Jumat, 10 Juni 2011

Syafaat Bermanfaat Bagi Penghuni Neraka Yang Beriman,

Syafaat Bermanfaat Bagi Penghuni Neraka Yang Beriman, 

Seluruh Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah bersepakat bahwa penghuni Neraka yg memiliki keimanan dalam hatinya, meskipun hanya seberat butir atom, akan keluar dari Neraka. Baik dg syafa'at para nabi, malaikat / orang mukmin, maupun dg rahmat Allah Azza wa Jalla.
Tetapi orang-orang Khawarij & Mu'tazilah serta pengikut-pengikutnya, mereka tdk meyakini kesepakatan Ahlu Sunnah wal Jama'ah yg dipimpin oleh Nabi & para sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam itu. Khawarij & Mu'tazilah memang termasuk golongan ahli bid'ah, golongan sempalan yg selalu mengacaukan kesatuan umat Islam, baik dg pemahaman / dg tindakannya.
Dasar kesepakatan Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah ini adalah riwayat-riwayat mutawatir tentang akan keluarnya penghuni Neraka yg beriman karena kemaksiatannya.
Imam Ibnu Abi al Izz al Hanafi, setelah memaparkan riwayat shahih pertama yg diriwayatkan Imam Ahmad tentang kisah syafa'atul 'uzhma, juga oleh Imam Bukhari & Muslim dg riwayat senada, mengatakan:
"Amat mengherankan pemaparan para imam terhadap hadits ini melalui kebanyakan jalan periwayatannya. Mereka tdk menyebutkan persoalan syafa'atul ula (syafa'at 'uzhma) di padang mana Allah Subhanahu wa Ta'ala datang utk membuat keputusan pengadilan terhadap manusia. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits "peniupan sangkakala". Padahal itulah maksud dari posisi riwayat ini di sini, & itulah pula yg menjadi tuntutan maksud dari alur pertama hadits ini. (Yaitu) sesungguhnya manusia berdatangan meminta syafa'at kepada Nabi Adam & nabi-nabi sesudahnya, dg tujuan agar Allah segera memberi keputusan hukum kepada manusia, hingga mereka kemudian dapat beristirahat dari keadaan tak menentu pd hari Kiamat. Sebagaimana ditunjukkan oleh konteks hadits-hadits ini dalam semua jalan periwayatannya. Tetapi setelah para imam hadits itu sampai pd penyebutan tentang jazaa' (balasan yg mesti diterima oleh setiap insan), mereka justeru menyebutkan tentang syafa'at bagi orang-orang maksiat, serta dikeluarkannya mereka dari Neraka.
Maksud para salaf ketika menyingkat hadits sampai batas ini adalah, utk membantah kaum Khawarij serta orang-orang yg mengikuti faham Khawarij dari kalangan Mu'tazilah. Yaitu orang-orang yg mengingkari keluarnya seseorang dari Neraka setelah ia masuk ke dalamnya. Untuk itu, para salaf menyebutkan hadits hanya sebatas ini, yg di dalamnya terdapat nash tegas yg membantah kaum Khawarij & Mu'tazilah tersebut.
Sementara itu Imam Nawawi di dalam Syarah Shahih Muslim menukil perkataan al Qadhi 'Iyadh, yg diantaranya sebagai berikut: "…Sesungguhnya, telah datang atsar-atsar yg secara keseluruhan mencapai batas mutawatir tentang adanya syafa'at di akhirat bagi orang-orang mukmin yg berdosa. Ulama terdahulu maupun kemudian, serta ulama sesudahnya dari kalangan Ahlu Sunnah telah bersepakat akan adanya syafa'at ini. Akan tetapi kaum Khawarij & sebagian Mu'tazilah mengingkarinya. Mereka menggantungkan (pengingkaran ini) pd madzhab mereka, bahwa orang-orang berdosa akan kekal di Neraka. Mereka berhujjah dg firman Allah Ta'ala:
فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
"Maka tidaklah akan bermanfaat bagi mereka syafa'at dari para pemberi syafa'at". (al Muddatstsir:48).
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلاَشَفِيعٍ يُطَاعُ
"Orang-orang yg zhalim tdk memiliki teman setia seorangpun & tdk pula mempunyai seorang pemberi syafa'at yg diterima syafa'atnya". (Ghafir: 18).
Padahal ayat-ayat ini berkaitan dg orang kafir. Adapun takwil-takwil mereka (kaum Khawarij & Mu'tazilah) bahwa yg dimaksudkan dg syafa'at ialah yg berkenaan dg peningkatan derajat (ahli surga), merupakan takwil batil. Sebab hadits-hadits dalam Kitab tersebut juga pd kitab-kitab lain jelas-jelas menunjukkan batalnya madzhab mereka, & jelas-jelas menunjukkan akan dikeluarkannya orang (mukmin) yg berhak masuk Neraka (dari Neraka)…"
Imam Bukhari dalam Kitab at Tafsir, Kitab ar Riqaq, Kitab at Tauhid & lain-lain, banyak mengangkat hadits-hadits tentang akan keluarnya orang mu'min dari Neraka bila memasukinya, dalam banyak bab, dari banyak sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu juga Imam Muslim dalam Kitab al Iman, serta imam-imam lainnya, seperti Imam Abu Dawud, at Tirmidzi & Ibnu Majah.
Sementara al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani dalam Fathul Bari membawakan riwayat dari Ubaid bin Umair, yg artinya:
Ada seseorang yg bernama Harun Abu Musa, ia tertuduh memiliki pemikiran Khawarij, bertanya kepada Ubaid bin Umair: "Wahai Abu Ashim (kun-yah Ubaid bin Umair), hadits bernilai apa yg engkau bawakan itu?"
Ubaid binUmair menjawab,"Menyingkirlah engkau dariku. Kalaulah aku tdk mendengar dari 30 (tiga puluh) orang sahabat Nabi Muhammad n tentang itu, tentu aku tdk akan meriwayatkannya. "
Para sahabat Nabi yg membawakan hadits-hadits itu di antaranya ialah Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, Abu Hurairah, Abu Sa'id al Khudri, Abu Dzar, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Abi al Jad'a, & lain-lain. Dan berikut ini adalah beberapa contohnya.
Pertama: Hadits tentang keluarnya penghuni Neraka dg syafa'at.
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar:
أَسَمِعْتَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (أَنَّ اللهَ يُخْرِجُ قَوْمًا مِنَ النَّارِ بِالشَّفَاعَةِ ؟) . قَالَ: نَعَمْ.
"Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: (Sesungguhnya Allah mengeluarkan sekelompok orang dari Neraka dg syafa'at)?"
Amr bin Dinar menjawab,"Ya. " (HR Imam Bukhari & Muslim) .
Juga hadits yg dibawakan dari Anas bin Malik tentang kisah singkat datangnya segenap manusia kepada Adam & nabi-nabi sesudahnya utk meminta syafa'at pd hari Kiamat. Akhirnya mereka datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di bagian akhir hadits ini Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَيَأْتُوْنِى فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي ، فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ لَهُ سَاجِدًا، فَيَدَعُـِني مَا شَاءَ اللهُ. ثُمَّ يُقَالُ لِي: اِرْفَعْ رَأْسَكَ ، وَسَلْ تُعْطَهْ ، وَقُلْ يُسْمَعْ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُ رَبِّي بِتَحْمِيْدٍ يُعَـلِّمُنِي، ثُمَّ أَشْفَع فَيَحُدُّ لِي حَدًًّا ، ثُمَّ أُخْرِجُهُمْ مِنَ النَّارِ وَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ . ثُمَّ أَعُوْدُ فَأَقَعُ سَاجِدًا مِثْلَهُ فِى الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، حَتَّى مَا يَبْقَى فِى النَّارِ إِلاَّ مَنْ حَبِسَهُ الْقُرْآنُ. وَكَانَ قَتَادَةُ يَقُوْلُ عِنْدَ هَذَا: أَيْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْخُلُوْدُ. (أخرجه البخاري ومسلم فى صحيحيهما)
"Maka mereka datang kepadaku. Akupun meminta izin kepada Rabb-ku. Ketika aku melihat Rabb-ku, maka aku menjatuhkan diri bersujud kepadaNya. Allah membiarkan aku sesuai dg apa yg dikehendakiNya. Kemudian dikatakan kepadaku (oleh Allah): "Angkat kepalamu! Mintalah, niscaya engkau akan diberi! Katakanlah, niscaya perkataanmu akan didengar! Berilah syafa'at, sesungguhnya engkau diberi wewenang memberi syafa'at".
Maka aku mengangkat kepalaku. Lalu aku memuji-muji Rabb-ku dg pujian yg Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafa'at. Namun Allah memberi batasan kepadaku dg suatu batasan. Lalu aku mengeluarkan mereka dari Neraka & memasukkannya ke dalam surga. Kemudian aku kembali lagi kepada Allah, lalu aku menjatuhkan diri bersujud kepadaNya seperti saat pertama. (Demikian pula) pd yg ketiga / keempat kalinya. Sehingga tdk ada lagi yg tersisa di dalam Neraka, kecuali orang yg ditahan oleh al Qur`an.
Qotadah menjelaskan maksud orang yg ditahan oleh al Qur`an di dalam Neraka: "Ialah orang yg pasti kekal di dalamnya". {HR Bukhari & Muslim) .
Demikian pula hadits yg dibawakan oleh Abu Sa'id al Khudri Radhiyallahu 'anhu, melalui jalan Abu Maslamah, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa'id al Khudri Radhiyallahu 'anhu yg mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لاَ يَمُوْتُوْنَ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ. وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوْبِهِمْ – أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ- فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا كَانُوْا فَحْمًا، أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ. فَجِيْءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ- ضَبَائِرَ، فَبُثُّوْا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ، ثُمَّ قِيْلَ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيْضُوْا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُوْنَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُوْنُ فِى حَمِيْلِ السَّيْلِ".
فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: كَأَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ كَانَ بِالْبَادِيَةِ. –أخرجه مسلم فى صحيحه، وابن ماجة.
"Adapun ahli Neraka yg menjadi penghuni kekalnya, maka mereka tdk mati di dalamnya & tdk hidup. Akan tetapi orang-orang yg ditimpa oleh siksa Neraka karena dosa-dosanya –atau Rasul bersabda, karena kesalahan-kesalahannya- maka Allah akan mematikan mereka dg suatu kematian. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, Nabi diizinkan utk memberikan syafa'at (kepada mereka). Lalu mereka di datangkan berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, lalu dimasukkan ke sungai-sungai di surga. Selanjutnya dikatakan (oleh Allah): "Wahai penghuni surga, kucurkanlah air kehidupan kepada mereka". Maka tumbuhlah mereka laksana tumbuhnya benih-benih tetumbuhan di larutan lumpur yg dihempaskan arus air.
Seseorang di antara sahabat berkata: "Seakan-akan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di padang gembalaan di suatu perkampungan". (HR. Muslim & Ibnu Majah) .
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan, yg dimaksud dg sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya): "Adapun ahli Neraka yg mereka merupakan penghuni kekalnya, maka mereka tdk hidup & tdk mati"
Maksudnya, orang-orang kafir yg merupakan penghuni Neraka & layak utk kekal di dalamnya, maka mereka tdk mati, & tdk pula bisa merasakan hidup yg bermanfaat & enak. Sebagaimana telah Allah firmankan:
لاَيُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلاَيُخَفَّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا
"Mereka tdk dibinasakan sehingga mereka mati, & tdk pula diringankan dari mereka adzabnya". (Faathir: 36)
Juga sebagaimana telah Allah firmankan:
ثُمَّ لاَيَمُوتُ فِيهَا وَلاَيَحْيَى
"Kemudian dia tdk mati di dalam Neraka & tdk pula hidup". (al A'la: 13).
Demikian ini benar-benar akan terjadi menurut madzhab Ahlul Haq (pengikut kebenaran). Yaitu, kenikmatan penghuni surga akan terus selama-lamanya. Sedangkan siksaan bagi orang-orang yg kekal di Neraka juga akan selama-lamanya.
Adapun sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya):
"Akan tetapi orang-orang yg ditimpa oleh siksa api Neraka sebab dosanya, … dst. ", maka maksudnya ialah, bahwa orang-orang yg berdosa dari kalangan kaum Mu'minin, kelak akan dimatikan oleh Allah sesudah mereka disiksa (di dalam Neraka) selama jangka waktu yg dikehendaki Allah Ta'ala. Kematian yg ditimpakan oleh Allah terhadap mereka ini adalah, dalam arti sebenarnya, hingga dg kematian itu, lenyaplah rasa sakit.
Jadi siksa terhadap mereka sesuai dg kadar dosa mereka. Kemudian Allah matikan mereka, & utk sementara waktu (dalam keadaan mati) sesuai dg takdir Allah, mereka tetap tersekap di dalam Neraka tanpa merasakan apa-apa.
Selanjutnya, dalam keadaan mati, mereka yg telah menjadi arang dikeluarkan dari Neraka. Kemudian dibawa dalam kelompok-kelompok yg terpisah-pisah sebagaimana layaknya barang. Setelah itu mereka dimasukkan ke dalam sungai-sungai di surga, lalu disiram dg air kehidupan. Maka hidup & tumbuhlah mereka laksana tumbuhnya benih tetumbuhan yg tumbuh di lumpur-lumpur yg terbawa arus air, demikian cepat & lemahnya. Tumbuhnya (manusia) itu, awalnya muncul kekuningan & lentur karena lemahnya. Makin lama makin kuat, lalu mereka kembali seperti sediakala, & makin sempurna keadaannya.
Hadits yg lainnya, ialah hadits yg dibawakan oleh Abu Sa'id al Khudri Radhiyallahu 'anhu, melalui jalan riwayat lain, yaitu dari 'Atha' bin Yasar, tentang suatu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yg panjang. Bahkan di dalamnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan bahwa kaum Mu'mininpun diberi wewenang utk memberi syafa'at. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di antaranya bersabda:
فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ لَهُمْ: أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ. فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا قَدْ أَخَذَتِ النَّاُر إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! مَا بَقِيَ فِيْهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. فَيَقُوْلُ: اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. ثُمَّ يَقُوْلُ: اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا. ثُمَّ يَقُوْلُ: اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا!ْ لَمْ نَذَرْ فِيْهَا خَيْرًا.
وَكَانَ أَبُوْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: إِنْ لَمْ تُصَدِّقُوْنِي بِهَذَا الْحَدِيْثِ فَاقْرَأُوْا إِنْ شِئْتُمْ: (إَنَّ اللهَ لاَيَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا) من سورة النساء: 40 - الحديث. - رواه البخاري ومسلم-.
"Demi Allah Yang jiwaku ada di tanganNya. Tidak ada seorangpun diantara kamu yg lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah utk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dg kaum Mu'minin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pd hari Kiamat utk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mu'minin yg berada di dalam Neraka. Mereka berkata: "Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat & berhaji bersama-sama kami".
Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka: "Keluarkanlah oleh kalian (dari Neraka) orang-orang yg kalian tahu!" Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi Neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mu'min ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yg dibakar oleh Neraka sampai pd pertengahan betis & lututnya. Kemudian orang-orang Mu'min ini berkata: "Wahai Rabb kami, tdk ada lagi di Neraka seorangpun yg engkau perintahkan utk mengeluarkannya". Allah berfirman: "Kembalilah! Siapa saja yg kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat satu dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)!" Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang dari Neraka. Kemudian mereka berkata lagi: "Wahai Rabb kami, tdk ada lagi seorangpun yg kami sisakan dari orang yg Engkau perintahkan utk kami mengeluarkannya". Allah berfirman: "Kembalilah! Siapa saja yg kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)". Merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Selanjutnya mereka berkata lagi: "Wahai Rabb kami, tdk ada seorangpun yg Engkau perintahkan, kami sisakan (tertinggal di Neraka)". Allah berfirman: "Kembalilah! Siapa saja yg kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji dzarrah, maka keluarkanlah (dari Neraka)". Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Kemudian mereka berkata: "Wahai Rabb kami, tdk lagi kami menyisakan di dalamnya seorangpun yg mempunyai kebaikan".
Pada waktu itu Abu Sa'id al Khudri mengatakan: "Apabila kalian tdk mempercayai hadits ini, maka jika kalian suka, bacalah firman Allah (yang artinya): "Sesungguhnya Allah tdk menzhalimi seseorang meskipun sebesar dzarrah, & jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya & memberikan dari sisiNya pahala yg besar". (an Nisaa': 40) … al Hadits". (HR. Bukhari & Muslim) .
Hadits lainnya lagi ialah, hadits Abdullah bin Abi al Jad'a Radhiyallahu 'anhu. Beliau mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَكْثَرُ مِنْ بَنِي تَمِيْمٍ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ ! سِوَاكَ ؟ قَالَ: سِوَايَ .
قُلْتُ (اَلْقَائِلُ هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ شَقِيْق): أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: أَنَا سَمِعْتُهُ. ( حديث صحيح رواه الترمذي وابن ماجة).
"Niscaya akan (ada sekelompok manusia) yg masuk Surga dalam jumlah lebih banyak dari Bani Tamim dg syafa'at seseorang di antara umatku". Para sahabat bertanya: "Selain engkau, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"Ya, selainku. "
Aku (maksudnya, perawi hadits yaitu, Abdullah bin Syaqiq) bertanya: "Apakah engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah?" Abdullah bin Abi al Jad'a menjawab: "Saya mendengarnya langsung". (Hadits shahih riwayat at Tirmidzi & Ibnu Majah) .
Juga dari 'Imran bin Hushain, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ (وَفِى لَفْظٍ: بِشَفَاعَتِي)، فَيَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ، وَيُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّيْنَ. (حديث صحيح –رواه أبو داود وابن ماجة)
"Akan keluar sekelompok orang dari Neraka karena syafa'at Muhammad n (dalam suatu lafazh yg lain: "Karena syafa'atku"). Lalu mereka masuk ke dalam Surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun". (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud & Ibnu Majah)
Dan masih banyak lagi hadits shahih lainnya yg dibawakan oleh para imam ahli hadits dari banyak sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua: Hadits tentang keluarnya penghuni Neraka yg mu'min dg rahmat Allah Azza wa Jalla, bukan dg syafa'at. Hadits-hadits tentang inipun sangat banyak, di antaranya:
Hadits Abu Sa'id al Khudri yg merupakan lanjutan dari yg telah dikemukakan di atas, yaitu sabda Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikutnya:
فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتِ الْمَلآئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّوْنَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُوْنَ، وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوْا خَيْرًا قَطُّ
"Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman: "Para malaikat telah memberikan syafa'at, para nabi juga sudah memberikan syafa'at, & kaum Mu'mininpun sudah memberikan syafa'at. Maka tdk ada lagi yg lain, kecuali Allah -Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dg satu genggamanNya dari Neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari Neraka sekelompok orang yg tdk pernah berbuat kebaikan sama sekali". (HR Bukhari & Muslim) .
Demikian pula riwayat yg dibawakan oleh Abdullah (bin Mas'ud) Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda:
إِنِّي لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوْجًا مِنْهَا، وَ آخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُوْلاً. رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا، فَيَقُوْلُ اللهُ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ. فَيَأْتِيْهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُوْلُ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ. فَيَأْتِيْهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُوْلُ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ، فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشْرَةَ أَمْثَالِهَا –أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشْرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا- . فَيَقُوْلُ: تَسْخَرُ مِنِّي، أَوْ تَضْحَكُ مِنِّي وَأَنْتَ الْمَلِكُ ؟. فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ. وَكَانَ يُقَالُ: ذَلِكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْـزِلَةً.
"Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui penghuni Neraka yg paling akhir keluarnya dari Neraka, & penghuni Surga yg paling akhir masuknya ke dalam Surga. Yaitu seseorang yg keluar dari Neraka dg merangkak pd pantatnya. Maka Allah berfirman kepada orang ini: "Pergilah & masuklah ke dalam Surga!" Orang itupun mendatangi Surga, tetapi terkhayalkan olehnya bahwa Surga sudah penuh. Maka iapun kembali kepada Allah seraya berkata: "Wahai Rabb-ku, aku dapati Surga sudah penuh". Maka Allah berfirman lagi kepadanya: "Pergilah & masuklah ke dalam Surga!" Orang itupun datang lagi ke Surga. Namun kembali terkhayalkan olehnya bahwa Surga telah penuh. Iapun kembali kepada Allah seraya berkata: "Wahai Rabb-ku, aku dapati Surga sudah penuh". Maka Allah berfirman lagi: "Pergilah & masuklah ke dalam Surga. Sebab engkau akan memiliki tempat yg seluas dunia & sepuluh kali lipatnya –atau Allah berfirman: Engkau akan memiliki tempat yg luasnya sepuluh kali lipat dunia-". Orang itu berkata: (Ya Allah), apakah Engkau sedang menghina aku? Atau Engkau sedang menertawakan aku, padahal Engkau adalah Raja?"
Sungguh aku (maksudnya: Abdullah bin Mas'ud) melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa hingga terlihat gigi-gigi geraham beliau. Dan orang itulah yg dikatakan sebagai: "Dialah penghuni Surga yg paling rendah tempatnya". (HR Bukhari) .
Riwayat senada juga dibawakan oleh Abu Hurairah & Abu Sa'id al Khudri Radhiyallahu 'anhu dalam Shahih Bukhari & Shahih Muslim . Dan masih banyak hadits-hadits senada lainnya.
Kesimpulannya: Berdasarkan riwayat-riwayat di atas & riwayat-riwayat lain yg jumlahnya mencapai derajat mutawatir, serta keterangan para ulama, maka setiap penghuni Neraka yg memiliki keimanan, meskipun hanya seberat biji sawi, ia tdk akan kekal di Neraka. Ia suatu saat pasti akan keluar dari Neraka & masuk ke dalam Surga. Baik dg syafa'at para pemberi syafa'at –termasuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salalm – maupun langsung dg rahmat Allah, tanpa melalui syafa'at seorangpun. Inilah keyakinan seluruh Ahlu Sunnah wal Jama'ah dari dulu hingga kapanpun. Hanya orang-orang Khawarij & Mu'tazilah, serta orang-orang yg sefaham dg mereka saja yg berkeyakinan beda. yaitu mengingkari keluarnya seorang mu'min dari Neraka setelah ia masuk ke dalam Neraka karena dosanya.
Mengapa demikian? Para ulama banyak yg memberi keterangan, di antaranya Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan. Beliau & ulama lain menjelaskan: Orang-orang Khawarij memvonis hukum kafir di dunia kepada pelaku dosa besar, sedangkan Mu'tazilah menyatakan keluar dari iman namun tdk menjadi kafir di dunia. Mu'tazilah mengistilahkannya: fasik. Namun pengertian fasik menurut Mu'tazilah, berbeda dg pengertian fasik menurut Ahlu Sunnah. Menurut Ahlu Sunnah, fasik tdk berari keluar dari iman. Tetapi berkurang keimanannya karena dosa besar yg dilakukannya.
Meskipun Khawarij & Mu'tazilah berbeda pendapat dalam menetapkan hukum bagi pelaku dosa besar di dunia, namun keduanya menghukumi sama di akhirat, yaitu kekal di Neraka .
Wallahu a'lam.
Maraji':
1. Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari, tash-hih Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, Jami'atul Imam Muhammad bin Sa'ud al Islamiyah Riyadh, tanpa tahun.
2. Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma'munSyiha, Dar al Ma'rifah, Beirut, Cet. III, 1417H/1996M.
3. Shahih Sunan Abi Dawud, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah al Ma'arif, Riyadh, Cet. II, pd penerbitan yg baru, 1421H/2000M.
4. Shahih Sunan at Tirmidzi, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah al Ma'arif, Riyadh.
5. Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah al Ma'arif, Riyadh, Cet. I, pd penerbitan yg baru, 1417H/1997M.
6. Syarh al Aqidah ath Thahawiyah, Imam Ibnu Abi al Izz al Hanafi, tahqiq Jama'ah min al Ulama, takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, al Maktabah al Islami, Cet. IX, 1408H/1988M.
7. Syarh al Aqidah al Wasithiyah, Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan, Maktabah al Ma'arif, Riyadh, Cet. VI, 1413H/1993M.
8. An Nihayah fi Gharib al Hadits wa al Atsar, Ibnu al Atsir.
(Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016)
Penulis: Ustadz Ahmas Faiz bin Asifuddin & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Tidak ada komentar: