Jumat, 10 Juni 2011

Kesyirikan Dan Bahayanya Dan Akibat Orang Yang Berbuat Syirik,

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2
(B). Makna áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ
Makna dari kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) adalah áÇó ãóÚúÈõæúÏó ÈöööööÍóÞøò ÅöáÇøó Çááåõ (laa ma’buda bi haqqin ilallaah), tdk ada ilah (sesembahan) yg berhak diibadahi dg benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala
Ada beberapa penafsiran yg salah tentang makna kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) & kesalahan tersebut telah menyebar luas. Kesalahan tersebut antara lain.
. Menafsirkan kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) dg áÇó ãóÚúÈõæúÏó ÅöáÇøó öááåö (tidak ada yg diibadahi kecuali Allah), padahal makna tersebut rancu karena dapat berarti bahwa setiap yg diibadahi, baik dg benar maupun salah, adalah Allah.
. Menafsirkan kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) dg áÇó ÎóÇáöÞó ÅöáÇøó Çááåõ (tidak ada pencipta kecuali Allah), padahal makna tersebut merupakan bagian dari makna kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) & penafsiran ini masih berupa Tauhid Rububiyyah saja sehingga belum cukup. Inilah yg diyakini juga oleh orang-orang musyrik.
. Menafsirkan kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) dg áÇó ÍóÇßöãöíøóÉó ÅöáÇøó Çááåõ (tidak ada hak utk menghukumi kecuali hanya bagi Allah), padahal pengertian ini juga tdk cukup karena apabila mengesakan Allah dg penga-kuan atas sifat Allah Yang Mahakuasa saja lalu berdo’a kepada selain-Nya / menyimpangkan tujuan ibadah kepada sesuatu selain-Nya, maka hal ini belum termasuk definisi yg benar.
(C). Syarat-Syarat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ
Syarat Pertama: ÇóáúÚöáúãõ (Al-‘Ilmu/ Mengetahui)
Yaitu mengetahui arti dari kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah).
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Maka ketahuilah bahwa tdk ada ilah (sesembahan) yg berhak diibadahi dg benar selain Allah. . . ” (Muhammad: 19)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman.
“Melainkan mereka yg mengakui kebenaran, sedang mereka orang-orang yg mengetahui. ” (Az-Zukh-ruf: 86)
Yang dimaksud dg “mengakui kebenaran” adalah kebenaran kalimat laa ilaaha illallaah. Sedangkan maksud dari “sedang mereka orang-orang yg mengerti” adalah mengerti dg hati mereka tentang apa yg diucapkan dg lisan.
Dalam hadits yg shahih dari Shahabat ‘Utsman z bahwasanya Rasulullah j bersabda:
ãóäú ãóÇÊó æóåõæó íóÚúáóãõ Ãóäøóåõ áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó.
“Barangsiapa yg meninggal dunia & ia mengetahui bahwa tdk ada ilah yg berhak diibadahi dg benar selain Allah, maka ia masuk Surga. ”
Syarat Kedua: ÇóáúíóÞöíúäõ (Al-Yaqiin/Meyakini)
Yaitu yakin serta benar-benar memahami kalimat laa ilaaha illallaah tanpa ada keraguan & kebimbangan sedikit pun.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yg sebenarnya adalah mereka yg beriman kepada Allah & Rasul-Nya kemudian mereka tdk ragu-ragu & berjihad di jalan Allah dg harta & jiwanya, mereka itulah orang-orang yg benar. ” (Al-Hujuraat: 15)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
. . . ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÃóäöøí ÑóÓõæúáõ Çááåö áÇó íóáúÞóì Çááåó ÈöåöãóÇ ÚóÈúÏñ¡ ÛóíúÑó ÔóÇßòø ÝöíúåöãóÇ¡ ÅöáÇøó ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó.
“. . . Aku bersaksi bahwa tdk ada ilah yg berhak diibadahi dg benar selain Allah & bahwasanya aku (Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba menjumpai Allah (dalam keadaan) tdk ragu-ragu terhadap kedua (syahadat)nya itu, melainkan ia masuk Surga. ”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda.
. . . ÇÐúåóÈú ÈöäóÚúáóíøó åóÇÊóíúäö¡ Ýóãóäú áóÞöíúÊó ãöäú æóÑóÇÁö åóÐóÇ ÇáúÍóÇÆöØö íóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ ãõÓúÊóíúÞöäðÇ ÈöåóÇ ÞóáúÈõåõ ÝóÈóÔöøÑúåõ ÈöÇáúÌóäøóÉö. . .
“. . . Pergilah dg sandalku ini, maka siapa saja yg engkau temui di belakang kebun ini yg ia bersaksi bahwa tdk ada ilah (sesembahan) yg berhak di-ibadahi dg benar selain Allah, dg hati yg meyakininya, maka berikanlah kabar gembira kepadanya dg masuk Surga. ”
Maka, syarat utk masuk Surga bagi orang yg mengucapkannya adalah hatinya harus yakin dengannya (kalimat Tauhid) serta tdk ragu-ragu terhadapnya. Apabila syarat tersebut tdk ada maka yg disyaratkan (masyrut) juga tdk ada.
Shahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata.
ÇóáúíóÞöíúäõ ÇúáÅöíúãóÇäõ ßõáøõåõ æóÇáÕøóÈúÑõ äöÕúÝõ ÇúáÅöíúãóÇäö.
“Yakin adalah iman secara keseluruhan, & sabar adalah sebagian dari iman. ”
Tidak ada keraguan lagi bahwasanya orang yg yakin dg makna laa ilaaha illallaah, seluruh anggota tubuhnya akan patuh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla yg tiada sekutu bagi-Nya, & akan mentaati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Shahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata:
Çóááøåõãøó ÒöÏúäóÇ ÅöíúãóÇäðÇ¡ æóíóÞöíúäðÇ æóÝöÞúåðÇ.
“Ya Allah, tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan & kefahaman. ”
Syarat Ketiga: ÇúáÅöÎúáÇóÕõ (Al-Ikhlash/Ikhlas)
Yaitu memurnikan amal perbuatan dari segala kotoran-kotoran syirik, & mengikhlaskan segala macam ibadah hanya kepada Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“. . . Maka beribadahlah kepada Allah dg memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yg bersih (dari syirik). . . ” (Az-Zumar: 2-3)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman.
“Padahal mereka tdk diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dg memurnikan ketaatan kepada-Nya. . . ” (Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
ÃóÓúÚóÏõ ÇáäøóÇÓö ÈöÔóÝÇóÚóÊöí íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ãóäú ÞóÇáó áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ ÎóÇáöÕðÇ ãöäú ÞóáúÈöåö Ãóæú äóÝúÓöåö.
“Orang yg paling berbahagia dg syafa’atku pd hari Kiamat nanti adalah orang yg mengucapkan laa ilaaha illallaah secara ikhlas dari hati / jiwanya. ”
Syarat Keempat: ÇáÕøöÏúÞõ (Ash-Shidq/Jujur)
Maksudnya mengucapkan kalimat ini dg jujur disertai pembenaran oleh hatinya. Barangsiapa lisannya mengucapkan namun hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik & pendusta.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Dan di antara manusia ada yg berkata: ‘Kami beriman kepada Allah & hari Akhir,’ padahal sesungguhnya mereka bukan orang-orang yg beriman. Mereka hendak menipu Allah & orang-orang yg beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri sedang mereka tdk sadar. ” (Al-Baqarah: 8-10)
Juga firman Allah Azza wa Jalla tentang orang munafik.
“. . . Mereka berkata, ‘Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. . . ’” (Munaafiquun: 1)
Kemudian Allah Azza wa Jalla mendustakan mereka dg firman-Nya.
“. . . Dan Allah mengetahui bahwa engkau adalah Rasul-Nya & Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. ” (Munaafiquun: 1)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
ãóÇ ãöäú ÃóÍóÏò íóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÃóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö ÕöÏúÞðÇ ãöäú ÞóáúÈöåö ÅöáÇøó ÍóÑøóãóåõ Çááåõ Úóáóì ÇáäøóÇÑö.
“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tdk ada ilah (sesembahan) yg berhak diibadahi dg benar selain Allah & bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, dg jujur dari hatinya, melainkan Allah mengharamkannya masuk Neraka. ”
Syarat Kelima: ÇóáúãóÍóÈøóÉõ (Al-Mahabbah/Cinta)
Maksudnya mencintai kalimat tauhid ini, mencintai yg terkandung di dalamnya & segala sesuatu yg ditunjukkan atasnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Dan di antara manusia ada orang-orang yg menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, & orang-orang yg beriman sangat besar cintanya kepada Allah. . . . ” (Al-Baqarah: 165)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian & mengampuni dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (Ali ‘Imran: 31)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
ËóáÇóËñ ãóäú ßõäøó Ýöíúåö æóÌóÏó Èöåöäøó ÍóáÇóæóÉó ÇúáÅöíúãóÇäö. ãóäú ßÇóäó Çááåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóÍóÈøó Åöáóíúåö ãöãøóÇ ÓöæóÇåõãóÇ¡ æóÃóäú íõÍöÈøó ÇáúãóÑúÁó áÇó íõÍöÈøõåõ ÅöáÇøó öááåö¡ æóÃóäú íóßúÑóåó Ãóäú íóÚõæÏó Ýöí ÇáúßõÝúÑö ÈóÚúÏó Ãóäú ÃóäúÞóÐóåõ Çááåõ ãöäúåõ¡ ßóãóÇ íóßúÑóåõ Ãóäú íõÞúÐóÝó Ýöì ÇáäøóÇÑö.
“Tiga perkara, apabila terdapat pd diri seseorang maka dia akan mendapat kelezatan iman: (1) apabila Allah & Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, (2) mencintai seseorang semata-mata karena Allah, (3) membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia benci di-campakkan ke dalam api. ”
Syarat Keenam: ÇúáÅöäúÞöíóÇÏõ (al-Inqiyad/Tunduk & patuh).
Seorang muslim harus tunduk & patuh terhadap apa-apa yg ditunjukkan oleh kalimat laa ilaaha illallaah, hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengamalkan syari’at-syari’at-Nya, beriman dengan-Nya, & berkeyakinan bahwasanya hal itu adalah haq.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
“Dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu, & berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tdk dapat ditolong (lagi). ” (Az-Zumar: 54)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman.
“Dan siapakah yg lebih baik agamanya daripada orang yg dg ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, & ia mengikuti agama Ibrahim yg lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. ” (An-Nisaa': 125)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman.
“Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yg berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (tali) yg kokoh. Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. ” (Luqman: 22)
Syarat Ketujuh: ÇóáúÞóÈõæúáõ (al-Qabul/Menerima)
Yaitu menerima kandungan & konsekuensi dari kalimat syahadat ini, menyembah Allah Azza wa Jalla semata & meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Barangsiapa yg mengucapkan, tetapi tdk menerima & mentaati, maka ia termasuk dari orang-orang yg difirmankan Allah Azza wa Jalla.
“Sesungguhnya dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘Laa ilaaha illallaah (tidak ada ilah yg berhak diibadahi dg benar selain Allah)’ mereka menyombongkan diri, & mereka berkata, ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?’” (Ash-Shaaffaat: 35-36)
Ini seperti halnya penyembah kubur di zaman ini. Mereka mengikrarkan, “Laa ilaaha illallaah,” tetapi tdk mau meninggalkan penyembahan mereka terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna: “Laa ilaaha illallaah. ”
(D). Rukun áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ
Kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ (laa ilaaha illallaah) memiliki 2 rukun, yaitu;
. ÇáäøóÝúíõ (an-Nafyu/mengingkari), yaitu mengingkari (menafikan) semua yg disembah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala
. ÇúáÅöËúÈóÇÊõ (al-Itsbat/menetapkan), yaitu menetapkan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
“. . . Barangsiapa yg kufur kepada thagut & beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada buhul (tali) yg sangat kokoh yg tdk akan putus, & Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (Al-Baqarah: 256)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pd tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja), & jauhilah thagut, kemudian di antara mereka ada yg diberi petunjuk oleh Allah & ada pula di antara mereka yg tetap dalam kesesatan. Maka ber-jalanlah kamu di muka bumi & perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yg mendustakan (Rasul-Rasul). ” (An-Nahl: 36)
(E). Kesyirikan & Bahayanya
Jika bentuk-bentuk ibadah yg Allah syari’atkan dipalingkan dari Allah Azza wa Jalla / secara bersamaan ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla & juga kepada selain-Nya, maka inilah yg disebut dg kesyirikan.
Di antara bentuk-bentuk kesyirikan yg masih diyakini oleh sebagian kaum Muslimin antara lain:
. Meminta suatu maslahat / dijauhkan dari mudharat (bahaya) kepada kuburan Nabi, habib, wali, kyai & lainnya, bernadzar & menyembelih hewan utk mereka.
. Mempercayai & mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang ramal & yg sepertinya & meminta perlindungan kepada jin.
. Mempercayai jimat, tongkat, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang sakti, ramalan bintang, & lainnya.
. Mempercayai & menggunakan jampi-jampi, pelet, guna-guna & lain-lain.
Syirik merupakan kemaksiatan yg paling besar, kezhaliman yg paling zhalim & dosa yg paling besar, yg tdk akan diampuni Allah Azza wa Jalla, jika pelaku syirik mati di atas syirik & tdk bertaubat.
Orang yg berbuat syirik adalah orang paling sesat, paling zhalim di muka bumi ini.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“… Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yg besar. ” (Luqman: 13)
“Sungguh Allah tdk akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), & Dia mengampuni apa (dosa) yg selain dari (syirik) itu, bagi siapa yg Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yg besar. ” (An-Nisaa': 48)
Firman Allah Azza wa Jalla
“Sesungguhnya Allah tdk akan mengampuni dosa mem-persekutukan (sesuatu) dg Dia (syirik), & Dia mengampuni dosa selain dari syirik bagi siapa yg Dia kehendaki. Barangsiapa yg mempersekutukan (sesuatu) dg Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. ” (An-Nisaa': 116)
(F). Akibat Orang yg Berbuat Syirik
Menurut ayat di atas (QS. An-Nisaa': 116) menunjukkan bahwa Allah tdk mengampuni orang yg berbuat syirik, jika ia mati dalam kemusyrikannya & tdk taubat.
Orang yg berbuat syirik tdk mengalami ketenangan dalam hidupnya.
Orang yg berbuat syirik tdk mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
Orang yg berbuat syirik diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla utk masuk Surga. Sebagaimana firman-Nya:
“. . . Sesungguhnya orang yg mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan Surga baginya, & tempatnya ialah Neraka & tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. ” (Al-Maa-idah: 72)
Orang yg berbuat syirik akan terhapus pahala amal-amal kebajikan yg pernah dilakukannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“. . . Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yg telah mereka ker-jakan. ” (Al-An’aam: 88)
(G). Pengertian Syahadat: “Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam'
Makna dari syahadat: “Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam” adalah:
(a). ØóÇÚóÊõåõ ÝöíúãóÇ ÃóãóÑó, yaitu mentaati apa-apa yg beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan.
Firman Allah Ta’ala:
“Barangsiapa taat kepada Allah & Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, & itulah kemenangan yg besar. ” (An-Nisaa': 13)
(b). ÊóÕúÏöíúÞõåõ ÝöíúãóÇ ÃóÎúÈóÑó , yaitu membenarkan apa-apa yg beliau j sampaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yg beriman, bertakwalah kepada Allah & berimanlah kepada Rasul-Nya. . . ” (Al-Hadiid: 28)
(c). ÇÌúÊöäóÇÈõ ãóÇ äóåóì Úóäúåõ æóÒóÌóÑó , yaitu menjauhkan diri dari apa-apa yg beliau j larang.
Allah Ta’ala berfirman
“ . . . Dan apa-apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yg dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. . . ” (Al-Hasyr: 7)
(d). Ãóäú áÇó íóÚúÈõÏó Çááåó ÅöáÇøó ÈöãóÇ ÔóÑóÚó, yaitu tdk beribadah kepada Allah melainkan dg cara yg telah disyari’atkan.
Artinya, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yg disyari’atkan & dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kita wajib ittiba’ kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa salam
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah men-cintaimu & mengampuni dosa-dosamu. ’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (Ali ‘Imran: 31)
(Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an & As-Sunnah yg Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 2)
__ Foote Note
. Lihat ‘Aqiidatut Tauhiid oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan (hal. 39-40)
. HR. Muslim (no. 26) dari Shahabat ‘Utsman Radhiyallahu 'anhu
. HR. Muslim (no. 27) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu
. HR. Muslim (no. 31) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu
. HR. Al-Bukhari secara mu’allaq & pasti. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Riwayat ini dimaushulkan (disambungkan) oleh Imam ath-Thabrani, dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud, dg sanad yg shahih. ” (Fat-hul Baari (I/48)).
. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari (I/48) menyatakan bahwa sanadnya shahih.
. HR. Al-Bukhari (no. 99, 6570) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
. HR. Al-Bukhari (no. 128) & Muslim (no. 32) dari hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu.
. HR. Al-Bukhari (no. 16, 21, 6041) & Muslim (no. 43 (67)) dari Shahabat Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, & lafazh ini milik Muslim.
. Lihat Syarh al-Ushuul ats-Tsalaatsah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah (hal. 75).
Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasBagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2 & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: