah, & saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya”.
Inilah kalimat tauhid, kalimat yg baik & kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yg penuh dg onak & duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yg mudah bagi seseorang insan yg ingin menggerakkan lisannya utk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yg paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yg paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dg seizin Allah Ta’ala.
Demikianlah yg dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memerliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-
Inilah dia yg akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nasrani) menuju Islam, & bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal & jiwa.
Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memeliharanya, & mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan:
Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dg kemewahan & kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dg kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah & uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu & tdk pernah kekurangan.
Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yg kurang, & saya yakin bahwa ada sesuatu yg salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yg harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku.
Saya mulai tertarik dg agama, & mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dg membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yg kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaannku, akan tetapi tetap saja belum sempurna
Dahulu saya bangun pagi setiap hari & pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku & shalat Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tdk mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama. Ketika itu, saya mendatangi ayahku & kukabarkan kepadanya bahwa saya tdk bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu & saudara-saudariku & kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan utk meninggalkan mereka
Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke Ad-Dir disana, lalu naik gunung yg tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tdk berbicara dg siapapun, saya hanya membaca & beribadah.
Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu Ad-Dir ke Ad-Dir yg lain, saya membaca & beribadah, kebalikannya para pendeta yg tdk bisa meninggalkan Ad-Dir mereka, karena saya tdk pernah memberikan janji utk menjadi seorang pendeta di suatu Ad-Dir tertentu, & janji tersebut akan menghalangiku utk keluar masuk darinya.
Setelah itu, saya memutuskan utk berkelilng ke berbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, & saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pd perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat terkesan, sehingga saya mencintai
Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dg seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran & Pakistan, dia & temannya menjamuku & mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah. Keduanya menyebutkan Imam Duabelas & mereka tdk menjelaskan kepadaku tentang Islam dg sebenarnya, bahkan mereka memfokuskan pd ajaran Syi’ah & Imam Ali Radhiyallahu ‘anhu, serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yg ikhlas, yg akan datang utk membebaskan manusia.
Semua diskusi tersebut sama sekali tdk menarik perhatianku, & saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku utk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih utk melanjutkan perjalananku & kutinggalkan mereka.
Kemudian saya menuju India, & ketika saya turun dari kereta, pertama yg kulihat adalah manusia yg membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dg berlari-lari kecil menuju kedalam kota, maka kuikuti mereka & saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yg tebuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yg kucari.
Setelah itu, saya kembali ke Italia & dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yg saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku, Alhamdulillah.
Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, & mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yg akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan utk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke Ad-Dir & mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah Ad-Dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana utk memberikan kalimat & janji. Pada malam itu, saya berfikir panjang, & keesokan harinya saya memutuskan utk tdk memberikan janji kepada mereka lalu kutinggalkan Ad-Dir tersebut.
Saya merasa ada sesuatu yg mendorongku utk keluar dari Ad-Dir, setelah itu saya menuju Al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju Al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman & Al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.
Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban utk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yg Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yg belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yg penuh dg buku-buku tentang Injil & Taurat.
Pada saat itu, saya teringat suara adzan yg pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yg satu, tiada sesembahan yg berhak disembah selain Dia. Dan inilah yg dulu saya yakini, maka saya berkomitmen: Saya harus berkenalan dg Islam, kemudian mulailah ku-kumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yg saya miliki adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Italia, yg pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.
Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tdk seperti yg dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok & teroris. Akan tetapi yg saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang & petunjuk, serta sangat dekat dg makna hakiki dari Taurat & Injil.
Kemudian saya putuskan utk kembali ke Al-Quds, karena saya yakin bahwa Al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju Al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta & peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tdk membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan Al-Qur’an, Injil & Taurat, kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi & lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan Al-Qur’an dg isi Taurat & Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan Al-Qur’an sangat dekat dg ajaran Musa & Isa ‘Alaihis salam yg asli
Selanjutnya saya mulai berdialog dg kaum muslimin utk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dg sahabatku yg mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dg teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dg salah seorang da’i dari teman-temannya para da’i.
Pertemuan itu berlangsung dg saudara yg mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilan perbincangan yg bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yg paling mempengaruhiku adalah kisah sahabat yg mulia, Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu, karena didalamnya ada kemiripan dg ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.
Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yg lain dg saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya Fadhilatusy Syaikh Hisyam Al-Arif Hafidhohullah, maka berlangsunglah dialog tentang Islam & keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yg kemudian dijawab oleh Syaikh.
Setalah itu, saya terus menerus berkomunikasi dg saudara Amjad yg dg sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaannku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran / menolaknya, & saya sama sekali tdk sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yg benar.
Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu utk mengucapkan kalimat tauhid & syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dg waktu dikumandangkannya adzan utk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan.
“Asyhadu An Laa Ilaha Illallahu Wa Anna Muhammadan Rasulullah”
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yg berhak disembah dg benar kecuali Allah, & saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
Maka serta merta saudara Amjad memeluku dg pelukan yg ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas ke-Islamanku, kemudian kami sujud syukur sebagaimana ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi & berangkat ke Masjid Al-Aqsho utk menunaikan shalat dhuhur.
Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jama’ah shalat dg syahadat, yaitu persaksian kebenaran & tauhid yg telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yg masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji & anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bepaknya para nabi, yaitu Ibrahim Alaihis sallam yg melakukan khitan pd usia 80 tahun.
Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yg penuh dg kasih sayang & cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’ala & sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dg manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beserta siapa saja yg mengikuti mereka dg baik sampai hari kiamat.
Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam & As-Sunnah.
(Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc dari majalah Ad-Da’wah As-Salafiyah – Palestina edisi Perdana, Muharram 1427H halaman 21-24)
(Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Vol 5 No 3 Edisi 27 - Shafar 1428H. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Jl Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya)
___ Foote Note
. Ad-Dir = Istilah utk gereja yg terpencil di pedalaman.
. Sebagaimana hadits Qoish bin Ashim, beliau menceritakan: “ Ketika beliau masuk Islam. Rasulullah memerintahkannya utk mandi dg air yg dicampur bidara” (HR An-Nasari, At-Tummudzi & Abu Daud. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa no. 128)
. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ibrahim berkhitan ketika umur 80 tahun dg “Al-Qoduum” (nama alat / tempat)” (HR Al-Bukhari 3356 & Muslim 2370)
Penulis: Amjad bin Imron Salhub & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: